Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, dinominasikan menjadi Presiden Komisi Eropa, menyerukan pembentukan sebuah Eropa Adidaya (Superstate). "Tujuan saya, adalah ada Amerika Serikat ala Eropa," katanya dalam sebuah wawancara dengan Harian Der Spiegel. Dia juga menyerukan pembentukan Pasukan Eropa. Gambar: Von der Leyen (kiri) disambut oleh Presiden Komisi Eropa yang akan meninggalkan jabatanya, Jean-Claude Juncker, di markas pusat Komisi, 4 Juli 2019 in Brussels, Belgia. (Foto oleh Thierry Monasse/Getty Images). |
Setelah berminggu-minggu ribut beradu pemikiran di ruang belakang, pada 2 Juli 2019 lalu, para pemimpin Eropa mencalonkan empat tokoh federalis untuk mengisi pekerjaan puncak Uni Eropa. Pencalonan itu harus disetujui oleh Parlemen Eropa. Nominasi ini jelas mengirimsinyal bahwa pendirian pro-Uni Eropa tidak bakal memperlambat pawainya yang tanpa henti menuju sebuah Negara Eropa Adidaya. Sebuah "Amerika Serikat" ala Eropa," meskipun sentiment anti-Uni Eropa menyeruak kuat di seluruh benua tersebut.
Berikut ini profil singkat para calon untuk empat posisi teratas Komisi Eropa berikutnya. Jabatan itu akan mulai diduduki sejak 1 November 2019 untuk jangka waktu lima tahun.
Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen adalah putri seorang pejabat penting Uni Eropa. Dia dinominasikan untuk menggantikan Jean-Claude Juncker sebagai presiden Komisi Eropa berikutnya, yang diakuai sebuah tangan birokrasi Uni Eropa yang kuat. Von der Leyen berasal dari Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) yang berhaluan kanan-moderat. Ia adalah pilihan penuh kompromi setelah pencalonan Manfred Weber ditolak oleh para kritikus yang dipimpin oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Padahal, Manfred Weber disukai oleh Kanselir Jerman Angela Merkel
Macron sendiri lebih suka Wakil Presiden Komisi Eropa, Frans Timmermans, seorang anggota Partai Social Demokrat, Belanda yang dicalonkan. Namun, Timmermans, ditolak oleh Kelompok Visegrád Group, yang terdiri dari Republik Cheko, Hongaria, Polandia dan Slovakia, seiring dengan kritik yang sering dilontarkannya terhadap sikap mereka menentang migrasi massal serta reformasi peradilan.
Von der Leyen telah meminta dibentuknya sebuah Negara Eropa Adidaya. "Tujuan saya adalah ada Amerika Serikat-nya Eropa --- berdasarkan model negara federal seperti Swiss, Jerman atau A.S.," urainya dalam sebuah wawancara dengan Harian Der Spiegel. Dia juga menyerukan terbentuknya sebuah bersama Pasukan Eropa.
Namun, pada saat yang sama, von der Leyer, secara menyeluruh dikritik di dalam negeri serta di luar negeri karena kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan Jerman. Selama masa jabatannya militer Jerman merosot akibat pemangkasan anggaran serta pengelolaanya yang jelek. Demikian dikatakan oleh Komisionier Pasukan Bersenjata Perlementar, Hans-Peter Bartels.
"Kondisi Bundeswehr itu (Angkatan Bersenjata Republik Federak Jerman) memprihatinkan," tulis Rupert Scholz, Mantan Menteri Pertahanan pada masa Kanselir Helmut Kohl, beberapa hari sebelum Ursula von der Leyen dinominasikan untuk jabatan tertinggi UE. "Seluruh kemampuan pertahanan Republik Federal sedang menderita. Itu benar-benar tidak bertanggung jawab."
Ketika menulis untuk suratkabar berbasis Munich, Süddeutsche Zeitung, pengamat politik Stefan Ulrich, berpendapat bahwa von der Leyen adalah pilihan "yang tidak cocok."
"Von der Leyen tidak cocok karena setelah enam tahun menjadi menteri pertahanan, Bundeswehr masih dalam keadaan yang menyedihkan. Dia seharusnya mengundurkan diri sejak lama lalu. Sebagai Presiden Komisi Eropa, dia bakal terbebani."
Meski mendapatkan kecaman dari dalam dan luar negeri, pada Maret 2016, von der Leyen dibersihkan dari semua tuduhan plagiarisme dalam disertasi doktoralnya. Pada September 2015, Harian Der Spiegel melaporkan bahwa bahan yang diplagiat ditemukan dalam 27 halaman dari 62 halaman disertasinya. Rektor Hanover Medical School, Christopher Baum, mengatakan bahwa walau disertasi von der Layen berisi bahan plagiat, kampus memutuskan untuk menolak mencabut gelar akademisnya karena dia (baca; von der Layen) tidak berniat untuk menipu. "Ini soal kesalahan. Bukan soal perilaku yang tidak baik," urainya lagi.
Von der Leyen baru-baru ini diselidiki oleh Kantor Jaksa Publik Berlin karena nepotisme dalam hubungan dengan alokasi kontrak bernilai ratusan juta euro kepada konsultan luar. Salah satu perusahaan seperti itu adalah McKinsey & Company, tempat putranya David bekerja sebagai seorang mitra perusahaan.
Mantan Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz pernah menulis twit: "Von der Leyen adalah menteri kita yang paling lemah. Itu tampaknya sudah cukup untuk menjadi Presiden Komisi."
Sebuah survei yang dilakukan oleh Deutschlandtrend yang diterbitkan 4 Juli 2019 lalu menemukan bahwa 56% warga Jerman yakin bahwa von der Leyen bukanlah pilihan yang bagus untuk memimpin Komisi Eropa. Sebanyak 33% mengatakan dia adalah pilihan yang bagus.
Parlemen Eropa melakukan pemungutan suara atas nominasinya di Strasbourg, 16 Juli lalu. Jika tersetujui, dia akan mengambil alih jabatan dari Jean Claude Juncker, 1 Nopember nanti.
Charles Michel, Presiden Dewan Eropa
Perdana Menteri Belgia Charles Michel, putra seorang pejabat UE dicalonkan menggantikan politisi Donald Tusk dari Polandia sebagai Presiden Dewan Eropa. Dewan Eropa inilah yang merumuskan seluruh arah dan prioritas politik UE. Para anggotanya adalah pimpinan negara atau pemerintahan 28 negara anggota UE beserta Presiden Dewan Eropa dan Presiden Komisi Eropa.
Michel menjadi Perdana Menteri Belgia termuda pada 2014 lalu. Pada usia 38 tahun. Desember 2018 lalu, dia mengundurkan diri setelah kalah dalam sebuah mosi tidak percaya atas dukungannya untuk Kompak Global PBB untuk Keamanan, Tatatertib serta Migrasi Reguler. Perjanjian itu memproklamasikan hak dasar bagi imigran. Tetapi para pengkritik mengatakan kebijakan itu justru mengaburkan batas antara imigrasi legal dan illegal. Pasca-kekalahannya, dia kini memimpin pemerintahan sementara pasca-Pemilu yang tidak meyakinkan, Mei 2019 lalu.
Michel pernah mengatakan bahwa negara-negara Eropa Timur yang menentang pembagian beban dalam persoalan migrasi harus bersedia kehilangan sebagian hak mereka sebagai anggota UE. "Uni Eropa bukan sekedar ATM ketika Anda membutuhkan dukungan," katanya. "Kerja sama itu berarti solidaritas dan tanggung jawab."
Michel adalah pendukung kuat perjanjian nuklir Iran, yang resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Dia karena itu, mengkritik Pemerintahan Trump karena menarik diri dari perjanjian: "Tidak adanya #Perjanjian Iran berarti semakin banyak ketidakstabilan atau perang di Timur Tengah. Saya sangat sesalkan penarikan diri oleh @DonaldTrump yang sebenarnya dari #JCPOA. Uni Eropa & mitra internasionalnya harus tetap berkomitmen dan Iran harus terus berkomitmen dan Iran harus melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya. "
Michel juga pernah mengecam Pemerintahan Trump karena mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel. "Kita tahu bahwa ketegangan di Israel dan Palestina itu menyuapi semacam kebencian dan kekerasan yang dirasakan di mana-mana di dunia. Itu sebabnya, mengapa ami secara bulat mengecam pernyataan Donald Trump. Pernyataan itu menuangkan minyak dalam api. Kita tidak butuh itu."
Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE
Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell dinominasikan untuk menggantikan Federica Mogherini sebagai Perwakilan Tinggi Uni untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan. Seperti Mogherini, Borrell adalah pendukung kenamaan para mullah Iran. Ia mungkin akan berselisih pendapat dengan Amerika Serikat dan Israel mengenai soal kesepakatan nuklir dengan Teheran.
Dalam wawancara 19 Februari 2019 lalu dengan Majalah Politico, Borrell, seorang Sosialis, menyatakan bahwa Israel harus hidup dengan ancaman eksistensial bom nuklir Iran:
"Amerika memutuskan untuk mematikan [perjanjian nuklir Iran], secara sepihak ketika mereka justru melakukan berbagai hal tanpa konsultasi lebih dulu. Tanpa memperhatikan apa kepentingan masyarakat Eropa. Kita bukan anak-anak yang mengikuti apa yang mereka katakan. Kita punya prospek, kepentingan dan strategi sendiri. Karena itu, kita akan terus bekerja dengan Iran. Memang bakal sangat buruk bagi kita jika Iran terus mengembangkan senjata nuklir ... Iran memang ingin menghapus Israel. Tidak ada yang baru soal itu. Kalian harus hidup dengan itu. "
Pada 11 Februari, Borrell menandai peringatan 40 tahun revolusi Iran dengan menyanjung-nyanjung prestasi yang dibuat oleh para wanita negara itu sejak Ayatollah Ruhollah Khomeini berkuasa pada 979. Hak dan status wanita Iran, kenyataannya, sangat dibatasi sejak Revolusi Islam. Dalam sebuah utas Twitter-nya, Borrell juga mendorong Rezim Iran untuk tidak bertindak apa-apa terhadap sanksi Amerika jika Presiden AS Donald J. Trump tidak terpilih kembali pada tahun 2020.
Pada bulan Mei 2019, Spanyol menarik kapal perangnya, sebuah fregat Méndez Núñez dari Kapal Induk Abraham Lincoln karena meningkatnya ketegangan antara Washington dan Teheran.
Juga pada Mei 2019, Borrell menuduh Amerika Serikat bertindak "seperti koboi barat" setelah Pemerintah Trump mengakui Ketua Majelis Nasional Venezuela, Juan Guaido, sebagai presiden sementara negara tersebut. Borrell mengatakan bahwa Spanyol "akan terus menolak tekanan yang membatasi intervensi militernya" yang hendak mencabut kekuasaan Presiden Venezuela Nicolás Maduro. Partai Sosialis Spanyol memang punya sejarah panjang dalam mempromosikan kaum revolusioner Marxis pimpinan Maduro dan pendahulunya, Hugo Chávez.
Pada Nopember 2018, Borrel menjelaskan mengapa Amerika Serikat secara politis lebih terintegrasi dibanding UE. "Amerika Serikat punya sejarah sebelumnya yang sangat sedikit. Mereka terlahir untuk merdeka dengan praktis tanpa sejarah; satu-satunya yang pernah mereka lakukan adalah membunuh empat orang Indian." Belakangan, dia meminta maaf karena "sikapnya yang terlalu banyak bicara" karena meremehkan "pembasmian semu" pribumi Amerika. Borrell tidak menyebutkan pembasmian penduduk asli Amerika Tengah dan Selatan di tangan penakluk Spanyol.
Borrell pernah mengatakan bahwa "Eropa membutuhkan leitmotiv atau tema utama baru" bahwa perjuangan melawan perubahan iklim "harus menjadi salah satu mesin besar kelahiran kembali Eropa."
Juga pernah dikatakannya bahwa ia berharap Inggris meninggalkan Uni Eropa karena ia menjadi halangan untuk menciptakan sebuah Negara Eropa Adidaya:
"Saya termasuk dalam aliran yang meyakini bahwa dengan adanya Inggris dalam Uni Eropa, kita tidak akan pernah punya serikat politik. Secara pribadi, karena saya menginginkan adanya sebuah serikat politik, maka saya tidak peduli apakah Inggris pergi karena saya tahu sampai saat ini, ia menjadi hambatan untuk integrasi lebih lanjut. "
Pada April 2012, Borrell dipaksa mengundurkan diri sebagai Presiden European University Institute (EUI) karena konflik kepentingan. Ketika tuntutan itu mengemuka, pada saat bersamaan dia dibayar € 300.000 (sekitar Rp 4,2 miliar) setahun sebagai anggota dewan perusahaan energi berkelanjutan Spanyol Abengoa .
Pada Oktober 2016, Borrell didenda € 30.000 (sekitar Rp 420 juta) oleh Komisi Pasar Sekuritas Nasional (CNMV) karena melakukan insider trading (baca: perdagangan saham dengan bantuan orang dalam lingkungan perusahaan sendiri sehingga menguntungkan pembelinya) setelah menjual 10.000 saham di Abengoa pada Nopember 2015.
Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa
Christine Lagarde, Mantan Menteri Keuangan Prancis adalah Direktur Utama Dana Moneter Inrernasional (IMF). Ia dicalonkan untuk menggantikan Mario Draghi, sebagai Presiden Bank Sentral Eropa (ECB). Pencalonan Lagarde disambut dengan pandangan beragam. Sebagai Ketua IMF, dia mengantarkan mandat yang kuat kepada kepemimpinan, manajemen dan komunikasi ECB. Bagaimanapun, dia pengacara, bukan pakar ekonomi dan tidak punya pengalaman dalam kebijakan moneter.
Dalam sebuah wawancara dengan Daily Show, Lagarde mengatakan bahwa Presiden Donald Trump "punya pemikiran" dalam perang daganganya dengan Cina:
"Presiden Trump punya pemikiran dalam soal property intelektual. Memang benar bahwa tidak seorangpun harus mencuri kekayaan intelektual supaya bisa bergerak maju. Dia punya pikiran seputar subsidi. Anda tidak bisa sekedar terus saja bersaing dengan orang lain di luar sana yang diberikan subsidi besar-besaran. Pada titik-titik ini jelas, permainan harus berubah, aturan harus dihormati. "
Wartawan keuangan Bjarke Smith-Meyer mencatat bahwa pencalonan Lagarde muncul sebagai hal mengejutkan yang "mendorong Bank Sentral Eropa menuju area yang dicoba dihindarinya dalam 21 tahun sejarahnya: yaitu politik."
Paul Taylor, seorang kolombis untuk Majalah Politico, menambahkan:
"Persoalan bank sentral adalah hal yang bisa dipelajari (rocket science). Jika tidak menyelesaikannya secara bagus, maka konsekwensinya bakal menjadi tragis.
"Itu sebabnya mengapa para pemimpin Eropa sedang bermain judi besar-besaran ketika memutuskan untuk mempercayakan kepemimpinan Bank Sentral Eropa kepada Christine Lagarde, seorang bintang music rock politik, yang tidak punya pendidikan ekonomi sekaligus tidak punya pengalaman praktis soal kebijakan moneter.
"Pada saat ECB mengalami kesulitan untuk memilih karena mengguncang dunia ekonomi, Lagarde mungkin punya kejelian dan otoritas yang diperlukan untuk membujuk Jerman dan Belanda yang enggan dan konservatif terkait dengan kebutuhan mendesak untuk memberikan lebih banyak stimulus fiskal ....
"Tetapi dengan mencalonkan Mantan Menteri Prancis untuk menggantikan Mario Draghi dari Italia, para pemimpin Uni Eropa efektif memutuskan bahwa mereka tidak perlu seorang bankir ahli dalam bidang bank sentral (central banker) untuk menjalankan bank sentral mereka....Mario Draghi sendiri dikenal sebagai presiden bank yang berani menyelamatkan ekonomi Eropa pada 2012 dengan janji hendak melakukan 'apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan nilai mata uang euro'
"Pilihan mengejutkan atas Lagarde, 64, menjadi bagian dari pertukaran antara Prancis – Jerman. Menteri Pertahanan Jerman yang konservatif Ursula von der Leyen, 60, dinominasikan untuk memimpin Komisi Eropa memang bisa menyelesaikan kebuntuan politik sehingga semua kandidat yang sebenarnya justru kalah tersisihkan....
"Alasan utama mengapa Lagarde disetujui, tampaknya adalah soal gender. Bukan soal Kepala Bank Sentral Prancis yang berpengalaman, François Villeroy de Galhau,
"Untuk pertama kalinya, pilihan sensitif Kepala ECB menjadi soal penyesuaian variabel dalam negosiasi politik dengan tawar-menawar yang cerdas atas pekerjaan top Uni Eropa lainnya. Meskipun, memang, bank dimaksudkan benar-benar independen dari politik."
Pada Desember 2016, Pengadilan Republik Prancis menemukan Lagarde bersalah. Dia dinilai lalai karena tidak berupaya menghalangi pemberian arbitrase 2008 yang curang kepada seorang taipan yang punya koneksi politis ketika dia menjabat sebagai menteri keuangan. Pengadilan memutuskan bahwa Lagarde lalai mengelola kasus arbitrase yang sudah berjalan lama yang melibatkan taipan Bernard Tapie. Kelalaian ini membantu membuka peluang bagi penyelewengan dana public sebesar € 403 juta (sekitar Rp 6,3 Triliun) dalam penyelesaian yang diberikan kepada Tapie pada 2008 akibat gagalnya penjualan perusahaan raksana pakaian olahraga Adidas pada 1990-an.
Refleksi atas "Demokrasi" Eropa
Ketika menulis untuk Harian The Telegraph, kolomnis Allisrer Heath, dalam sebuah essay-nya bertajuk "The EU is a Sham Democracy," mencatat:
"Banyak terimakasih, para teknorakt Eropa, karena kalian sudah menjadi diri sendiri. Obat terbaik bagi cinta terhadap Eropa (Europhilia), adalah dengan senantiasa mengawasi binatang-binatang buas besar UE, saat mereka benar-benar tidak dijaga, berkeliaran dan berurusan di habitat alamiah mereka sendiri tanpa terbebani dengan ikatan atas demokrasi, tanggung jawab bahkan moralitas dasar.
"Pemandangan selama beberapa hari yang lewat memang dibuat supaya orang terdorong untuk menonton. Kita saksikan rekaman langka proses rahasia yang mendorong begitu banyak pelatihan dan aparat kelas dua untuk menduduki posisi kekuasaan yang sangat besar di Brussels dan Frankfurt dan yang sepenuhnya mengabaikan opini publik.
"Mengintip negara khayalan Eropa tentu saja menjadi obat yang tepat untuk Inggris sebelum keluar dari UE (pra-Brexit Britain). Ia terjamin untuk mengubah kaum moderat sebelumnya yang mengamuk kepada orang-orang yang keluar UE (Brexiteer) ketika mereka melihat dan terkejut menyaksikan jarak yang mengerikan antara para elit dan masyarakatnya.
"Segala yang salah dengan UE dipertontonkan tanpa malu-malu. Ada upaya menyalahkan Perancis-Jerman sehingga keduanya rawan diserang. Negara-negara kecil dibuldoser, terutama negara-negara Eropa Timur. Ada kudeta konstitusional yang mengesampingkan (tidak berguna) Parlemen Eropa. Fakta bahwa begitu banyak generasi baru para pemimpin UE bersentuhan dengan hukum sehingga karier mereka berakhir (jika) mereka berada di AS atau Inggris. Ada komitmen eksplisit mereka terhadap 'Eropa ala Amerika Serikat' dan 'tentara Eropa' (dan yang tentang itu kita terus dibohongi). Dan, akhirnya menyanyikan lagu kebangsaan yang dijanjikan kepada kita tidak akan terjadi ketika konstitusi Eropa dikalahkan ....
"Ketika Eropa berpura-pura meniru beberapa upacara demokrasi, mereka sebetulnya sebuah geng yang berpura-pura. Dan mereka akan terus seperti ini. Uni Eropa menjadi kekaisaran teknokratis. Dan tidak ada yang lain."
Ketika menulis untuk Eucrativ Jorge Valero meratap:
"Usai lima hari paling sibuk berikut ratusan panggilan telepon, pertemuan serta percakapan di belakang ruangan, "konklaf" ala UE pun menyepakati kepemimpinan barunya. Tetapi "asap putih" (baca: tanda sudah terpilihnya pemimpin baru) yang keluar dari gedung-gedung Dewan mendahului kabut badai karena para calon dan demo Eropa.
"Segelintir pemenang keluar dari pembagian jatah posisi tinggi yang ditetapkan pada 2 Juli lalu. Dan demokrasi Eropa nyaris bukanlah salah satu dari proses itu
"Ursula von der Leyen, Charles Michel, Josep Borrell, dan Christine Lagarde punya alasan yang bagus untuk membuka botol champagne lalu minum sebagai tanda ucapan selamat karena naiknya kedudukan mereka. Mereka berturut-turut menjadi Presiden Komisi Eropa, mengetuai Dewan Eropa, Utusan Tinggi Eropa serta Kepala Bank Sentral Eropa (ECB).
"Tetapi itulah harga mahal yang harus dibayar karena sangat dibutuhkannya keseimbangan gender....
"Kepemimpinan yang baru bakal berada di bawah bayang-bayang skandal lama beserta kasus hukum dan malaprakteknya. Lagarde terbukti bersalah karena lalai dalam skandal Bernard Tapie. Borrel dikenai sanksi oleh otoritas pasar Spanyol karena memanfaatkan informasi dari dalam ketika menjual beberapa saham perusahaan.
"Parlemen Jerman melakukan penyelidikan atas von der Leyen karena kasus nepotisme dan hal-hal yang tidak beres ketika mengalokasi berbagai kontrak mahal. Dan karir Michel bakal tidak sama jika ayahnya bukan seorang Menteri Belgia sekaligus Komisioner UE."
Dalam sebuah twitnya, anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif Daniel Hannon, merangkum: "Bisakah orang melihat kepada orang yang akan memerintah UE lima tahun mendatang kemudian berupaya mengklaim bahwa gelombang tinggi federalisme sudah lewat?"
Soeren Kern adalah Mitra Senior pada Lembaga Kajian berbasis New York, Gatestone Institute.