Tanggal 25 Juli 2018. Para penjahat tidak dikenal membakar Gereja Saint-Pierre du Matroi, di Orleans, Prancis. Mereka juga menuliskan "Allah ou Akbar" dengan cat semprotan pada gereja itu. (Sumber foto: Peter Potrowl/Wikimedia Commons). |
Ekstremis Muslim Menyerang Gereja Kristen
Mesir: Polisi yang hanya duduk berpangku tangan mendorong massa Muslim menyerang gereja. Setelah Muslim lokal di Desa Ezbet Sultan Pasha tahu bahwa umat Kristen yang membentuk sekitar 20% populasi desa itu, berupaya melegalisasi pembangunan gerejanya, massa Muslim mengepungnya. Aksi itu dilancarkan 6 Juli, setelah Sholat Jumat. "Pemrotes meneriakkan slogan menentang kami [umat Kristen] seperti 'Kami tidak ingin ada gereja di desa kami," urai seorang pemukim. "Kami mengunci diri dalam rumah-rumah selama demonstrasi berlangsung. Kami takut mereka menyerang kami. Polisi tidak bertindak apa-apa untuk membubarkan demonstran. Juga tidak menangkap satu pun dari mereka." Demonstrasi berlanjut keesokan harinya tanpa ada campur tangan polisi.
Pada hari Jumad berikutnya, seusai Sholat, kaum Muslim setempat dan dari desa-desa tetangga kembali mengepung gereja. Mereka melemparkan batu dan batubata ke gereja serta sebuah rumah umat Kristen di dekatnya." Mereka meneriakkan 'Allahu akbar' serta menyanyikan slogan-slogan permusuhan terhadap umat Koptik seperti: 'Kami tidak akan ijinkan gereja apapun untuk ada di desa Muslim kami.' 'Kami tidak akan ijinkan ada sembahyang lain diselenggarakan di desa Muslim kami, kecuali sholat kami,'" urai pemukim Kristen lainnya. Menurut berita:
"Polisi tidak campur tangan. Salah seorang polisi agaknya berjanji kepada para pemrotes bahwa tidak ada gereja bakal diijinkan ada di desa....Pernyataan ini membuat para pemrotes bertepuk tangan sambil meneriakkan 'Allahu akbar'...Sedikitnya ada kira-kira 3.000 permohonan dari gereja masih menanti, masih perlu diteliti oleh komisi pemerintah yang dibentuk untuk memverifikasi apakah permohonan itu memenuhi persyaratan legal."
Uskup Agung Makarios pun kemudian mengeluarkan pernyataan. Dikatakannya, "Kami sedih dengan upaya resmi untuk menyenangkan hati demonstran dan persetujuan diam-diam terhadap tuntutan beberapa orang yang tidak berhak terhadap tuntutan seperti itu [tuntutan agar tidak ada gereja di desa itu], sehingga merugikan hak umat Koptik." Seorang warga setempat mengatakan, "Teror merajalela di desa itu karena kaum Muslim boleh berdemonstrasi dan berkumpul kapan pun. Kami sangat ketakutan dan berusaha mengantisipasi situasi."
Pakistan: Lima anggota sebuah keluarga Muslim melempari sebuah gereja kecil dengan batu ketika ibadat tengah berlangsung di Samundari, sebuah distrik Faisalabad, 13 Juli. Bersenjatakan senapan dan minyak tanah mereka berupaya membakar gereja. Menurut seorang umat Kristen setempat:
"Sekelompok Muslim bersenjata memperlakukan Agama Kristen secara kasar dengan cara menajiskan barang-barang gereja. Sekitar 50 laki-laki dan wanita tengah beribadat di gereja ketika sekompok Muslim menembakkan senjata ke udara, menyerang gereja, memukul jemaat laki-laki dan perempuan, merusak jendela, altar, mimbar, kursi serta menajiskan buku-buku Kristen. Bagaimanapun, campur tangan polisi setempat yang tepat waktu mampu mengendalikan situasi sehingga menyelamatkan umat Kristen. Para [penyerang] memang punya konflik atas bangunan itu dengan Abid Masih. Mereka ingin merebut bangunan gereja itu. Sepekan sebelumnya, seorang anak Kristen diculik supaya mudah menekan komunitas Kristen. Namun, belakangan, anak bisa ditemukan."
Menurut Shamaun Qaiser, seorang aktivis Kristen setempat:
"Menyedihkan mencatat kecenderungan kekerasan baru ini, ketika kaum Muslim mulai menyerang tempat-tempat ibadah umat Kristen guna menyelesaikan perselisihan-perselisihan pribadi. Aksi melawan bagian masyarakat yang lebih lemah seperti ini kerap tidak dihukum. Saya tidak berharap bahwa keadilan ditegakkan bagi umat Kristen ini ketika pemerintah dan legislatif kerapkali memalingkan mata buta terhadap isu kekerasan terhadap umat Kristen."
Prancis: Penjahat tidak dikenal menyemprotkan cat menuliskan kata "Allah ou Akbar" di sebuah gereja sebelum membakarnya. Menurut sebuah berita:
"Rabu malam [25 Juli] Gereja Saint-Pierre du Matroi di Orleans dibakar dengan 'niat jahat,' demikian dikatakan sumber kepolisian. Peralatan gereja berikut lembaran teks-teks musik dibakar. Tulisan-tulisan bernada mengerikan [ditemukan] di sana. Salah satunya, 'Allahu Akbar.' Beruntung api segera dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran sehingga tidak membakar bangunan penunjang gereja. Ini bukanlah pertama kalinya serangan atas sebuah gereja Prancis. Pada 26 Juli 2016 lalu, dua teroris Islam radikal menyerang umat yang sedang menghadiri misa di Gereja Katolik di Normandia. Penjahat membunuh Jacques Hamel yang berusia 85 tahun dengan menggorok lehernya. Juga secara mengerikan melukai seorang laki-laki lainnya yang berumur 86 tahun. Tahun silam, seorang wanita Muslim yang hanya dikenal dengan nama awalnya 'Kenza' dijatuhkan hukuman dua tahun percobaan karena melakukan aksi vandalisme terhadap Gereja Sainte Marie Madeleinde di Jacques Hamel...Ada 128 insiden vandalism terhadap gereja serta serangan anti-Kristen lainnya di Prancis dalam lima bulan pertama tahun 2018."
Kyrgyzstan: Sebuah gereja yang banyak melayani kaum Muslim murtad yang masuk Kristen diperintahkan untuk menghentikan ibadat Minggunya. Sebelumnya, beberapa kelompok orang, termasuk pihak berwenang setempat beserta para pengikut imam kawasan itu, dua kali menyela ibadat gereja. Dalam kedua kesempatan itu, para pengacau yang menyela itu memaki-maki dan mengancam jemaat dengan mengucapkan hal-hal seperti: "Kau tidak bisa hidup dan jalankan pelayananmu di sini... Kami akan terus datang ke sini untuk mengganggu sekaligus menyiksa kalian dengan cara yang mungkin ada." Menurut berita:
"Selama lebih dari satu dekade, gereja itu dipimpin oleh Pastor Miran. Kepemimpinan sekolah tempat dia bekerja mengancam memecatnya setelah tahu dia beralih masuk Kristen serta perannya sebagai pemimpin gereja. Dia juga dituduh melecehkan anak-anak dekat sekolah sehingga pernah dipenjara selama enam bulan. Gereja merasa tuduhan itu hanya diarahkan untuk menjatuhkan dia karena masuk Kristen. Sejek dibebaskan, Pastor Miran, ayah lima anak, tidak bisa lagi mendapatkan pekerjaan yang digaji."
Masyarakat Muslim setempat mengatakan, "Jika Miran bisa mengkhianati 'Islam pribuminya yang murni', dia bisa saja melakukan hal-hal yang jahat juga.
Aljazair: Pihak berwenang Aljazair menutup gereja Kristen lain. Menurut pastor dengan enam puluh jemaat itu, dia tiba di gerejanya 11 Juli lalu dan menemukan dua mobil polisi bersenjata parkir dekat pintu gerejanya. "Tiga polisi memasuki gereja lalu menjalankan perintah mereka. Menurut Pastor Benamara:
"Mereka mencopot tirai. Pintu depan gereja mereka segel sehingga benar-benar melarang kami membuka gereja setelah ditutup. Setelah menjalankan eksekusi, Wali [Gubernur] Bejaia untuk menutup tempat itu, polisi pergi tinggalkan tempat itu...Di situlah kami berada...Gereja kami ditutup dan umat beriman kami tidak bisa bertemu lagi...Ini tidak adil. Pihak berwenang yang diandaikan menghormati dan menegakkan peraturan republik sendiri tidak menghormatinya. Tidak benar bahwa hukum Aljazair dan hukum internasional menghormati dan menuntut penghormatan bagi semua agama sama seperti terhadap Islam? Juga praktek mereka? Mengapa mereka mencemooh hukum republik?"
Sebelumnya, ada enam gereja lain ditutup pihak berwenang --- tiga gereja belakangan diijinkan dibuka kembali --- dalam bulan-bulan selanjutnya.
Tanggal 26 Juli, Dewan Hak Asasi Manusia PBB (United Nations Human Rights--- UNHRC) mengatakan dalam observasi penutupnya bahwa lembaga tersebut "tetap prihatin" dengan soal penutupan gereja. Karena itu, UNHRC meminta Aljazair "menjamin pelaksanaan penuh kebebasan berpikir, suara hati dan agama semua [warga negaranya]." Lembaga itu juga menyerukan Pemerintah Aljazair supaya "menahan diri untuk tidak menghambat agama dari pribadi-pribadi yang tidak menjalankan agama resmi, khususnya dengan cara yang merusak serta menutup bangunan atau menolak memberikan pendaftaran atas gerakan-gerakan keagamaan."
Turki: Perampok menerobos memasuk gereja Armenia yang bersejarah di negara mayoritas Muslim itu. Para pengacau itu membuat "kerusakan yang tidak bisa diperbaiki" dengan menggali lantai utama gereja supaya bisa masuk --- sebuah prosedur rumit yang tidak mungkin dilakukan jika pemerintah tidak benar-benar mengabaikan warisan Kristen negeri itu. Menurut berita:
"Pihak berwenang Turki...praktis, mendorong perusakan [situs-situs] warisan budaya dan peradaban Armenia yang berharga...Pada masa lalu, para penguasa Turki melancarkan pembantaian massal atas masyarakat Armenia, merusak keadaan fisik masyarakat mereka di Armenia Barat (sekarang menjadi Turki Timur). Termasuk merusak tanah nenek moyang mereka. Semenjak itu, penguasa Turki terus melancarkan kebijakan pembasmian budaya atas urusan mereka sebagai kebijakan negara untuk membumihanguskan apapun jejak mereka."
Ekstremis Membantai Umat Kristen
Mesir: Maher Girgis Tawfiq, 45, seorang ayah empat anak tewas misterius setelah pergi ke kantor polisi setempat mengadukan ancaman yang diterimanya dari seorang warga Muslim. "Sekitar tengah malam," urai sebuah berita, "istrinya mendapat telepon dari polisi. Mereka memberitahu dia bahwa suaminya pingsan dan sudah dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Keluarga itu pun tergesa-gesa pergi ke rumah sakit. Di sana, mereka diberitahu bahwa Tawfiq sudah meninggal dunia saat diterima di bagian darurat. Polisi memberitahu media setempat bahwa penganut Koptik itu meninggal dunia setelah koma, akibat sakit diabetes yang dideritanya. Tetapi pihak keluarga mengatakan, dia tidak menderita diabetes dan bahwa mereka yakin dia dibunuh." "Kami pergi ke kamar jenazah untuk melihat jasad Maher dan menemukan beberapa memar di berbagai bagian tubuhnya. Ada memar biru lebam di belakang lehernya. Bibirnya membiru. Kami juga melihat ada buih putih keluar dari mulutnya," urai sepupu almarhum. "Matanya juga berdarah," tambah George, saudara ipar korban:
"Sekelompok polisi mengancam para saudara almarhum Maher. Jika ngotot bahwa korban dibunuh di kantor polisi atau menuntut dilakukan otopsi, maka mereka akan dituntut. Artinya, polisi akan merekayasa tuntutan atas mereka...Saya tidak akan senang sampai para pelakunya diminta bertanggung jawab. Kami ingin merasa bahwa kami hidup di bawah pemerintahan berdasarkan hukum dengan keadilan dan kesamaan derajat, dan bukan dalam keadaan yang menindas..."
Ini bukan pertama kalinya kasus seperti ini. Setahun sebelumnya, seorang laki-laki Kristen lainnya meninggal dunia justru ketika sedang berada dalam tahanan. Polisi Mesir mengatakan, dia bunuh diri, walau ada bekas-bekas penyiksaan membekas pada jenazah korban.
Nigeria: Dalam aksi razia oleh pejihad, Minggu pagi, 1 Juli lalu ada enam orang tewas terbunuh di antara banyak umat Kristen yang dibantai selama aksi jihad yang tengah berlangsung. Gereja mereka serta dua puluh bangunan lainnya juga dibakar. Dalam suatu kejadian terpisah, seorang pastor, istrinya serta seorang pemimpin Kristen lainnya dibunuh oleh kelompok penggembala Fulani yang menganut Agama Islam. Ketika para teroris menyerang dan menembak, para korban tengah dalam perjalanan pulang ke rumah setelah mengunjungi keluarga mereka, Pasangan menikah itu meninggalkan delapan anak. Sementara, pemimpin Kristen lainnya meninggalkan istri beserta tiga anaknya. Dalam sebuah insiden terpisah, enam umat Kristen dibantai.
Ekstremis Menyerang Orang Murtad dan Penghina Agama
Mesir: Polisi menangkap seorang laki-laki Kristen sementara kaum Muslim setempat melakukan kerusuhan, setelah seorang laki-laki Kristen dituduh menghina Nabi Islam di halaman FB-nya karena mempertautkan sebuah artikel yang membandingkan Nabi Muhamad dengan Yesus. Massa Muslim yang marah menyerang rumah-rumah umat Kristen kemudian berusaha menyerbu gereja desa itu, 9 Juli lalu di Desa Menbal. Jendela dihancurkan dan beberapa umat Kristen menderita luka-luka akibat pecahanan kaca. "Kaum ekstremis Muslim desa kami dan desa-desa tetangga menghasut warga desa Muslim melawan kami...Mereka lalu mulai melemparkan batu dan batubata ke rumah-rumah umat Koptik sambil meneriakan 'Allahu akbar' dan menyanyikan slogan menentang umat Koptik, seperti, 'Akan kami usir kalian dan pastor dari desa kami, oh orang kafir, oh penyembah salib, oh orang-orang tercemar," urai seorang pemukim Kristen. "Kami mengalami masa-masa sangat mengerikan ketika gerombolan massa menyerang rumah-rumah kami."
"Anak-anak kami menangis ketakutan," ujar yang lainnya: "Kami semua [umat Kristen] bersembunyi dalam rumah. Kami takut keluar ke jalan-jalan desa. Kami semua di sini panik dan takut ...[Kami] masih mendapat ancaman dari tetangga Muslim. Mereka katakan akan balas dendam atas kami semua segera setelah pasukan keamanan meninggalkan desa. Kami takut mereka menyerang kami Jumad ini nanti setelah sholat siang." Kami menghabiskan sore hari yang menyakitkan yang tidak terlupakan," urai pemukim Kristen Menbal lainnya. "Sebuah sore penuh terror."
Yunani: Sekelompok massa Muslim menyerang tujuh warga Iran yang beralih masuk Kristen di kamp pengungsi justru ketika polisi berjaga dan mengawasinya. Menurut berita, umat Kristen,
"sekelompok kecil orang bertemu bersama di salah satu container Conex tempat mereka berdiam, setelah berhasil mengumpulkan beberapa orang lain. Pemukim kamp lain agaknya memperhatikan mereka...sehingga sebuah kelompok massa terbentuk Minggu malam itu, ketika mereka sedang menyelenggarakan Pertemuan Kajian Alkitab. Massa kemudian menyerang, mengancam mereka dengan pisau dan memukul para prianya, sehingga dua dari mereka terpaksa dibawa ke rumah sakit. Dua wanita beserta dua anak kecil juga diancam dengan pisau. Minyak tanah pun disiram oleh massa yang marah di tempat itu. Mereka juga disebut 'kafir' dan disuruh meninggalkan kamp pengungsian. Sebelumnya, salah seorang pria mengalami masalah jantung (heart condition) sehingga serangan itu menyebabkan dia meninggal dunia. Ambulans sempat dipanggil, tetapi massa mencegahnya memasuki kamp pengungsi. Polisi Yunani yang ada tidak bertindak apa-apa, karena kalah jumlah dengan massa penyerang yang mencapai 30-40 orang."
"Bahkan sebelum saya bangun untuk pergi kerja (seorang ibu) menelepon saya. Ia memberitahu bahwa dia berada di Rumah Sakit Universitas karena dia dan suaminya diserang sekelompok Muslim," kenang Pastor Apostolos Theodorakos dari Gereja Injil Bebas (Free Evangelical Church) di Larissa; "Saya lalu berlari ke rumah sakit. Di sana saya temukan jiwa tercinta ini bersama anaknya, ketakutan, dengan luka tusukan... [Se]kelompok orang terdiri dari 30-40 orang datang...menuduh mereka menjadi Kristen dan sedang pergi ke gereja. Kenyataannya, seorang dari kelompok massa menuangkan cairan ke dalam container tempat orang Kristen itu bertemu dan seorang lainnya berupaya (menyalakan) api." Semenjak itu, para korban serangan melarikan diri ke rumah yang aman.
Indonesia: Martinus Gulo, seorang mahasiswa Kristen berumur 21 tahun dijatuhi hukuman selama empat tahun beserta denda Rp 1 miliar, karena penghinaan terhadap agama (defamation) atau "penistaan agama" (blasphemy) terhadap Nabi Agama Islam, 24 Juli lalu. Ketika mendengar keputusan hakim, puluhan Muslim bersorak-sorak sambil meneriakan "Allahu Akbar". Beberapa bulan sebelumnya, dia mempostingkan sebuah tulisan dalam lapak FB yang menyamakan Nabi Muhamad dengan babi. Menurut berita, "Gulo yang Kristen itu, mengatakan kepada pihak berwenang bahwa dia membuat postingan itu karena merasa terganggu bahwa agamanya dikritik secara daring...Kasus itu memperbesar keprihatinan bahwa Islam moderat Indonesia justru berada dalam ancaman yang semakin besarnya dari kaum radikal yang berpengaruh."
Uganda: Ancaman mati dari kaum Muslim atas seorang Muslim yang beralih menjadi pastor Kristen beserta anak-anaknya menyebabkan dia menghentikan pembangunan gereja di tanahnya lalu melarikan diri. Menurut berita,
"Pastor berusia 55 tahun itu memukimkan kembali keluarganya di Mazuba, lima tahun silam setelah berhasil melarikan diri dari penyiksan kaum Muslim di Desa Sironko. April lalu, kaum Muslim di Mazuba perhatikan bahwa beberapa Muslim telah menjadi Kristen dan masuk gerejanya...Gosip (word) bahwa dia, sang pastor itu berpindah agama dari Islam sebelumnya menyebar cepat. Anak-anak sekolah Muslim pun mulai menggertak delapan anaknya...Ketika Muslim kawasan itu mengancam hendak membunuh anak-anaknya, pastor dan istrinya merasa tertantang untuk mengirimkan mereka ke sekolah berasrama di kota lain. Awal tahun, Pastor Budallah memberikan sebagian dari tanahnya untuk pembangunan gereja. Bagaimanapun, setelah tembok-tembok dibangun, Muslim kawasan itu, meminta pembangunan dihentikan."
Perhentian pembangunan juga tidak membuat ancaman berhenti; " Kami tahu tipu muslihat kau. Bahwa niat kau membangun gereja itu bagimu adalah supaya anggota kami beralih menganut Agama Kristen," bunyi sebuah surat. "Jika kau terus membangun gereja, kau berisiko kehilangan nyawa termasuk jemaat gerejamu." Keluarga pastor yang Muslim pun terus mengirim pesan-pesan ancaman kepadanya: "Kau sudah menolak kembali ke kampung halaman [Sironko]. Dan kami dengar kau mulai membangun gereja untuk orang-orang kafir, " bunyi sebuah SMS. "Ketahuilah bahwa Allah akan segera berurusan denganmu dan kau tidak akan selesaikan pembangunannya atau berdoa di dalamnya." "Para jemaat gereja kini hidup dalam ketakutan yang luar biasa, karena nyawa mereka. Mereka juga sudah berhenti mengikuti ibadat gereja," urai sang pastor.
Secara terpisah, "kaum Muslim yang marah" melemparkan batu kepada seorang pastor Kristen sehingga dia tidak berdaya dan tidak sadarkan diri. Aksi itu terjadi setelah sang pastor mempermalukan lawannya yang Muslim dalam debat publik. Menurut berita 21 Juni lalu:
"Sebuah batu menghantam Pastor Tom Palapande, 38 tahun, di kepalanya dalam sebuah perdebatan terbuka dengan Muslim kawasan itu tentang kitab suci Islam dan Kristen, Trinitas serta status Jesus sebagai Anak Allah, di antara berbagai topik...Dalam perdebatan keempat tentang Yesus sebagai Anak Allah, sang pendebatnya, seorang sheik yang merasa kurang siap meninggalkan tempat perdebatan di tengah acara...Kaum Muslim yang malu di tengah kerumunan menanggapi kepergian sang sheik dengan melemparkan Pastor Palapande dengan batu serta meneriakkan lagu pejihad, 'Allahu akbar,'...Satu batu besar menghantam dahi sang pastor. Batu-batu lainnya juga melukai tiga pemimpin gereja lainnya yang berada dekat dengan sang pastor di atas podium."
Setelah tersadar di sebuah klinik dan kemudian dipindahkan di sebuah rumah sakit di Mbale, sang pastor smengatakan, "Ini bukan pertama kalinya kaum Muslim menyerang kami, khususnya ketika mereka kalah debat." Uganda merupakan negara mayoritas Kristen; Muslim membentuk tidak sepenuhnya 14% populasi.
Ekstremis Lakukan Diksriminasi dan Perlakuan Kejam atas Umat Kristen
Irak: Pemerintah rejional Kurdi menetapkan jizya atas umat Kristen setempat. Jizya adalah pajak yang bersifat diskriminatif terhadap umat Kristen dan Yahudi yang secara historis diwajibakan untuk dibayarkan kepada para penguasa Muslim mereka. Menurut berita:
"Pemerintahan Rejional Kurdistan (KRG) menetapkan regulasi baru yang diskriminatif. Regulasi baru itu mempersyaratkan semua pemilik usaha di Kota Ankawa yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat Suku Assiria [yang lebih dari 80% warganya Kristen] yang berlokasi di Propinsi Erbil untuk memperbarui ijin usaha mereka...supaya bisa mendapatkan uang. Regulasi baru ini diterapkan eksklusif di Ankawa, meskipun ada 10 distrik berada di bawah yurisdiksi Distrik Pusat Erbil...Perintah baru yang menyasar pemilik toko keturunan Assiria, menjadi bentuk diskriminasi terbaru yang menyasar warga Assiria di Ankawa...Salah seorang politisi Assiria... diberitahu pejabat KRG bahwa bentuk pajak jizya ini, bisa dibenarkan karena Ankawa merupakan kota Kristen."
Arti dan menggunaan jizya tercatat dalam Al-Qur'an 9:29:
"Perangilah orang yang tidak beriman kepada Allah atau pada Hari Kiamat. Perangi juga orang-orang yang tidak menganggap tidak sah apa yang Allah dan UtusanNya sudah menjadikannya tidak sah. Perangi juga mereka yang tidak memilih agama yang benar dari orang-orang yang sudah diberi Kitab---[perangi] sampai mereka membayar jizya [upeti] secara sukarela ketika mereka itu direndahkan."
Bangladesh: "Ribuan umat Kristen... dianiaya di Bangladesh terkait dengan soal tanah", demikian diungkapkan oleh sebuah berita yang terbit 31 Juli lalu. Dalam salah satu contohnya, kaum Muslim bangkit menentang sekaligus menjarah tanah warga desa Kristen dengan bantuan polisi setempat. Empat umat Kristen terbunuh dan 30 lainnya terluka. Seorang imam Katolik yang mengunjungi mereka Juli 2018 lalu --- dua tahun pasca-kejadian, menyimpulkan:
"Secara keseluruhan ada 1.500 umat Kristen [terus saja] hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi. Sejumlah LSM sudah memberikan seng supaya mereka bisa membangun tempat tinggal sementara yang bisa dibongkar-pasang. Meski para korban secara resmi menyampaikan keluhan terhadapersoalan ini dan meminta pemerintah [untuk campur tangan], mereka dibiarkan begitu saja. Pemerintah bungkam. Saya tidak tahu ada apa di baliknya."
Salah seorang umat Kristen yang tidak punya rumah Yoseph Murmu, mengatakan, "tindakan pemerintah sangat buruk [terhadap masyarakat]. Kami ingin mendapatkan lahan kami kembali." Dalam satu contoh lain, seorang Muslim didampingi oleh lima puluh orang bersenjata menjarah tanah milik Abraham Cruze, seorang warga Katolik berusia 65 tahun. "Selama dua tahun, saya meminta bantuan," urai laki-laki yang terusir itu. "Tetapi sampai sebegitu jauh, semua usaha saya sia-sia. Saya pernah punya rumah kecil tetapi sekarang tidak lagi. Saya tinggal bersama beberapa keluarga saya."
Zanzibar: Seorang pastor Kristen yang dikutip pendapatnya dalam sebuah berita 10 Juli lalu menjelaskan bagaimana Kepulauan Zanzibar yang semi-otonom dengan mayoritas Muslimnya, "telah menyembunyikan (berita) penyiksaan umat Kristen selama beberapa dekade." Menurut Simon, pastor gereja itu:
"Sangat jelas bahwa kebangkitan agama Kristen di Zanzibar menimbulkan permusuhan dan diskriminasi. Isu-isu ini sangat sedikit diketahui atau bahkan sama sekali tidak tahu oleh masyarakat internasional. Memang benar Zanzibar terkenal karena pariwisata dan rempah-rempahnya, tetapi persoalan yang benar adalah bahwa lembaga Kristen sudah dianiaya begitu lama. "
Pastor lain, Amos, diperintahkan menghentikan pembangunan gereja di lahannya sendiri tahun 2017: "Upaya hukum kami untuk mempertahankan kepemilikan kami atas kompleks gereja dihentikan oleh keputusan hukum yang dipengaruhi Islam," katanya. "Kami khawatir bangunan gereja yang belum selesai dihancurkan kapanpun kemudian sebuah masjid dibangun di atasnya."
Mesir: Menteri Kesehatan Mesir yang baru diangkat, Dr. Hala Ziyad mengeluarkan peraturan baru. Peraturan itu mempersyaratkan semua dokter mendaraskan setiap hari Sumpah Hippokrates versi Islam, sehingga warga Mesir yang dirawat di rumah sakit bisa mendengarkannya. Menurut berita:
"Semua dokter Mesir, Muslim dan Kristen, dipersyaratkan mengucapkan Sumpah Hipokrates versi Mesir yang berisi kata-kata yang tidak ada bedanya dengan pengakuan iman Islam...Bagian bermasalah itu muncul pada bagian terakhir, di mana orang yang disumpah mengucapkan, 'Allah dan Nabi-Nya.' Kebanyakan umat Koptik memang tidak mengalami kesulitan untuk mengakui 'Allah' — yang hanya bahasa Arab untuk' Tuhan '. Tetap kata 'Nabinya' lebih bermasalah, karena ini pengakuan bahwa Nabi Muhammad benar-benar Nabi Allah. Setiap dokter Koptik yang megucapkan secara terbuka sumpah ini membahayakan identitas keagamaannya, karena ini akan memperlihatkan perpindahan agama secara implisit ke dalam Islam. "
Yang dikhawatirkan adalah bahwa kata-kata seperti itu mungkin memperbesar peluang dokter Kristen mengalami kesulitan dengan kolega atau pasien mereka yang jauh lebih bersemangat. Karena, pada dasarnya, kata-kata itu mengakui Syahadat. Jadi, ketika mendengar dokter Kristen mengakui Nabi Muhamad sebagai Rasul Allah, mereka mungkin dirundung untuk mengikutinya sepenuhnya dengan memeluk Islam.
Secara terpisah, seorang wartawan Kristen yang berbasis di Kairo menerbitkan sebuah artikel di suratkabar yang mendiskusikan tantangan yang sedang dihadapai para wanita Kristen di Mesir. Kutipannya sebagai berikut:
"Menjadi wanita di sebuah negara yang sebagian besar masyarakatnya melihat wanita sebagai sesuatu yang memalukan sehingga cara terbaik adalah dengan melihatnya dari sudut pandangan seksual, maka menjadi beban berat, bahkan celaka ketika anda seorang wanita Kristen. Itu neraka...Pelecehan seksual dapat dijelaskan sebagai suatu epidemi yang tersebar di seluruh penjuru Mesir. Menurut sebuah kajian PBB tahun 2013 silam, lebih dari 98 persen dari seluruh wanita Mesir pernah mengalami pelecehan. Tetapi studi itu tidak memperlihatkan bagaimana pelecehan itu berbeda dari seorang wanita pemakai hijab daripada yang lainnya yang memperlihatkan rambutnya. Sebagian besar wanita Mesir memakai hijab. Karena itu wanita lain yang tidak mengenakannya paling mungkin adalah umat Koptik. Ini berarti, laki-laki Mesir berpikir dia berhak merundungnya, benar-benar karena dia melihatnya sebagai pelacur dan orang yang tidak beriman. Anda mungkin berpikir saya berbicara tentang laki-laki kelas tertentu, tetapi kenyataannya sebagai besar laki-laki Muslim (tidak semuanya, tetapi mayoritas) melihat wanita Koptik sebagai mangsa yang mudah. Dia pikir dia akan mendapat ganjaran relijius jika bisa memanipulasinya secara emosional dan membujuk dia untuk menikahnya atau untuk membuatnya masuk Islam. Ini fenomena yang ada di Mesir Atas (Upper Egypt).
Raymond Ibrahim, pengarang buku baru, Sword and Scimitar, Fourteen Centuries of War between Islam and the West, (Pedang dan Badik, Empat Belas Abar Perang Antara Islam dan Barat) adalah Mitra Senior Kenamaan Gatestone Institute Middle East Forum.
Tentang Seri Ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.