1 April. Para pejabat senior Jerman, termasuk Kanselir Angela Merkel serta Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, senantiasa cepat sekali berebut mengucapkan selamat untuk upacara-upacara Agama Islam, tetapi justru tidak mengucapkan selamat bagi masyarakat Jerman pada Hari Raya Paskah, sebuah perayaan Kristen yang terpenting. Sebaliknya, Aiman Mazyek, Ketua Dewan Muslim Pusat di Jerman menyampaikan Ucapan Selamat Paskah: "Saya harapkan kalian semua menjalani hari libur yang penuh damai dan santai. Selamat Paskah bagi umat Kristen, Selamat "Passover" bagi kaum Yahudi dan beberapa hari permenungan bagi orang-orang yang tidak beragama.#Keberagamanan membuat anda kuat."
2 April. Berbagai gereja di Jerman menampung 611 migran ilegal akhir Maret 2018. Jumlah itu meningkat dari 530 orang pada penghujung Desember 2017. Banyak gereja Jerman memberi perlindungan kepada pengungsi yang dikhawatirkan mengalami deportasi atau penderitaan sosial dan psikologis. Pihak berwenang Jerman memberikan toleransi terhadap suaka ala gereja itu, walau tidak ada landasan hukum untuk itu, demikian dikatakan oleh Majalah Berita, Focus.
4 April. Sohail A., pria Pakistan pencari suaka berusia 34 tahun yang ditolak permohonannya dan kini berdiam di Hamburg, mengaku menggorok leher putrinya sendiri yang berumur 2 tahun dengan pisau dapur. Jaksa penuntut umum mengatakan laki-laki itu membunuh anaknya karena "marah dan balas dendam" karena ibu gadis kecil itu menolak membiarkan anak itu dibawa ke Pakistan.
4 April. Badan intelijen dalam negeri Jerman (Bundesamt für Verfassungsschutz, BfV) melaporkan bahwa jumlah kaum Salafi di negeri itu berlipat dua kali selama lima tahun terakhir: kini ada 11.000 kaum Salafi di Jerman, dibandingkan dengan 5.500 orang pada tahun 2013. Kaum Salafi berkomitmen hendak menggantikan tatakonstitusional Jerman dengan Hukum Shariah
5 April. Suratkabar Bild melaporkan bahwa dari 5,93 juta penerima tunjangan pengangguran di Jerman, ada 2,03 juta (34,3%) adalah orang asing. Nyaris separuh dari mereka (959.000 orang) berasal dari negara-negara bukan Eropa. Kelompok terbesar penerima tunjangan adalah orang Suriah (588,301 orang) diikuti dengan orang Turki (259,447 orang).
5 April. Suratkabar Express mengungkapkan bahwa Kota Cologne membayar sebuah hotel butik mewah sebesar €1.5 juta (sekitar Rp25,5 miliar) setahun supaya bisa menampung para migran. Dalam sebuah kasus, ada hotel memperoleh €6,800 (sekitar Rp 113 juta) sebulan karena menampung sebuah keluarga Irak beranggotakan delapan orang dalam sebuah ruangan berukuran 35 meter persegi.
6 April. Suratkabar Express mengungkapkan bahwa Andrea Horitzky, seorang anggota partai Uni Kristen Demokratik (CDU) pimpinan Kanselir Angela Merkel memperoleh bayaran €32,500 (sekitar Rp 546 juta) karena menampung 31 migran pada sebuah hotel milik keluarganya. Ketika ditanya, Horitzky mengatakan: "Saya mendapat tamu dari seluruh dunia. Itu usaha pribadi saya dan itu bukan urusanmu. Saya yakin, saya tidak lakukan hal ini demi uang."
8 April. Polisi menangkap enam laki-laki yang diduga berencana menyerang penonton Berlin Half Marathon dengan pisau. Tersangka utama dilaporkan mengenal Anis Amri, warga Tunisia yang membunuh 12 orang serta melukai beberapa puluh orang lain lagi ketika dia mengendarai truk ke tengah pasar Natal di Berlin, Desember 2016 silam.
9 April. Di Berlin, seorang warga Turki berumur 18 tahun, Görkem A. mendapat penangguhan hukuman (suspended sentenced) selama 2 tahun di penjara anak muda karena menyerang seorang perempuan berusia 40 tahun yang sedang berlari-lari. Pelaku menyerang korbannya dari belakang; dia memukul kepala korban dengan batu-bata kemudian merampoknya. Dia juga menendang kepala korban. Sang wanita terpaksa dirawat di rumah sakit karena luka-luka termasuk rahangnya yang pecah. Terduga dirangkap berkat video pengawasan dari sebuah kamera keamanan. Lisa Jani, jurubicara perempuan dari pengadilan membela hukuman yang ringan itu. Görkem A. harus membayar €2,000 (sekitar Rp 34 juta) kepada korban sebagai kompensasi simbolik.
9 April. Menteri Integrasi Negara Bagian North Rhine-Westphalia's, Joachim Stamp, mengumumkan sebuah proposal yang melarang para gadis berusia di bawah 14 tahun memakai jilbab ke sekolah. Di tengah hingar bingar kegaduhan masyarakat, Stamp buruh-buruh menarik kembali pengumumannya: "Tujuannya," katanya, "itu bukan hukum yang perlu."
9 April. Menteri Negara Parlementer pada Kementerian Dalam Negeri Federal, Stephan Mayer mengatakan berharap bahwa UU baru yang menolak paspor para pejihad berkewarganegaraan rangkap, disahkan. Ditambahkannya bahwa penyitaan paspor Jerman terduga pejihad "bertujuan untuk menekan."
11 April. Salah seorang ekonom Jerman kenamaan Hans-Werner Sinn, memperingatkan bahwa krisis migran bakal akhirnya merugikan para pembayar pajak Jerman lebih satu satu triliun euro
"Kerugian pembayar pajak bisa semakin besar. Sampai sebegitu jauh ada sekitar 1,5 juta migran datang ke Jerman sejak 2015. Dan bukan: Mereka bukanlah dokter gigi, pengacara dan ilmuwan nuklir, tetapi hampir semua imigran tidak bermutu, yang tiba di tanah terjanji --- negeri yang mengalirkan susu dan madu tempat standar hidup tanpa bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan banyak negara asal (migran) yang bekerja."
11 April. Harian Der Tagesspiegel menerbitkan tulisan sebuah tentang bully, atau aksi yang menggangu siswa Jerman yang dilakukan oleh kaum Muslim di berbagai sekolah Berlin:
"Saya murid kelas tujuh sebuah sekolah menengah di Schöneberg. Saya terpinggirkan di sana karena saya orang Jerman yang makan daging babi. Saya dimaki-maki dengan Bahasa Turki dan Bahasa Arab. Justru di Jerman saya dihina sebagai anak pelacur dan ... Selain itu, kerapkali saya dipukuli dan ditendangi. Jika saya terlalu dekat dengan anak-anak lain, mereka katakan saya gay lalu mulai menendang-nendang saya. Para gadis di kelas saya disebut pelacur kalau mereka mengenaikan baju tanpa tali. Saya sudah berjuang untuk pindah sekolah selama beberapa bulan tetapi tidak mendapat tempat. Pihak Departemen Pendidikan dan sekolah tidak membantu saya."
11 April. Alexander Dobrindt, seorang anggota kenamaan dari Uni Sosial Kristen (CSU), sebuah partai yang berbasis di Bavaria mengatakan bahwa Islam "tidak punya akar kultural di Jerman." Dia lalu menambahkan:
"Islam tidak punya akar budaya di Jerman. Dengan Shariah sebagai sistem hukumnya, ia sama sekali tidak punya kesamaan dengan warisan Yudeo-Kristen. Tidak ada negara Islam di bumi ini mengembangkan budaya demokratis yang dapat dibandingkan dengan negara-negara yang kita ketahui dalam negara-negara Kristen."
11April. Sebuah "bank" makanan di Essen bernama Essener Tafel kembali memberikan makanan kepada migran setelah ada larangan memberi makanan selama 3,5 bulan. Organisasi pemulihan itu memunculkan kontroversi ketika mengumumkan Januari lalu bahwa pihaknya tidak lagi melayani migran karena proporsi orang bukan Jerman sangat tinggi. Saat itu, 56% penerima makanan adalah orang Jerman, bandingkan dengan hanya 25% selama Bulan Januari.
12 April. Kollegah dan Farid Bang, dua Muslim penyanyi rap yang dituduh menyanyikan lirik lagu anti-Semit diberi penghargaan musik tertinggi Jerman, Echo Music Award. Hadiahnya pun dianugerahkan pada Holocaust Remembrance Day (Hari Mengenang Holocaust). Akibatnya, kemarahan publik pun terpantik. Menteri Kehakiman Heiko Mas mengatakan bahwa "provokasi anti-Semit tidak pantas mendapatkan hadiah. Mereka ditolak." Dalam sebuah essay untuk Harian Die Welt, pelawak Oliver Polak menulis bahwa menganggap pernyataan anti-Semit dalam musik populer sebagai sesuatu yang normal merupakan bagian dari alasan "sehingga orang-orang muda Yahudi dikejar-kejar dan dipukul-pukul di halaman-halaman sekolah." Pasca-pertemuan besar-besaran di Berlin, Asosiasi Industri Musik Federal (BVMI) sebagai penyelenggara kegiatan mengumumkan bahwa penganugerahan hadiah sudah berakhir.
Penghargaan Musik Echo, hadiah music tertinggi Jerman dianugerahkan pada 12 April lalu kepada Kollegah dan Farid Bang, sepasang duo Muslim penyanyi rap yang dituduh menyanyikan lirik lagu anti-Semit. Hadiah diberikan pada Perayaan Holocaust Remembrance Day (Hari Mengenang Holocaust) sehingga memantik kemarahan publik. (Foto oleh Andreas Rentz/Getty Images). |
12 April. Sebuah video di Youtube memperlihatkan anak-anak Muslim di sebuah masjid di Herdford berpakaian perang. Mereka pun dilengkapi senjata mainan kemudian ditutupi dengan bendera Turki, berpura-pura menjadi pejihad. Di latar belakang, pendengar bisa mendengar lagu kampanye Pemilu resmi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. "Kami sungguh-sungguh tidak bisa menilai secara benar bagaimana penampilan ini diterjemahkan," urai Necati Aydin, wakil dari pihak masjid yang dikelola oleh Pemerintah Turki tersebut.
12 April. Pihak berwenang Jerman menindak keras keluarga-keluarga penjahat Timur Tengah di Essen, sebuah kota di North Rhine-Westphalia. Di sana, ada sekitar 70 orang anggota klan kelahiran Turki, Kurdi dan Arab secara teratur terlibat dalam aksi pemerasan (racketeering), pemaksaan (extortion), cuci uang, menjadi mucikari serta perdagangan manusia, senjata sekaligus narkoba. Klan-klan penjahat TImur Tengah kini mengendalikan sebagian besar kota besar dan kecil Jerman ---kawasan-kawasan yang efektif tanpa hukum dan polisi Jerman sendiri makin takut mendekatinya. Keluarga para penjahat itu diyakini punya ribuan anggota. Selama beberapa dekade mereka dibiarkan beroperasi nyaris tak tersentuh oleh hukum. Para hakim dan jaksa penuntut Jerman tidak mampu atau tidak bersedia menghentikan mereka, yang tampaknya karena takut dengan tindakan balas dendam mereka.
12 April. Menteri Dalam Negeri Jerman melaporkan bahwa hanya 10 dari lebih dari 750 orang Islam radikal yang berpotensi sangat berbahaya (Gefährder) yang diketahui bermukim di Jerman berhasil dideportasi tahun silam. Parlemen lalu meminta pemerintah supaya menegakkan undang-undang yang berlaku yang menetapkan bahwa orang-orang yang berisiko membahayakan keamanan dideportasi dari negeri itu.
12 April. Dalam test case pertama atas undang-undang baru Jerman yang mengatur soal sensor internet, sebuah pengadilan di Berlin memerintahkan Facebook untuk memunculkan kembali komentar pengguna yang dihapuskannya. Kasus tersebut melibatkan pengguna Facebook, Gabor B. yang mempostingkan komentar berikut ini: "Masyarakat Jerman semakin bodoh. Tidaklah mengherankan, sejak media sayap kiri membanjiri mereka tiap hari dengan berita palsu seputar 'tenaga kerja trampil, merosotnya angka pengangguran atau berita tentang Trump." Facebook mengatakan komentar itu melanggar "standar komunitas" tetapi pengadilan menetapkan bahwa komentar itu dilindungi oleh hak untuk berbicara secara bebas.
13 April. Seorang migran Nigeria berusia 33 tahun, menikam sampai mati mantan isteri beserta putrinya yang berusia satu tahun di Stasiun Bawah Tanah Jungfernstieg, di Pusat Kota Hamburg. Di Rendsburg di dekatnya, seorang pria Suriah berusia 26 tahun berupaya memenggal kepala isterinya yang sedang tidur. Sang wanita berhasil lolos dari maut dengan beberapa luka kecil. Di Wuppertal, seorang migran India berusia 23 tahun menculik seorang anak laki-laki berusia lima tahun dari keluarganya sendiri di stasiun bawah tanah pusat kota itu kemudian mendorongnya ke kereta api yang sedang memasuki stasiun. Bocah malang itu berhasil lolos dari maut dengan luka-luka kecil. Polisi sudah mengantongi nama pemuda itu.
13 April. Polisi menembak mati seorang pencari suaka Afghanistan berusia 19 tahun setelah dia menyerang sebuah toko roti di Fulda. Kantor Polisi Kriminal Negara (Bagian) Hesse selanjutnya melakukan investigasi mengapa polisi menggunakan tindakan keras yang mematikan.
13 April. Tiga orang Suriah berusia 21, 23 dan 27 tahun ditangkap di Saarland. Mereka dicurigai sebagai anggota ISIS. Ketiga-tiganya tiba di Jerman tahun 2015 dan memperlihatkan diri sebagai pengungsi.
14 April. Polling Emnid yang diterbitkan oleh Harian Bild menemukan bahwa 51% dari orang-orang yang disurvei khawatir soal kawasan tidak boleh bepergian (no-go zones) di Jerman, yaitu kawasan-kawasan di mana negara tidak mampu atau tidak bersedia menegakkan hukum. Sebesar 77% peserta survei mengatakan ingin negara melakukan tindakan yang jauh lebih keras terhadap keluarga penjahat Timur Tengah.
18 April. Dua laki-laki yang mengenakan penutup kepala ala Yahudi diserang oleh pejalan kaki berbahasa Arab di Berlin. Serangan tersebut, sebuah video yang menjadi viral di media sosial, menyoroti semakin meningkatnya persoalan anti-Semitisme Arab di Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan: "Ini insiden yang mengerikan. Itu sebabnya, kita tanggapi di sini. Perjuangan melawan tindakan anti-Semit ini harus dimenangkan, itu sangat jelas. Sayangnya, hal ini terjadi di kalangan masyarakat Jerman dan juga di kalangan masyarakat keturunan Arab." Wakil Komunitas Yahudi di Berlin, Mike Samuel Delberg mengatakan: "Hal-hal seperti itu tidak boleh disembunyikan di bawah karpet. Ucapan pemanis politik harus dihentikan."
19 April. Laporan lima institusi ekonomi kenamaan Jerman menemukan bahwa supaya bisa mempertahankan sistem kesejahteraan sosial yang kini ada, orang Jerman harus bekerja sampai usia 70 tahun atau setiap tahun mengimpor 500.000 migran.
19 April. Dinas intelijen dalam negeri Jerman Bundesamt für Verfassungsschutz, BfV), melaporkan bahwa lebih dari 1.000 Islamis Jerman serta pada Islamis dari Jerman sudah pergi ke Suriah dan Irak karena mau melibatkan diri dalam operasi perang bersama ISIS serta kelompok pejihad lainnnya. Angka ini naik dari 960 orang pada akhir Desember 2017 lalu.
19 April. Eurostat, Kantor Statistik Eropa, melaporkan bahwa Jerman menerima 325.400 pengungsi tahun 2017, sehingga membentuk nyaris 60% dari 540.000 migran yang dimukimkan kembali di Uni Eropa tahun silam. Bagian terbesar pengungsi berasal dari Suriah, Afghanistan dan Irak.
20 April. Jerman sepakat menerima 10.200 pengungsi sebagai bagian dari rencana Uni Eropa (UE) untuk memukimkan kembali 50.000 migran Afrika Utara dan Timur Tengah. Komisioner Migrasi UE, Dimitris Avramopoulos mengatakan progam masuk illegal itu dirancang untuk menghalangi geng-geng penyelundup secara melawan hukum membawa para migran ke Eropa.
22 April. Chancellor Angela Merkel mengatakan bahwa pengungsi atau orang keturunan Arab bertanggung jawab tas bangkitnya anti-Semitisme di Jerman. Dalam wawancara dengan Israeli Channel 10 News, Merkel mengatakan: "Kita kini menyaksikan fenomena baru ketika menerima pengungsi atau orang keturunan Arab. Mereka membawa kembali bentuk lain anti-Semitisme ke dalam negeri ini. Ini mencemaskan kami."
23 April. Seorang warga Pakistan pencari suaka berusia 24 tahun merusak Gereja St. Markus di Chemniz. Pria itu pun ditangkap, diinterogasi namun kemudian dibebaskan. Belakangan dia pun merusak Gereja St. Petrus, yang juga di Chemnitz. Polisi menuding kedua insiden itu terjadi karena "kondisi kesehatan mental" tersangka. Sementara itu, seorang laki-laki Asia" secara seksual menyerang seorang gadis berusia 12 tahun di Pemakaman Yahudi di Mülheim.
24 April. Menteri Urusan Integrasi North Rhine-Westphalia, Joachim Stamp, mengatakan tidak mungkin mendeportasi mantan pengawal almarhum Osama bin Laden karena takut dia disiksa dan diperlakukan secara mengerikan di tanah kelahirannya. Warga Tunisia berusia 42 tahun itu bernama Sami A. sudah berdiam di Bochum selama lebih dari satu dekade. Stamp mengakui bahwa Sami A. menerima €1,168 (sekitar Rp 25,5juta) tiap bulan dalam bentuk tunjangan kesejahteraan. Dia hidup bersama isteri dan anaknya yang sudah menjadi warga negara Jerman.
24 April. Dalam wawancara media pertamanya sebagai ketua baru serikat polisi GdP yang berpengaruh di North Rhine-Westphalia (NRW), Michael Mertens ditanya jika ada kawasan larangan bepergian (no-go zones) di NRW, sebuah negara bagian Jerman paling padat. Kala itu dia menjawab:
"Memang ada kawasan-kawasan di mana polisi tidak boleh pergi sendirian. Hanya dalam tim yang besar. Kawasan-kawasan itu kini hadir di hampir semua kota NRW. Kita harus memperlihatkan kehadiran polisi yang nyata di sana dan membuatnya jelas bahwa siapapun yang hidup di negeri ini harus mematuhi hukum."
26 April. Sibel H., seorang wanita Jerman keturunan Turki yang berasal dari Hesse serta Sabina S, mualaf dari Baden-Württemberg, kembali pulang ke Jerman dalam sebuah penerbangan dari Bagdad setelah bergabung dengan ISIS di Suriah. Kantor Kejaksaan Federal memintakan surat perintah penangkapan kedua wanita, tetapi Hakim Pengadilan Federal (Bundesgerichtshof) menetapkan bahwa kedua wanita harus bebas karena mereka tidak tegas menjadi anggota teroris. Dukungan mereka pun tak terbukti. Pihak pengadilan memang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda ketika menilai keanggotaan atau dukungan mereka terhadap ISIS; pejihad laki-laki berperang, menyiksa dan membunuh orang, sementara pekerjaan utama pejihad perempuan itu merawat rumah, melahirkan anak serta menjaga suami beserta keturunannya. Menurut pihak Pengadilan Federal, tindakan seperti itu tidak bisa dihukum karena tidak jelas memberikan dukungan terhadap terorisme.
27 April. Seorang laki-laki "berciri Arab" (Arab phenotype) secara seksual menyerang empat anak berusia antara 11 dan 12 tahun di sebuah kebun binatang di Magdeburg. Sementara itu, seorang laki-laki "Afrika Utara kelahiran Palestina" ditangkap setelah berulangkali memperkosa seorang wanita berusia 46 tahun dengan ancaman pisau di kebun wanita itu sendiri di Berlin.
28 April. Felix Klein, utusan khusus Pemerintah Jerman untuk Komunitas Yahudi yang baru dilantik mengaku tidak kaget bahwa orang-orang Yahudi meninggalkan Jerman: "Sangat bisa dipahami bahwa orang-orang yang takut dengan keselamatan anak mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan Jerman," katanya. "Saya dengar ini dari para sahabat Yahudi saya sendiri. Tetapi kita harus lakukan apa saja untuk hindari itu." Klein juga katakan bahwa anti-Semitisme di Jerman didorong oleh migrasi massal dari dunia Muslim: "Ada kecenderungan perasaan anti-Semitis jauh lebih terbuka diungkapkan. Anti-Semitisme di kalangan Muslim serta kaum ekstrim kanan dan ekstrim kiri memang sudah ada sebelumnya. Tetapi, kini diungkapkan dengan cara yang jauh lebih tidak malu-malu. Ya, situasinya sudah menjadi semakin memburuk."
30 April. Ada sebuah kajian dikeluarkan oleh Mediendienst Integration, sebuah lembaga jasa informasi yang memusatkan perhatian pada persoalan imigrasi. Kajian itu menemukan bahwa tuntutan untuk mengikuti pelajaran tentang Islam di berbagai sekolah Jerman jauh melebihi pasokannya. Sekitar 54.000 murid pada 800 sekolah seantero negeri akhir-akhir ini mendapatkan pelajaran Agama Islam, walaupun jumlah anak-anak Muslim yang berumur enam sampai delapan belas tahun di sekolah-sekolah Jerman kini diyakini sekitar 750.000 sampai 800.000 orang.
Soeren Kern adalah anggota senior Gatestone Institute yang berbasis di New York.