Makin banyak laporan perlakuan kejam yang umat Kristen serta minoritas lain alami di tangan Negara Islam muncul selama Mei lalu. Ada kisah tentang sepasang suami-isteri setelah anak-anak mereka disandera penjahat ISIS. Pada suatu saat mereka membuka pintu setelah mendengar ketukan di sana. Dan yang mereka temukan di sana adalah sebuah onggokan kantong plastik. Bungkusan itu berisi bagian tubuh-bagian tubuh para puteri mereka berikut video siksaan dan perkosaan yang kejam atas mereka.
Seorang ibu Kristen lainnya dari Mosul menjawab ketukan di pintu, hanya untuk mendapatkan para jihadi ISIS yang menuntut dia supaya meninggalkan rumahnya atau membayar jizya (uang perlindungan yang dituntut sebagai upeti umat Kristen dan Yahudi yang ditaklukan menurut Al-Qur'an ayat 9: 29). Sang wanita meminta waktu beberapa saat, karena anaknya sedang berada di kamar mandi. Namun, para jihadi menolak memberinya waktu. Mereka membakar rumahnya. Puteri sang wanita tewas hidup-hidup. Sang gadis meninggal dalam pelukan mamanya. Dan kata-kata terakhirnya adalah, "Ampunilah mereka."
Negara Islam dilaporkan memenggal kepala pemimpin Kristen lainnya pada 8 Februari. Tidak ada media melaporkanya, kecuali sebuah suratkabar di Italia, yang melaporkannya Mei lalu dengan mengatakan, "Ada laporan-laporan yang bisa dipercaya bahwa Pastor Yacob Boulos dipenggal kepalanya oleh sekelompok teror militan setelah dia berdoa di altar di gerejanya. Dia disiksa hingga tewas."
Menurut laporan lainnya,
"Masih ada contoh pembantaian lain yang mengganggu dan yang sedang dihadapi umat Kristen dan minoritas agama lain di Timur Tengah. Pada 12– 13 Mei lalu, sekelompok penjahat Negara Islam (IS) memasuki sebuah kota dekat Kota Hama di Suriah, yang dihuni hanya oleh kaum Kristen dan suku Alawit. Mereka membunuh sejumlah pria, wanita dan anak-anak yang belum pasti jumlahnya. Para pria dipenggal kepalanya, sementara wanita diperkosa dan dibunuh. Banyak anak juga dibunuh. Belum juga benar-benar tepat berapa banyak orang dibunuh saat itu."
Seorang pemimpin Kristen setempat mengatakan,
"Di manakah para pemimpin Barat, Ban Ki-Moon (Sekretaris Jenderal PBB), Uni Eropa, WHO dan berbagai organisasi Kristen lain? Berapa lama bangsa kami bertoleransi dan bertahan. Kami tidak pegang senjata dan senapan, tetapi mencair bagai lilin! Mungkinkah suara kami terdengar oleh semua yang lainnya?"
Romo Douglas Bazi, seorang imam Irak yang disandera ISIS pada 2006 tetapi belakangan berhasil melarikan diri mengisahkan kembali pengalamannya sebagai tawanan:
"Mobil saya mereka rusak, mereka ledakan gereja saya di [sic] depan saya. Kaki saya ditembak dengan AK-47. Peluru masih ada dalamnya. Dan saya [sudah] disandera selama sembilan hari. Mereka remukan hidung dan gigi saya dengan palu. Dan mereka pecahkan salah satu ruas tulang punggungku."
Dia berhasil dibebaskan setelah gerejanya membayar uang tebusan. Tetapi akhirnya terpaksa melarikan dari kawasan itu setelah ISIS terus melanjutkan penganiayaan. "Menjadi umat Kristen di Irak, adalah misi yang mustahil," urai Rm. Bazi lalu menambahkan, "Tapi walau demikian, saya tidak sepenuhnya terkejut ketika mereka menyerang umat saya. Saya justru heran mengapa umat saya masih bertahan hidup. Tolong ceritakan kisah-kisa kami. Biar dunia tahu apa yang terjadi pada kami."
Seluruh kisah penganiyaan yang kaum Muslim lakukan atas umat Kristen selama Mei lalu di seluruh dunia dimasukan dalam artikel ini, namun tidak terbatas pada kisah-kisah berikut ini:
Makin Banyak Kaum Muslim Bantai Umat Kristen
Uganda: Seorang pastor Kristen diracuni hingga meninggal dunia oleh seorang Muslim. Micah Byamukama, 61 tahun, seorang pastor Gereja Baptis, meninggal dunia 15 Mei lalu setelah memakan racun pembasmi hama yang dibubuhi oleh seorang Muslim, Ahmed Mupere dalam makanannya. Mupere diyakini bingung ketika sang pastor menantang kepercayaannya kepada jinn, mahluk gaib yang memuakan dalam literatur Islam termasuk Al-Qur'an. "Allah yang sejati adalah Allah Tuhan Yesus umat Kristen yang menaklukan kekuatan Setan termasuk jin Islam. Jin Islam adalah tindakan Setan dan harus ditolak," urai sang pastor tegas. Segera setelah peristiwa itu, orang tidak dikenal diyakini dibayar Mupere untuk menyerang dan melukai sang pastor dengan pisau.
Lima hari setelah serangan pisau, Mupere, yang berpura-pura tidak marah lagi, mengunjungi sang pastor, seorang duda tanpa anak. Menurut laporan, dengan berpura-pura sudah berbaikan, dia mengajak sang pastor makan bersama. Saat itulah, diam-diam dia bubuhi racun dalam makanan lalu berhenti makan. Sebaliknya, Pastor Byamukama terus melanjutkan makannya." Segera setelah makan, sang pastor merasa sakit perut, kemudian tergesa-gesa dibawa ke rumah sakit. Namun, sayangnya dia dinyatakan meninggal dunia beberapa saat kemudian.
Sebelumnya, sang pastor berkisah kepada tetangganya bahwa, "Ahmad makan sedikit bersama saya, lalu berhenti. Ketika saya tanyakan mengapa tidak melanjutkan makan, dia mengatakan bahwa dia sudah makan di rumah dan bahwa dia ingin [untuk] pulang ke rumah karena hari sudah malam." Seorang perawat mengatakan dia, sang pastor meninggal dunia akibat keracunan hama serangan yang sangat beracun. Ketika penyelidikan dimulai, Mupere melarikan diri. Insiden itu adalah yang terakhir dari satu rangkaian serangan, termasuk upaya untuk meracuni lainnya oleh kalangan Muslim terhadap umat Kristen di Uganda bagian timur.
Secara terpisah di Uganda, seorang pria Muslim menjerat isterinya hingga tewas. Penyebabnya, karena sang isteri meninggalkan Islam dan beralih menjadi Kristen. Sebulan sebelumnya, Awali Kakaire, 34 tahun mulai curiga isterinya Mariam Nakiriya, 30 tahun adalah seorang Kristen. Ketika itu, seorang imam lokal bertanya kepadanya mengapa isteri dan anak-anaknya tidak datang ke masjid atau madrasah. Menurut salah seorang anak Kakaire: "Ayah tanya mengapa kami tidak lagi pergi ke madrasah. Kami katakan bahwa kami sibuk dengan tugas sekolah seperti disuruh ibu kepada kami. Hal ini menyebabkan ayah tidak marah." Pada 8 Mei, Kakaire bangun tidur pada pukul 6 pagi. Setelah wudhu sesuai ritual Islam, dia membangunkan isterinya untuk sholat pagi bersama: "Ibu menolak. Ayah lalu mencekik lehernya ketika dia berteriak meminta tolong," urai anaknya. Setelah membunuh isterinya, Kakaire meninggalkan rumah dan hanya kembali sejenak dua jam kemudian untuk memaksa lima anaknya, yang berumur dari 5 hingga 12 tahun masuk ke dalam sebuah lubang yang dia gali di kebun dekat rumah mereka.
"Kami menolak dan mulai berteriak-teriak. Para tetangga pun langsung berdatangan. Tetapi ayah sudah membenamkan kami ke dalam lubang yang dia gali. Tatkala melihat tetangga berdatangan, dia mencoba melarikan diri tetapi berhasil disusul, ditangkap kemudian mulai ditanya oleh orang-orang yang mengepungnya."
Kakaire terdengar berteriak, "Keluarga saya tidak hormat terhadap Islam." Berkat sejumlah antek Muslim, Kakaire berhasil melarikan diri dari tempat kejadian perkara.
Suriah: lebih dari 200 umat Kristen dilaporkan tewas terbunuh selama aksi pemboman yang terus menerus berlangsung di Kota Aleppo. Antara 22 dan 30 April, sekitar 1.350 roket menghantam kawasan kota yang dihuni umat Kristen. Serangkan itu menewaskan 132 orang. Separuh dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Sebanyak 65 orang lainnya tewas pada 3 Mei dan ratusan lebih korban yang terluka. Sebelumnya, pada 22 April, para pemberontak Muslim menyampaikan ancaman langsung kepada komunitas besar warga Kristen Armenia di Aleppo serta memperingatkan, "Akan kami tunjukan kepada orang Armenia dan Kristen siapa kami...Kami sudah diperintahkan untuk tidak meninggalkan satu pun orang Armenia tersisa di kawasan ini."
Bangladesh: "Para penjahat Negara Islam membunuh seorang dokter yang masuk Kristen di Kushtia, Bangladesh barat," ISIS mengumumkan secara singkat dalam bahasa Arab. Dokter Sanaur Rahman, 58 tahun, tengah berkendaraan pulang ke rumah dengan sepeda motor bersama temannya ketika diserang dengan pisau oleh para teroris. Rahman diserang hingga tewas, sementara Zaman terluka parah. Sang dokter sangat terkenal di desanya karena biasa merawat dan memberikan obat-obatan kepada orang miskin secara gratis serta mengelola sebuah klinik gratis setiap Jumad.
Kongo: Para teroris Muslim membunuh sekelompok masyarakat desa di kawasan timur negeri bangsa mayoritas Kristen itu. Penyerang membawa pisau dan kapak memasuki desa di Propinsi North Kivu pada 3 Mei petang. Menurut penguasa setempat, "musuh berhasil melewati posisi angkatan bersenjata lalu membunuh penduduk yang hidup tenang di rumah-rumah mereka, dengan cara menggorok leher mereka. Sebanyak 16 jenazah ada di depan saya, dibunuh dengan pisau atau kapak. Sumber lain mengatakan sebanyak 38 orang dibantai termasuk dua pemimpin Kristen Evanggelis beserta isteri mereka. Menurut laporan itu,
Pembela Muslim Internasional [Muslim Defensive International--MDI] berkali-kali menyerang penduduk Kristen mayoritas di kawasan timur DRC selama bertahun-tahun. Penyanderaan dan pembunuhan biasa terjadi. Diduga kelompok itu memperoleh dukungan Pemerintah Islam Sudan...MDI dikenal berhasil menarik rekrutan asing dan memaksa umat Kristen untuk beralih memeluk agama Islam. Penduduk lokal di kawasan terkait merupakan mayoritas Kristen (95,8%) dan serangan itu berdampak sangat luar biasa terhadap mereka.
Dalam sebuah surat yang dikeluarkan setahun silam, para uskup Kongo mengecam "iklim pembantaian manusia" serta pasifnya Pemerintah Kongo dan masyarakat internasional: "Apakah situasinya harus lebih memburuk dulu sebelum masyarakat internasional mengambil langkah-langkah melawan jihadisme?" tanya para uskup pada Mei 2015 lalu.
Filipina: Para jihad Islam menyerang "Pasukan Salib" negara mayoritas Katolik. ISIS cabang Filipina yang baru berdiri di Filipina mengklaim bertanggung jawab atas sebuah serangan teror terhadap sebuah posisi militer di Pulau Basilan. Serangan itu menewaskan satu tentara serta melukai satu tentara lainnya. Pulau Basilan sudah lama menjadi markas organisasi-organisasi teror Muslim setempat yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah lalu mendirikan pemerintahan yang mematuhi hukum Shariah.
Pemerkosaan dan Penghinaan Kaum Muslim Terhadap Wanita Kristen
Bangladesh: Seorang guru sekolah menengah Katolik berusia 26 tahun diperkosa 12 Mei lalu. Pelakunya adalah kepala sekolahnya yang Muslim serta koleganya Shariful Islam. Usai pemerkosaan, mereka mengancam akan mempublikasikan video perkosaan di halaman Facebook mereka, jika dia melaporkan mereka kepada polisi. Menurut pastor paroki Rm. Domenic K. Halder, "Sang gadis sangat ketakutan. Kami berdoa baginya. Dia masih berada di rumah sakit kini." Ratusan umat Kristen juga melakukan protes di jalan-jalan Kota Dhaka menuntut keadilan.
Mesir: Pada 27 Mei lalu, seorang wanita Kristen berumur 70 tahun ditelanjangi, dipukul babak belur, diludahi kemudian diarak-arak di berbagai jalanan Kota Minya diiringi cemoohan, siulan dan sorakan "Allahu Akbar" setelah segerombolan massa terdiri dari 300 Muslim menyerang rumahnya. Kejahatannya adalah karena anaknya dituduh menjalin asmara dengan seorang wanita Muslim, sebuah jalinan intim yang dilarang berdasarkan Hukum Islam, Shariah. Ajaran yang sama ini pula yang menentukan hukuman kolektif kepada "kaum kafir" non-Muslim. Tujuh rumah umat Kristen turut dibakar ketika serangan atas rumah sang wanita tua itu berlangsung. Pagi harinya, sang wanita dan suaminya pergi kepada polisi sempat. Keduanya mengeluh diganggu dan diancam oleh para tetangga Muslim mereka. Polisi menanggapi keluhan mereka dengan mengancam dan memerintahkan mereka keluar dari kantor. Beberapa jam kemudian, serangan pun terjadi. Polisi setempat ternyata membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk bisa hadir di tempat kejadian perkara sehingga memberikan "waktu yang luar biasa banyak" bagi gerombolan massa beringas itu, seperti yang diungkapkan oleh seorang rohaniwan Kristen, aksi kerusuhan. Rohaniwan Kristen paling tua Minya, Uskup Makarios mengatakan dalam sebuah wawancara televisi terkait dengan penderitaan wanita tua 70 tahun itu bahwa, jika pria Muslim mengejar wanita Kristen, polisi akan menjawab, " tidak bakal terjadi seperti itu...Tidak ada orang lakukan itu. Polisi tidak lakukan tindakan pendahuluan atau keamanan untuk mengantisipasi serangan."
Uganda: Seorang wanita Kristen yang berusia 22 tahun menuduh seorang pemimpin masjid membunuh ayahnya, awal tahun ini. Tuduhan itu ditanggapi kaum Muslim setempat dengan membunuh dan memperkosanya. Sang wanita, yang namanya disembunyikan, mengaku dipukul dan diperkosa pada 19 April lalu karena memberi kesaksian atas apa yang memang benar-benar dilihatnya di pengadilan. Setelah kesaksian, dia ditemukan tidak sadarkan diri dalam genangan darah, dengan luka-luka di sekujur tubuh. Satu dari tiga Muslim yang menyerangnya mengatakan kepadanya, "Kami akan membunuhmu hari ini karena kau adalah satu orang yang membuat sheik kami bakal dipenjara." Menurut sang wanita, yang berbicara dari sebuah ranjang rumah sakit,
"Saya tidak bisa sebutkan nama sheik karena kami bertetangga. Ayah pernah tanyakan ajaran Islam yang tidak membawa orang kepada keselamatan bersama Allah kepada sang sheik. Menghadapi pertanyaan itu, sheik lalu berkata kepadanya, "Kau tidak hormati agama kami. Dan kami datang untuk habiskan hidupmu hari ini.' Setelah mengatakan itu, mereka menjerat ayah. Mereka juga memukul kepalanya dengan sebuah tongkat besar. Ketika ayah saya jatuh di tanah, saya berusaha melarikan diri melalui jendela."
Kaum Muslim Serang Gereja Kristen
Tanzania: Sebuah gereja lain dibakar tuntas rata dengan tanah. Sebuah Gereja Katolik di Kawasan Kagera menjadi gereja ketiga dalam empat bulan ini yang dibakar tuntas rata dengan tanah di negeri ini. Menurut pastor setempat, "sejak 2013 kami menyaksikan lebih dari 13 gereja dibakar di sini di Kagera dan tak seorang pun ditangkap untuk dimintai pertanggungjawabannya. Ini tidak bisa diterima."
Fortunatus Bijura, imam gereja itu mengatakan: "Siapapun yang berpikir bahwa menghancurkan gereja berarti kami tidak bisa berdoa, maka mereka salah... Kami punya satu pohon besar dekat gereja dan akan kami terus berkumpul di sana untuk berdoa." Tanzania kira-kira memiliki 35% kaum Muslim.
Pakistan: Pemerintah mengumumkan rencana hendak menghancurkan 4 gereja bersejarah yang membuka jalan bagi pembangunan kereta api bawah tanah. "Gereja-gereja ini dibangun sebelum Pakistan didirikan dan semua [sic] gereja ini berada di tempat-tempatmahal dan utama yang membuat para politisi dan kaum radikal Islam iri," urai Nasir Saeed, direktur Pusat Bantuan Hukum. "Mereka tidak bisa terima bahwa kaum Kristen punya properti penting dan ...dengan demikian berupaya menggunakan alasan pemaaf untuk mencaplok tanah dan menghina mereka." Masyarakat Kristen kini masih meratapi orang-orang yang mereka cintai yang menjadi korban seranganTragedi Minggu Paskah. Dalam tragedi itu, 69 orang tewas dan lebih dari 340 orang terluka. Meski demikian, Saeed mengatakan mereka juga sudah menghadapi ancaman baru atas gereja mereka." Mereka tidak bisa istirahat. Satu demi satu persoalan tampak bakal menghantui umat Kristen Pakistan," urainya.
Muslim Serang Umat Kristen Murtad, Orang Yang Menghina serta Pengkotbah
Pakistan: Sebuah fatwa dikeluarkan atas seorang umat Kristen setelah kaum Muslim menuduh dia menonton sebuah video anti-Islam di handphone-nya. Imran Masih dilaporkan melarikan diri setelah ada hadiah $10,000 (atau sekitar Rp 131 juta) dijatuhkan atas kepalanya. Sebagai bentuk hukuman kolektif, sesama umat Kristen di desanya dilarang membeli makanan dari toko-toko Muslim serta diberi tiga pilihan: "beralih menganut Islam, meninggalkan desa selama-lamanya, atau menyerahkan Imran sehingga dia bisa dibakar hidup-hidup." Ketika berbicara tentang insiden ini, seorang aktivis hak asasi Pakistan mengatakan;
Saya tidak percaya bahwa hal-hal seperti ini masih terjadi di dunia ini. Perlakuan terhadap umat Kristen Pakistan ini menjadi tamparan di wajah Pemerintah Punjab dan Pemerintah Pusat serta semua yang tidak pernah lelah memberi tahu dunia bahwa kaum minoritas dilindungi dan menikmati hak-hak asasi manusia yang sederajat di negeri ini. Saya tidak paham bagaimana menonton video di internet bisa dikriminalisasi sebagai tindak penghinaan...Saya yakin ini bukan tindak penghinaan dan jika orang masih berpikir Imran melakukan penghinaan maka dia seharusnya dihukum sesuai hukum. Tidak ada orang berhak menggunakan hukum sesuai kemauannya sendiri, mengganggu warga Kristen lokal, mengancam mereka, membakar Imran hidup-hidup atau memaksa umat Kristen untuk beralih menganut Islam atau meninggalkan desa. Kondisi masyarakat awam itu justru mengolok-olok hukum. Pemerintah Pakistan harus menanggapi persoalan ini secara serius, memberikan perlindungan kepada umat Kristen setempat dan pihak-pihak yang melanggar hukum harus ditangani sesuai dengan hukum.
Secara terpisah di Pakistan, polisi menangkap seorang pria Kristen di Propinsi Punjab karena dituduh memasang pesan-pesan di laman Facebooknya dianggap menghina oleh kaum Muslim. Menurut isteri Liaquat Usman, "Suami saya melarang sejumlah anak remaja laki-laki [Muslim] supaya tidak mengganggu para gadis sekolah. Beberapa hari lalu, anak-anak itu menganiaya Usman. Bukannya menangkap anak-anak itu, polisi malah menangkap Usman. Menurut polisi, ada laporan dilaporkan atas nama dia karena melakukan penghinaan agama." Penyelidikan awal memperlihatkan bahwa "pesan-pesan penghinaan itu" dipasang pada akun Facebook Usman setahun sebelumnya dan itupun karena seseorang yang sedang berdiam di luar negeri membubuh (tagged) pesan-pesan itu di akun milik Usman.
Jerman: Sebuah laporan baru mengklaim bahwa sebanyak 40,000 umat Kristen – termasuk Muslims yang ingin beralih menganut Kristen – diserang dan diganggu oleh kaum Muslim di rumah-rumah kaum migran. Menurut laporan,
Banyak orang yang beralih [menjadi Kristen] mendambakan bisa melakukan hal yang sama di negara tanah air mereka, tetapi di tempat-tempat seperti Iran dan Afghanistan, hukuman karena meninggalkan agama Islam itu bisa berupa hukuman mati. Karena itu, mereka melarikan diri ke Eropa. Kini di rumah-rumah suaka Eropa, mereka justru temukan jauh lebih banyak ancaman sehingga mereka berada dalam situasi yang sama-sama bahayanya dari kaum Muslim radikal di Eropa seperti ketika mereka berada di negara-negara asal mereka. Bentuk pelanggaran paling umum adalah lewat kata-kata makian. Sebanyak 96 orang mengaku pernah diperlakukan secara kejam atau mendapat ancaman. Sebanyak 68 orang mengaku diserang secara fisik dan 73 orang mengatakan pernah diancam mati atas mereka sendiri dan anggota keluarga mereka. Tiga perempat dari jumlah migran juga pernah menjadi korban serangan. Para pelaku sebagian besar serangan adalah sesama migran yang memandang hina orang-orang yang beralih agama dan yakin mereka adalah orang murtad. Barangkali, yang jauh lebih menarik adalah prevalensi kaum Muslim penjaga keamanan yang terlibat dalam serangan. Hampir separuh orang-orang yang disurvei mengaku menerima perlakuan kejam dari penjaga keamanan dan di ibukota Jerman, Berlin, angkanya meningkat mencapai dua pertiga jumlah pengungsi.
Azerbaijan: Para aktivis Kristen meminta perhatian terhadap penderitaan seorang pengabar Injil Kristen (evangelis) yang rapuh dari Azerbaijan yang sudah menghabiskan waktu satu tahun di balik penjara di negara tetangganya Georgia, karena apa yang dikatakan oleh para pendukungnya sebagai akibat "tuduhan rekayasa " (trumped up charge) memiliki narkoba. Jika diajukan, maka lelaki itu bisa menjalani 14 tahun penjara. Evangelis atau pengabar Injil Azeri itu mengatakan dia dijebak orang yang marah dengan kegiatan penyebaran Injilnya di kalangan Muslim. Berbagai sumber setempat mengatakan, "Kesehatannya sangat buruk dan dia membutuhkan bantuan segera --- secara medis, spiritual dan material." Ada perasaan takut bahwa pria itu tidak bakal bisa kembali dengan aman ke Azerbaijan yang didominasi oleh kaum Muslim setelah dia akhirnya dilepaskan dari penjara. Menurut sebuah organisasi hak asasi manusia,
Resminya, itu negara sekular dan agama ditoleransi keberadaannya. Meski demikian, kehidupan beragama sangat diawasi sehingga umat Kristen di Azerbaijan tidak tahu siapa yang bisa dipercaya lagi. Penganiayaan umat Kristen melonjak sangat menyolok sejak setahun silam seiring dengan semakin tingginya upaya pengendalian yang pemerintah lakukan," tambah Open Doors lagi. Tanda lain dari tekanan pemerintah adalah kenyataan bahwa umat Kristen Azeri melihat lebih mudah mewartakan Injil di negara-negara seperti Georgia dan Iran dibandingkan dengan negara mereka sendiri.
Kebencian dan Aksi Kekerasan Kaum Muslim Terhadap Umat Kristen
Suriah: Negara Islam meluncurkan sebuah video online 16 Mei lalu yang memperlihatkan seorang penjahat ISIS menodai makam-makam umat Kristen serta memperlihatkan kerusakan makamnya. Video diduga di-film-kan di Kota Deir ez-Zor. Militan ISIS terrlihat mengelilingi makam, memperlihatkan pecahan-pecahan batu dan kayu sementara di latar belakangnya ada batu-batu nisan dan jenasah tentara Suriah yang dihancurkan --- beberapa jenasah hancur berkeping-kepting--- tampaknya adalah para korban yang berjuang untuk menghentikan aksi penodaan.
Eritrea: Ribuan umat Kristen melarikan diri dari negeri itu seiring dengan aksi penganiayaan mengerikan yang melanda negeri itu, demikian bunyi laporan yang mendeskripsikan Eritrea sebagai "salah satu bangsa dunia yang paling cepat kosong" sekaligus menjadi "Korea Utaranya Afrika." Mayoritas dari 40 ribu orang yang melarikan diri ke Italia tahun silam adalah umat Kristen. Laporan itu menambahkan bahwa semua gereja evangelis dan independen sudah ditutup." Dawit, yang termasuk di antara ratusan umat Kristen yang dipenjara dan disiksa karena imannya mengatakan;
"Tidak ada hukum dan keadilan. Kala berdiam di Eritrea, saya ditangkap karena iman Kristen saya. Itu sebabnya saya tinggalkan negeri itu. Di Eritrea, nyaris semua umat Kristen menghadapi penjara. Itu sebabnya saya dipenjara."
Berhane, seorang umat Kristen lainnya yang berhasil melarikan diri mengatakan;:
"Kami yakini ada lebih dari 300 tahanan Kristen saat ini. Sebagian besar dari mereka dipenjara selama lebih dari 10 tahun dan menderita kekurangan makanan dan gizi yang sesuai serta perawatan media yang sewajarnya. Beberapa dari mereka bahkan sudah kehilangan nyawa mereka."
Turki: Negara sahabat Amerika Serikat serta anggota NATO, Turki memberikan bantuan dan bekerja sama dengan Negara Islam serta kelompok teroris lain di Suriah yang menewaskan umat Kristen dengan memberikan kepada ISIS perlindungan udara serta "tempat perlindungan yang aman" urai Mindy Belz, aktivis dan editor senior Majalah WORLD. Karena itu dia mengatakan;
Kita harus punya pendekatan baru terhadap sekutu kita, Turki. Turki adalah negara yang sedang berada dalam masa transisi dan menjadi semakin radikal. Ada bukti kuat terungkap ketika saya mewawancarai orang-orang di perbatasan yang melarikan diri ke Libanon. Saya duduk bersama mereka di Beirut. Mereka sedang berada di perbatasan ketika Turki menembak jatuh pesawat jet Suriah yang melintasi perbatasan [pada 2015 lalu]...Orang-orang yang menyaksikannya mengatakan, "Turki memberi perlindungan udara bagi berbagai kelompok militan Islam ini."...Ada bukti kuat bahwa mereka memberikan perlindungan udara dan tempat perlindungan yang aman di perbatasan-perbatasan mereka bagi ISIS...Mereka memberikan bantuan dan bersekongkol dengan kelompok-kelompok ekstrim, bukan hanya ISIS tetapi juga dengan Fron Al_Nusra dan sejumlah kelompok lainnya. Inilah kelompok-kelompok yang membunuh umat Kristen dan Amerika seharusnya tidak bertoleransi kepada para sekutu yang mendukung berbagai kelompok yang membunuh umat Kristen.
Iran: Terlepas dari perjanjian nuklir yang diadakan dengan Pemerintahan Obama, Komisi Amerika Serikat urusan Kebebasan Beragama Internasional menemukan bahwa agama-agama minoritas di Iran, termasuk Kristen terus mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang parah. Laporan yang dikeluarkan hanya beberapa bulan menjelang ulang tahun pertama perjanjian nuklir dicapai pada Juli 2015 lalu menemukan bahwa kondisi kebebasan beragama "terus merosot" selama tahun tahun silam dengan umat Kristen, Baha'I dan minoritas Sunni Muslim mengalami paling banyak penganiayaan dalam bentuk gangguan, penangkapan serta penjara.
Di bawah Pemerintahan Presiden Hassan Rouhani, jumlah penangkapan orang yang ditangkap berdasarkan agama meningkat, walau Iran terus saja menyangkal bahwa pihaknya melanggar hak-hak asasi manusia dan kebebasan beragama masyarakatnya. Laporan itu mengatakan;
"Pemerintah Iran terus terlibat dalam berbagai pelanggaran kebebasan beragama yang dilakukan secara sistematis, terus menerus dan sangat luar biasa, termasuk perpanjangan masa tahanan serta eksekusi mati, pertama-tama atau sepenuhnya berdasarkan agama tertuduh."
Laporan juga mencatat sebanyak 550 umat Kristen ditangkap dan ditahan sejak 2015 dan sedikitnya 90 orang dari mereka masih berada dalam penjara atau tahanan sejak Februari lalu akibat keyakinan agama dan aktivitas mereka:
"Selama masa yang dilaporkan, berbagai kelompok hak asasi manusia di Iran melaporkan jumlah serangan fisik dan pukulan atas umat Kristen meningkat signifikan di penjara. Sejumlah aktivis meyakini serangan yang ditujukan untuk melawan orang-orang yang beralih agama yang menjadi pemimpin gereja-gereja bawah tanah memang bertujuan untuk mengintimidasi orang-orang lain yang mungkin ingin beralih menjadi Kristen."
Sebuah laporan Mei lalu memperlihatkan bahwa seorang tahanan Kristen di Iran, Maryam (Nasim Naghasg Zargaran, yang sebelumnya menjalani operasi hati, kini menderita sakit, termasuk muntah, sakit telinga dan panggul serta syaraf tulang belakang yang didiagnosa akibat bergesernya sendi tulang belakangnya, arthritis dan osteoporosis. Meskipun demikian, para pejabat penjara menolak memindahkannya ke rumah sakit supaya bisa mendapatkan perawatan medis yang tepat. Nyonya Zargaran awalnya dipanggil ke kantor inteljen Iran untuk diinterogasi pada Maret 2011 lalu. Para penyidik terus-menerus mengancam dia dan keluarganya, memaki dan mempertanyakan aktivitas Kristen.
Pakistan: Menurut Sardar Mushtaq Gill dan teman-temannya pengacaranya yang mewakili sepasang suami-isteri Kristen yang dibakar hidup-hidup oleh segerombolan massa karena dugaan menajiskan Al-Qur'an, "para saksi dan pengacara [tengah] diancam...Ada banyak keprihatinan soal kemungkinan bahwa para pelaku kejahatan bebas dari hukuman." Karena saksimata menolak untuk mengenali orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan pasangan Kristen itu. Mereka semua sudah dibebaskan dengan uang jaminan." Ada 106 tahanan dituduh melakukan pembunuhan keji tanpa proses hukum dan jika pengadilan berlanjut seperti arah ini, maka tampaknya semua orang akan dibebaskan."
Nigeria: Orang-orang bersenjata menembak mobil yang mengangkut Kardinal Katolik Roma, John Onaiyekan di negara bagian Edo, di selatan negeri itu. Serangan atas kardinal terjadi di tengah semakin meningkatnya aksi kekerasan dan penculikan terhadap para rohaniwan Kristen oleh kalangan Muslim dengan tujuan supaya bisa mendapatkan uang tebusan. Tiga pemimpin Kristen lain disandera demi uang tebusan pada tahun yang sama. Jenasah seorang rohaniwan yang disandera di sebuah kawasan mayoritas Muslim ditemukan sudah membusuk akhir April lalu.
Sebuah laporan terpisah berkisah tentang penderitaan sehari-hari umat Kristen yang hidup berdampingan dengan kaum Muslim di Nigeria:
Bagi Uskup Matthew Kukah, penganiayaan bukan sekedar persoalan sejarah Gereja. Itu kenyataan yang kami alami tiap hari. Di Keuskupan Sokoto, di Nigeria utara, pelayanan gereja tidak saja mencakup soal sakramental dan pastoral seperti keuskupan lain. Ia juga mencakup upaya untuk secara teratur menanggapi aksi kekerasan dan serangan terhadap minoritas kecil umat Kristen yang berdiam di kawasan mayoritas Muslim. Umat Kristen Nigeria utara saat ini bertanya-tanya, "mengapa harus mereka dan lembaga agama mereka menjadi sasaran praktek," urai Uskup Kukah kepada CNA. Gereja dan bisnisnya ---termasuk umat kerapkali menderita tindak kekerasan di tangan kaum Muslim ekstrim. Dan setelah serangan, komunitas Kristen pun masih menghadapi tembok tantangan birokrasi dan kurangnya dukungan pemerintah saat mereka membangun kembali...Ketika sejumlah sasaran kekerasan mendapat bantuan pemerintah dan masyarakat untuk pembangunan kembali serta mendapatkan pelayanan seperti sekolah dan rumah sakit, negara bagian di Nigeria utara hanya "melihat begitu saja" ketika gereja dan lembaga Kristen berjuang untuk membangun kembali.
"Anda hidup dalam situasi yang tidak banyak yang bisa anda harapkan sebagai seorang warganegara," urai Uskup Kukah. "Anda tidak tahu apa yang bisa diharapkan besok...Umat Kristen sangat banyak menderita kekerasan yang dilakukan oleh kaum ekstrim Muslim...Gereja kami dibom dan tidak ada kompensasi diberikan atas sekolah dan bangun gereja lainnya."
Bangladesh: Para penyerang yang tidak teridentifikasi melemparkan bom sederhana ke rumah sebuah keluarga Kristen dan menyebabkan dua penghuninya terluka. Serangan terjadi tepat setelah tengah malam di sebuah dusun kecil yang sebagian besar didiami umat Kristen di bagian barat Chuadanga. Polisi menduga "ada perampokan" sebagai motifnya. Tapi laporan menuliskan:
"Serangan terjadi di tengah rangkaian aksi pembunuhan atas umat Kristen, Hindu dan minoritas agama lain di seluruh penjuru negeri oleh para terduga militan, tatkala Bangladesh bangkit terhuyung-huyung dari aksi kekerasan kaum Islam radikal. Terduga kaum Islam radikal telah membunuh sedikitnya 30 anggota minoritas agama, para bloger sekular serta aktivis liberal lain, orang asing serta para ilmuwan di Bangladesh selama tiga tahun terakhir."
Tentang Seri Ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpulkan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.
Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan itu tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
Raymond Ibrahim adalah pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Tersalibkan Lagi: Tampilkan Perang Baru Islam Terhadap Kristen) (diterbitkan oleh Regnery bekerja sama dengan Gatestone Institute, April 2013).