Di Turki, Gereja St. Theodoros Trion, sebuah gereja bersejarah yang ditinggalkan dirusak pada Bulan Agustus lalu. Tulisan-tulisan di tembok gereja termasuk berbagai slogan berbau genosida atau pembunuhan massal. Jemaan Yunani yang sebenarnya memiliki gereja itu sudah dibersihkan oleh Kekaisaran Utsmaniyah. Foto: St. Gereja St. Theodoros Trion, pada 2018. (Sumber foto: Chanilim714/Wikimedia Commons). |
Kebencian dan Aksi Kejam Terhadap Umat
Muslim militan, yang diduga berafiliasi dengan kelompok teror Islam berbasis di Nigeria, Boko Haram, "mencapai puncak kebiadaban moral tertingginya yang baru." Setelah menghancurkan desa Kristen Kalagari dalam sebuah serangan dan menculik delapan wanita, kelompok itu "memotong" telinga beberapa korbannya. Kemudian membebaskan mereka (gambarnya bisa dilihat di sini). Berita itu menambahkan bahwa Boko Haram juga " menteror komunitas Kristen Nigeria selama satu decade terakhir. Kini, kelompok penjahat itu memisahkan diri dari organisasi induknya guna menyebarluaskan ideologinya yang kejam ke Kamerun, Niger, dan Chad."
Nigeria: Pada tanggal 29 Agustus, Chuck Holton, seorang reporter CBN News, menyiarkan sebagian berita tentang kunjungannya kepada pengungsi Kristen yang melarikan diri dari invasi Boko Haram ke desa-desa mereka. Di antara berbagai kisah kematian dan kehancuran, berikut ini, sebuah kisah paling menonjol dituturkan seorang pemuda:
"Tanggal 29 September 2014 adalah hari mereka menyerang desa saya. Sekitar pukul sepuluh saya ditelepon bahwa mereka membunuh ayahku. Mereka paksa dia menyangkal Kristus. Ketika dia menolak, mereka potong tangan kanannya. Kemudian dia menolak [lagi], mereka potong lagi tangannya sampai siku. Dia tetap menolak, sebelum mereka menembaknya dua kali. Di kepala, dahi, leher, dan dada. "
Indonesia: Seorang ustad di wilayah mayoritas Kristen mengatakan salib Kristen itu sebagai "sebuah unsur iblis." Akibanya, umat Kristen dan beberapa kaum moderat marah. Ustad Abdul Somad membuat komentar itu ketika khotbahnya direkam. Kala itu, dia ditanya mengapa kaum Muslim "merasa ngeri setiap kali mereka melihat salib." "Karena Setan! Itu jawbannya: "Ada jin jahat dalam setiap salib yang mau menobatkan orang untuk masuk Kristen."
Umat Kristen dan kaum moderat mengecam kata-katanya. Meski begitu, "Tidak bisa saya bayangkan reaksinya jika pengkhotbah lain dari agama lain yang menghina simbol Islam," kata seorang moderat. "Akan ada tsunami protes. Pelaku akan dihukum berat." Ustad Somad menanggapinya dengan mengeluarkan video lain. Alasannya, dia tidak tahu bahwa kaum non-Muslim mungkin saja mendengar kata-katanya: "Sesi pembacaan Al-Quran itu diadakan di masjid tertutup, bukan di stadion, lapangan sepakbola, atau ditayangkan di televisi," jelasnya. "Itu untuk umat Islam secara internal. Saya menjawab pertanyaan tentang patung dan posisi Nabi Isa (Yesus) bagi umat Islam."
Burkina Faso: Sebagian besar media arus utama Burkina Faso meremehkan unsur agama di kalangan Muslim soal kekerasan atas umat Kristen di Afrika. Meski demikian, serangan terhadap umat Kristen negeri itu begitu didasarkan pada agama. Kenyataan itu menyebabkan pada 21 Agustus 2019 lalu, Harian Washington Post menerbitkan sebuah laporan bertajuk, "Islamist militants are targeting Christians in Burkina Faso" (Kaum Islam Radikal Militan tengah menyasar Umat Kristen di Burkina Faso). Pengarangnya Danielle Paquette mencatat bahwa "Meluasnya kekacauan yang ditimbulkan oleh kaum Islam radikal telah mengubah Burkina Faso. Dari sebuah negara damai yang terkenal karena pertaniannya, tempat festival film kenamaan berikut toleransi beragamanya, ia berubah menjadi tempat ekstremisme." Dia mencatat bahwa para pejihad sudah mulai memeriksa leher orang untuk melihat simbol-simbol Kristen, kemudian membunuh pemakai kalung salib atau memakai gambaran Kristen lainnya. Dalam sebuah berita terpisah, Uskup Dabiré mendiskusikan beberapa serangan mematikan terhadap umat Kristen dan gereja mereka. Katanya, "Jika kekacauan ini berlanjut tanpa ada yang mau campur tangan, maka akibatnya adalah hilangnya kehadiran Kristen di kawasan ini. Dan, barangkali di masa depan, di seluruh negeri.
Mesir: Meski ditentang keras, pihak berwenang Mesir kembali memperbolehkan Sheikh Yasser Burhami untuk berkotbah di mimbar masjid. Buharmi itu seorang ulama yang terkenal "radikal" pengkhotbah kebencian. Sebelumnya ia mengeluarkan banyak fatwa yang menuntut supaya umat Muslim membenci dan memusuhi kaum non-Muslim. Terutama membenci minoritas terbesar dan paling terlihat di negara itu, Umat Kristen Koptik. Dia menyebut mereka sebagai "sebuah minoritas kriminal kafir," Karena itu, dia meminta "Allah mengutuk" mereka. Pernah sekali dia bergerak lebih jauh dengan mengatakan bahwa, meski seorang pria Muslim diizinkan menikahi wanita Kristen atau Yahudi (ahlul kitab), dia harus memastikan diri bahwa dalam hatinya, dia masih membenci mereka. Dan menunjukkan kepada mereka kebencian ini. Karena mereka kafir. Kalau tidak, ia berisiko mengkompromikan Islamnya. Burhami juga mengatakan bahwa gereja — yang ia sebut sebagai "tempat politeisme (syirik) dan rumah orang kafir, tidak boleh pernah dibangun di Mesir.
Dia mengeluarkan fatwa terpisah yang melarang sopir taksi dan bus Muslim mengangkut para klerus Kristen menuju gereja mereka. Tindakan ini ia gambarkan sebagai "jauh lebih dilarang daripada membawa orang ke bar minuman keras." Fatwa Burhami juga menyerukan supaya Muslim yang murtad dari Islam dianiaya; mengizinkan suami Muslim meninggalkan istri mereka supaya bisa memperkosa orang; mengizinkan "pernikahan" gadis berusia 12 tahun, dan melarang Hari Ibu. Dalam sebuah video, Dr. Naguib Ghobrial, seorang aktivis Koptik, politisi, dan Kepala Uni Mesir untuk Organisasi Hak Asasi Manusia berulang kali mempertanyakan keputusan otoritas keagamaan terkemuka Mesir yang kembali memperbolehkan Sheik pengkotbah kebencian itu berkotbah. Selama bertahun-tahun Naguib Ghobrial dikenal telah mengajukan 22 pengaduan terpisah terhadap Burhami.
"Apakah yang diajarkan Burhami benar-benar seperti yang Islam ajarkan. Itu sebabnya mengapa tidak ada seorang yang bertindak apapun atasnya [terkait dengan 22 keluhan yang diajukan atasnya]? Sungguh, saya terkejut! Tolong jawab Sheikh Al Azhar. Tolong jawab Mufti Agung. Apakah yang Burhami ajarkan itu adlah apa yang Islam ajarkan? Apakah ini sebabnyak tidak seorang dari kalian menentang dia atau bergabung bersama kami ketika kami mengajukan gugatan melawannya? Mengapa kalian begitu bungkam? Luar biasa!"
Pembantaian Umat Kristen
Pakistan: "Seorang anak Kristen berusia sepuluh tahun diperkosa dan disiksa sebelum dibunuh majikannya yang Muslim. Badil, nama anak itu memilih untuk bekerja di pabrik pengolahan besi bekas (scrap) yang berbahaya. Dengan demikian, ia dapat mendukung ibunya yang harus mengurus keluarga dengan dua anak lelaki dan seorang suami yang kecanduan narkoba," demikian dilaporkan sebuah berita (berikut fotonya). Menurut berita itu, Badil, 10 tahun, bekerja di pabrik untuk orang dewasa supaya bisa mendukung ibunya yang miskin, Sharifa Bibi
"Saya bekerja keras berjam-jam hanya demi kedua putra saya. Agar mereka tidak harus menderita karena saya menderita tanpa pendidikan. Anak saya Badil tidak tahan melihat perjuangan ibunya. Ia lalu bersikeras bekerja untuk membantu keluarga, meskipun saya desak supaya dia menghindari pekerjaan itu sampai dia lebih besar. Badil itu anak yang begitu bertanggung jawab. Setiap hari sebelum berangkat kerja dia bertanya kepada saya, apa yang harus dibawa malam hari dari upahnya. Saya paksa supaya dia simpan uangnya untuk dipakai sendri. Tetapi dia membawa bahan makanan seperti gula, beras, tepung dan mentega (ghee) setiap hari."
Badil harus berjalan jauh. Berjam-jam dia bekerja dalam sehari untuk mendapatkan uang setara satu dolar sehari. Segera majikannya mulai menipu ketika membayar upahnya. Ibunya bersikeras supaya dia berhenti. Tetapi anak itu ngotot. Pada suatu saat, dia malah membawa adik lelakinya, yang berumur 9 tahun, untuk membantunya. Ketika majikan menolak membayar saudaranya apa pun sumbangan kerjanya, Badil akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ini membuat majikan Muslimnya marah. Ketika mengenang tragedi itu, adik laki-lakinya mengatakan:
"Ketika Pak Akram mendengar hal itu (baca: bahwa Badil berhenti bekerja), dia lari mau menghajar Badil. Tetapi Badil berlari dri toko. Akram mengejar. Seorang teman Akram yang sedang duduk di atas sepeda motornya menyuruh Akram berboncengan dengannya. Keduanya lalu mengejar Badil sampai bisa menangkapnya. Akram kemudian turun dari motor, lalu menyeret Badil kembali ke toko. Mereka bawa Badil masuk di dalam toko yang penuh besi-besi bekas. Selama setengah jam saya benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Badil di dalam. Akhirnya, kedua oang itu keluar. Pura-pura seolah tidak ada yang terjadi di dalam. Saya pikir saudara saya juga sudah tinggalkan tokoh itu dari pintu keluar lainnya, sehingga pergi mencarinya. Dengan penuh semangat saya cari dia selama 15 menit. Belakangan saya temukan ibu saya [mendekat hendak menjemput anak-anak itu pulang rumah]. Jadi saya tergesa-gesa pergi kepadanya mengisahkan kepadanya apa yang sudah terjadi."
Sharifa dan anaknya kebingungan mencari Badil. Akhirnya, mereka temukan dia tergeletak di tanah dekat rumah mereka sendiri. Tergesa-gesa, mereka berlari mendekatnya. Pikir mereka, dia kelelahan karena bekerja seharian sehingga berbaring. Tetapi, segera mereka tersadar bahwa dia nyaris sama sekali tidak bisa bernafas. "Pada saat itu, seluruh situasi menjadi terlampau banyak untuk dipikul Sharifa. Dia pun mulai menjerit meratap histeris," tulis berita itu. Badil kemudian dibawa ke sebuah rumah sakit. Di sana, tujuh jam kemudian, remaja laki-laki itu dinyatakan meninggal dunia. Saudaranya "menjadi trauma menyusul kematian saudaranya. Sejak itu, tidak pernah dia tinggalkan rumahnya. Kerapkali dia menjerit ketakutan karena berpikir orang-orang yang bertanggung jawab akan membawa dia juga."
Kamerun: Seorang penterjemah Alkitab "dibantai hingga tewas, Minggu pagi [25 Agustus 2019 lalu] dalam sebuah serangan malam. Sementara itu lengan istri penterjemah malang itu pun dipotong," demikian tulis sebuah berita.
"Penterjemah Alkitab, Angus Abraham Fung termasuk di antara tujuh orang yang dikatakan sudah dibunuh dalam sebuah serangan yang dilakukan oleh terduga penggembala Suku Fulani, pada suatu waktu selama jam-jam awal Minggu pagi di Kota Wung, demikian dikatakan Efi Tembon yang memimpin sebuah lembaga pelayanan gereja bernama Oasis Network for Community Transformation."
Penggembala Fulani itu Muslim. Akhir-akhir ini mereka menjadi penganiaya utama para petani Kristen Nigeria. "Mereka memasuki rumah-rumah lalu menyeret orang keluar," urai Tembon. "Mereka melakukan penyerangan malam hari ketika tidak seorang pun harapkan. Mereka begitu saja masuk rumah, menyeret orang keluar lalu membantai mereka."
Istri Fung Eveline Fung, yang diperintahkan supaya lengannya dipotong, terakhir dilaporkan tengah mendapatkan transfusi darah di sebuah rumah sakit setempat.
Serangan Terhadap Orang Murtad dan Evanggelis
Iran: Pihak berwenang menjatuhkan hukuman penjara satu tahun atas seorang wanita berusia 65 tahun yang beralih dari Muslim masuk Kristen. Tuduhannya, dia "bertindak melawan keamanan nasional" dan "terlibat dalam "propaganda melawan sistem." Menurut berita:
"Proses persidangan memperlihatkan dia ditangkap sebelum Natal. Kala itu, tiga agen intelijen Iran merazia rumahnya kemudian membawa Mahrokh ke kantor intelijen. Di sana, dia menjalani interogasi intensif selama seputuh hari sebelum dibebaskan setelah mengajukan uang jaminan 30 juta Toman ( sekitar Rp 35 juta)."
Para sahabat wanita itu mengatakan bahwa "hakimnya sangat kasar dan berusaha menjatuhkan martabat Mahrokh setelah dia berbeda pendapat dengan hakimnya."
Terpisah, warga Kurdi penjual buku di Bokan, di Propinsi Azerbaijan ditangkap karena menjual Alkitab. Menurut sebuah berita 27 Augustus lalu:
"Mostafa Rahimi ditangkap 11 Juni lalu dengan tuduhan menjual Alkitab di toko-bukunya. Dia baru dibebaskan setelah membayar uang jaminan sampai pengadilan menjatuhkan hukuman atasnya. Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw sudah tahu bahwa Rahimi dijatuhi hukuman penjara sampai tiga bulan dan satu hari. Belakangan, pada pertengahan Agustus 2019 lalu, dia ditangkap lagi. Dan sekarang ini dia dijebloskan di penjara pusat di Bokan."
Berita lain menjelaskan kasus tersebut:
"Pemerintah Iran resminya Islam. Pihak berwenang aktif membatasi akses terhadap Alkitab dan buku-buku Kristen lain. Berbagi iman bisa dikategorikan sebagai serangan yang jahat. Biasanya berciri keamanan nasional. Kerapkali pihak berwenang begitu luas menekan umat Kristen, rutin melanggar hak asasi mereka, sehingga mereka tidak diberikan pilihan selain melarikan diri dari negara mereka."
Tanah Somalia: Sebuah berita, yang terbit 16 Agustus lalu mengisahkan pengalaman seorang wanita Muslim yang menikah berusia 32 tahun setelah suaminya menemukan dia punya Alkitab.
"Kepada suami saya katakan bahwa saya menemukan Alkitab di Nairobi sehingga ingin membacanya," jawab wanita itu. "Dia hanya mengatakan kata talak kepada saya. Saya sadar perkawinan kami baru saja batal dan tidak berlaku lagi. Soalnya saya masuk Kristen. Tanpa membuang waktu lagi, saya tinggalkan rumah...Suami saya pun langsung membawa pergi dua putri kami [berusia 4 dan 7 tahun] dari saya kemudian menceraikan saya. Dengan keras dia peringatkan bahwa saya tidak boleh datang mendekati anak-anak. Dan jika saya mendekati anak-anak, dia akan membawa Alkitab itu kepada Pengadilan Islam dan saya akan dibunuh dengan rajam karena murtad."
Mantan suaminya terus berupaya mengungkapkan perpindahan agamanya yang sembunyi-sembuyi kepada keluarganya yang Muslim. "Saudara-saudara saya tanpa ampun menghajar saya dengan kayu dan tidak mau memberi saya makan." katanya. "Saya takut melaporkan kasus itu kepada polisi atau pemerintah setempat. Soalnya mereka akan menuduh saya dengan melakukan pelanggaran jahat murtad berdasarkan Hukum Shariah." Semenjak itu dia berpindah ke tempat yang dirahasiakan: "Allah menyelamatkan hidup saya. Sesama umat Kristen bawah tanah di kawasan lain Somalia menerima saya dan berbagi sedikit barang yang mereka miliki. Tetapi saya sangat trauma." Menurut berita,
"Konstitusi Somalia menetapkan Islam sebagai agama negara dan melarang penyebaran agama lain, menurut Departemen Luar Negeri AS. Konstitusi juga mensyaratkan supaya hukum mematuhi prinsip syariah dan tanpa kecuali diterapkan bagi kaum non-Muslim. Somalia berada pada peringkat ke-3 [setelah Korea Utara pada (urutan ke-1) dan Afghanistan (urutan ke-2)] dalam Daftar Pengawasan Dunia 2019 yang dikeluarkan oleh Open Door (Open Doors' 2019 World Watch List ). Open Door adalah sebuah kelompok dukungan Kristen yang secara teratur membuat daftar 50 negara tempat paling sulit seseorang menjadi Kristen."
Pakistan: Pasca-pembukaan sebuah program pendidikan musim panas bagi kaum muda, sebuah keluarga Kristen di Pakistan "diteror." Mereka pun dipaksa menutup programnya setelah dituduh secara diam-diam berusaha membuat anaklanak Muslim beralih masuk Kristen. Menurut seorang anggota keluarga itu:
"Kami memulai proyek untuk kerukunan antaragama dan pengajaran yang mengajar anak-anak yang terpinggirkan dari berbagai agama sekitar setahun yang lalu. Pada Bulan Juni, kami memulai perkemahan musim panas yang menyediakan program gratis untuk anak putus sekolah. Program itu didesain untuk memberikan bimbingan bagi anak-anak ini untuk menjadi beradab dan toleran."
Setelah dua pekan program musim panas berlangsung, sekelompok orang mendatangi tempat itu. Bersama mereka, ada dua orang bersenjata. Mereka kemudian merusak barang-barang serta melecehkan anak-anak serta memukul salah satu instruktur perkemahan:
"Mereka ancam kami. Katanya bakal ada konsekuensinya jika akademi itu tidak ditutup. Mereka menuduh bahwa kami mempromosikan agama Kristen dan melakukan penginjilan Kristen. Demi keselamatan dan keamanan, kami tidak punya pilihan lain selain mematuhi para ekstremis itu lalu menutup akademi...." Saya tidak ingin kehilangan anak saya atau anggota keluarga mana pun. Peristiwa teror ini membuat kami trauma. "
Ada insiden lain terjadi, 2 Agustus lalu. Sekitar pukul 4 pagi. Tujuh pria Muslim menyerbu sebuah pastoran Katolik. Mereka kemudian mengikat lalu dengan kejam menghajar kedua pastor muda itu, Rm. Anthony Abraz dan Rm. Shahid Boota. Ketika "mempermalukan dan melecehkan kedua pastor karena memberitakan Injil di lingkungan mayoritas berpenduduk Muslim," para penyerang juga merusak bangunan. Kaca jendela, rak buku dan lemari mereka rusakkan. Benda-benda suci Kristen, termasuk Alkitab, literatur Kristen, dan ikon-ikon mereka nodai. Setelah itu, "Kami diberitahu bahwa kami harus menghadapi konsekuensi jika rumah ini tidak dikosongkan," lapor Rm. Abraz. "Mereka katakan, 'Kami tidak ingin ada pusat Kristen dekat masjid.'"
Akhirnya, semakin banyak gadis Kristen terus menjadi sasaran penculikan, pemerkosaan, dan / atau paksaan pindah agama di Pakistan. Menurut sebuah berita,
"Pada Bulan Agustus, Yasmeen Ashraf, usia 15 dan Muqadas Tufail, usia 14, diculik dan diperkosa oleh tiga pria di Kasur. Pasangan gadis Kristen itu diambil ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Juga pada Bulan Agustus, seorang gadis muda Kristen lainnya, bernama Kanwal, diculik, diperkosa, dan dipaksa masuk Islam oleh sekelompok pria Muslim dan seorang ulama di Lala Musa, yang terletak di Distrik Gujart. Setelah kembali berkumpul bersama keluarganya, Kanwal mengisahkan bahwa dia dipukuli, dilecehkan secara seksual, dan diancam saudara-saudaranya akan dibunuh jika dia menolak masuk Islam."
Pada Bulan Juli sebelumnya, setidaknya tiga kasus serupa terjadi. "Penindasan yang berlapis-lapis terjadi atas para gadis Kristen di Pakistan. Mereka menderita karena gender, agama, dan kelas. Telah didokumentasikan bahwa gadis-gadis muda Kristen menghadapi tingkat pelecehan seksual yang lebih tinggi dan dianiaya karena iman Kristen mereka," Nabila Feroz Bhatti, seorang pembela hak asasi di Lahore, mengungkapkan hal itu ketika menanggapi insiden di atas.
Demikian pula, Badan Untuk Gereja Yang Membutuhkan, mengumumkan Agustus lalu bahwa berbagai kasus itu "membunyikan alarm tentang penderitaan para wanita muda Kristen bahkan remaja, di Pakistan yang dipaksa masuk Islam." "Setiap tahun setidaknya seribu gadis diculik, diperkosa, dan dipaksa masuk Islam. Bahkan dipaksa menikahi penyiksanya," urai Tabassum Yousaf, seorang pengacara Katolik setempat lebih rinci.
Sementara itu, beberapa kalangan yang berupaya melindungi para gadis Kristen malah dihukum. Pada tanggal 16 Agustus lalu, Maskeen Khan dan dua pria Muslim lainnya menyerang rumah Bahadur Masih, seorang warga Kristen. Sambil menodongkan pisau, Khan dan para sahabatnya berusaha memperkosa putri Masih, Rachel. Tetapi dicegah oleh keluarga yang terpaksa bangun tidur sehingga segera dan dengan putus asa menanggapi keadaan. "Karena keluarga Kristen membela diri, Khan juga menderita beberapa luka." Ahsan Masih Sindhu, pemimpin Kristen setempat melaporkan, "Keluarga itu lalu menyerahkan Khan kepada polisi. Dia juga mendapat perawatan medis. Namun, belakangan dia tewas dalam tahanan kepolisian." Polisi lalu menangkap dan menuduh empat anggota keluarga korban yang melakukan pembunuhan, walau mereka ada di rumah melindungi putri mereka dari para pengacau yang beringas. Anggota keluarga lainnya sudah lari menyembunyikan diri menyusul berbagai ancaman dari keluarga pemerkosa yang gagal. "Kami sedih dengan kematian Khan. Namun bagaimanapun, keluarga Kristen berhak membela diri," jelas Sindhu. "Polisi harus melakukan penyidikan yang jujur dalam insiden ini." Bukannya menyelidiki, polisi menolak "hak keluarga Kristen utnuk membela" dirinya sendiri.
Serangan terhadap Gereja
Aljazair: Tanggal 6 Agustus 2019. Polisi memaksa masuk gereja ketika ibadat tengah berlangsung. Mereka berusaha mengeluarkan para jemaat yang enggan keluar dari gereja lalu menyegel bangunan gereja. "Saya sangat sedih dengan begitu banyak ketidakadilan. Sakit hati saya," keluh Messaoud Talkit, sang pastor.
"Tidaklah mengejutkan karena tempat-tempat ibadat Kristen lainnya ditutup dan disegel seperti kasus hari ini. Tetapi bagaimanapun, kami akan melanjutkan merayakan ibadat kami di luar gedung gereja, sembari Allah memberikan rahmatNya untuk penyelesaian akhir kasus-kasus ini."
Namun, dengan ancaman terselubung, polisi menolak permintaannya. Setidaknya untuk membiarkan kebaktian berakhir. Karena itu, "Majelis akhirnya menyerah dan setuju untuk meninggalkan tempat itu. Tetapi dengan banyak rasa sakit. Beberapa keluar gereja dengan mata penuh air mata." Polisi melanjutkan aksinya mengosongkan bangunan dari semua perabotan kemudian menutup setiap pintu di hadapan pendeta yang tertekan (gambar di sini). Menanggapi penutupan gereja terbaru ini, Aliansi Duna Penginjilan (World Evangelical Alliance) mengeluarkan pernyataan pada 12 Agustus yang menyerukan kepada Aljazair untuk menghentikan penutupan gereja. Dan sebagai gantinya membuka kembali gereja-gereja itu. Berikut ini, sebagian pernyataan:
"Kami sangat menyesalkan dua gereja lain ditutup paksa oleh keputusan administratif, Mei dan Agustus 2019 di kota Boudjima, timur laut Tizi-Ouzou di Kawasan Kabylie. Ini membuat jumlah gereja yang ditutup secara paksa menjadi 6 buah. Termasuk satu rumah gereja .... Banyak lagi gereja yang terancam ditutup, di tengah penolakan untuk mendaftatkan diri secara resmi dan pengakuan dari pihak berwenang. "
Indonesia: Para pemrotes Muslim mendesak pihak berwenang setempat untuk mencabut ijin dan menghentikan pembangunan sebuah Gereja Baptis di Jawa Tengah. Pada 1 Agustus lalu, warga setempat pergi ke gereja yang baru sebagian dibangun itu dan mengunci pagarnya. Belakangan ada pertemuan antarjemaat gereja dan warga setempat serta pihak berwenang serta para pihak lainnya. Walaupun pastor gereja itu memperlihatkan ijin yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun gereja, warga Muslim ngotot mengatakan bahwa pemberian ijin itu salah. Akibatnya, negosiasi pun buntu. Pada bulan sebelumnya, pada Bulan Juli, dua gereja lain di Indonesia ditutup akibat protes dari masyarakat setempat.
Turki: Gereja St. Theodoros Trion, sebuah gereja bersejarah yang ditinggalkan di negeri itu, dirusak. Tulisan (graffiti) di temboknya termasuk berbagai slogan berbau genosida (pembantaian massal oleh negara). Gereja itu ditinggalkan karena jemaat Yunaninya yang asli sudah dimusnahkan oleh Kekaisaran Utsmaniyah. Menurut berita,
"Para perusak menuliskan tulisan ujaran kebencian dengan cat di seluruh tembok gereja. Banyak aksi vandalisme merujuk pada sekularisme yang dipaksakan Ataturk, pendiri Turki modern, ke dalam struktur pemerintahan ... Hanya beberapa tahun lalu, gereja yang sama menjadi sasaran para perusak Islam radikal yang menulis slogan-slogan seperti 'pastornya sudah pergi. Dia pergi ke masjid.' Pernyataan itu merujuk kepada pembantaian massal (genosida) yang dilakukan negari itu dan paksaan pindah agama yang terjadi selama ini. Tidak ada orang Kristen menjadi anggota gereja ini. Semua jemaatnya adalah korban genosida. Mereka menghadapi kematian, deportasi, dan perpindahan agama secara paksa. Segelintir orang yang selamat sejak itu meninggalkan negara itu. Gereja itu akhir-akhir ini berdiri sebagai monumen bersejarah bagi kekristenan yang dulunya merupakan hal yang biasa di wilayah tersebut."
Mesir: Seorang bocah menjadi korban terakhir dari pembatasan yang kasar dan keras terhadap gereja di Mesir. Menurut sebuah berita 21 Agustus 2019 lalu, Youssed Ebid, seorang bocah Kristen berusia 4 tahun (lihat fotonya ditabrak traktor ketika menunggu di luar rumah menanti bus yang menjemputnya ke gereja di desa lain. Desanya sendiri akhir-akhirnya melarang ada gereja di sana. Keadaan ini memaksa warga Kristen desa itu untuk bepergian jauh supaya bisa ke gereja. Banyak umat Kristen di Mesir menghadapi situasi yang sama. Kecelahaan kerapkali terjadi selama perjalanan mereka yang jauh.
Tentang Seri Ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.