Serangan Kaum Muslim atas Gereja Kristen
Irak: Negara Islam telah meledakan pertapaan Kristen tertua negeri itu, Pertapaan St. Eliah. Padahal, bangunan seluas 2700 kaki persegi sudah berdiri dekat Mosul selama 14 abad. Selama beberapa tahun, sebelum tahun 2009, tentara AS melindungi dan kadangkala memanfaatkan pertapaan itu sebagai kapela. "Sejarah Kristen kami di Mosul sudah dihancurkan rata dengan tanah secara biadab," lapor seorang imam Katolik di Irbil. "Kami melihat ini sebagai upaya untuk mengusir kami keluar dari Irak, [dan] mengurangi sekaligus menghabisi eksistensi kami di tanah ini." Namun, ketika Kol.Steve Warren, jurubicara aksi militer Amerika melawan ISIS ditanya soal status umat Kristen di Irak segera setelah pertapaan itu dirusak, dia pun menjawab, "Kami tidak lihat bukti yang jelas yang secara khusus menyasar umat Kristen."
Kosovo: Sejumlah kaum Muslim mengencingi gereja Kristen Ortodoks di Pristina, ibukota Kosovo. Wakil Perdana Menteri Branimir Stojanovic mengecam pencemaran Kenisah Kristus Sang Juru Selamat (Temple of Christ the Savior). "Kencing di tempat suci itu memalukan, tidak beradab dan vandalisme," kecamnya. (Tahun lalu di Italia, sekelompok Muslim menghancurkan sebuah patung Perawan Maria dan mengencinginya.) Stojanovic menambahkan bahwa: "Pengawasan besar-besar atas para demonstran oleh polisi', ketika mereka memasuki kenisah lalu mengencingnya juga sangat memalukan." Tempat-tempat suci [umat Kristen] Serbia di Kosovo terus saja dicemari, " urai wakil perdana menteri.
Aljazair: Pada 7 Januari lalu, para perusak tidak dikenal merusak, merampok lalu menuliskan berbagai slogan jihadi di sebuah gereja. Berbagai perabot gereja, peralatan upacara serta uang bernilai sekitar 8 ribu dolar AS (sekitar Rp 107 juta) dicuri dari Gereja Cahaya (Light Church) di kawasan Tizi-Ouzou, sekitar 62 mil dari Aljazair. Menurut Pastor Mustapha Krireche, "Para pencuri menerobos masuk gereja kami melalui jendela. Soalnya, kami baru pasang pintu penguat yang sangat sulit untuk dipaksa buka...Mereka bawa peralatan musik seperti gitar, synthesizer, perkusi dan peralatan-peralatan suara ditambah sebuah "printer", sebuah kotak derma, sejumlah uang dan bahan-bahan lain." Para penyerang kemudian meninggalkan graffiti (coretan tangan) yang memperlihatkan supremasi Islam di tembok-tembok gereja termasuk tulisan "Allah Akbar." Gereja itu sudah disasar dua kali sebelumnya; pada 2009, sekitar 20 para tetangga yang Islamis mencoba menghalangi jemaat gereja... mengikuti ibadat"; pada 2010, sekelompok Muslim menyerang seluruh bangunan gereja, berusaha membakar serta merusak Alkitab dan sebuah salib.
Kuwait: Wakil rakyat Ahmad Al-Azemi mengatakan bahwa dia beserta wakil rakyat lain akan menolak permintaan persetujuan awal untuk mendirikan gereja karena hal itu "bertentangan dengan hukum shariah Islam." Ditambahkannya bahwa para cendekiawan Islam sepakat melarang pendirian tempat kebaktian kaum non-Muslim di Semenanjung Arab.
Mongolia: Beberapa hari setelah menyelenggarakan Perayaan Natal, berbagai bahan peledak dilemparkan ke dalam cerobong asap sebuah bangunan gereja di Kazakh. Akibatnya, "Umat gereja memutuskan untuk tidak datang bersama-sama ke gereja selama beberapa waktu. Mereka [itu] takut terjadi lagi peledakan di rumah kaum beriman itu," urai seorang pemimpin gereja. Sejumlah besar orang sudah mulai hadiri ibadat Natal gereja. Umat Kristen setempat meyakini bahwa kedatangan umat dalam perayaan "membuat sejumlah Muslim lokal marah sehingga melakukan serangan."
Pakistan: Tiga gereja diserang:
1) Gereja Apostolik dibakar tuntas di Punjab. Bangunan gereka dibakar sehari setelah doa "tuguran" menyambut Epifani, 6 Januari lalu. Pastor Zulfiqar dari Gereja Apostolik mengatakan Alkitab dan bejana-bejana suci juga rusak termakan api. Perselisihan sebelumnya antara kaum Muslim dan Kristen diyakini menjadi penyebab aksi serangan pembakaran. Penduduk setempat menuduh polisi lalai, seperti biasa. Menurut penduduk setempat: "Semua umat Kristen kini sangat ketakutan. Api menggambarkan bahwa umat Kristen tidak lagi diinginkan di kawasan setempat."
2) Akba Azhar, seorang pria Muslim menyerobot masuk ke dalam Gereja Kemenangan (Victory Church) di Kasur lalu membakar sejumlah Alkitab serta berbagai buku suci. Walau ditangkap dan ditahan oleh sekelompok umat Kristen yang menyerahkannya kepada polisi dan walau penghinaan terhadap agama bisa dihukum mati, polisi malah mengatakan dia secara mental tidak stabil. Karena itu, urai mereka, dia tidak bisa diadili. Umat Kristen setempat tidak setuju dan tetap ngotot bahwa dia waras. Padahal, jumlah banyak umat Kristen kini sedang menanti hukuman mati di Pakistan terkait dengan tuduhan penghinaan terhadap Islam.
3) Sekelompok Muslim secara ilegal menduduki properti gereja. Umat Kristen akhirnya menyerah setelah mencoba merebut kembali bangunan gereja dan menghadiri pertemuan rekonsiliasi yang diadakan polisi: "sebaliknya kaum Muslim mempersenjatai diri dengan senapan dan parang lalu menyerang anggota keluarga Kristen di rumah-rumah mereka," urai umat Kristen setempat, Bashir Masih. Setelah gereja diduduki, kaum Muslim kawasan itu "membuat nyaris tidak mungkin bagi " anggota gereja untuk mengadakan kebaktian dalam rumah mereka sendiri sekalipun." "Kami sudah mendapat persetujuan tertulis dari kepala polisi setempat, Rai Ijaz, untuk mengadakan ibadat doa selama tiga jam di halaman pribadi seorang umat Kristen..." Tetapi ketika umat yang terdiri dari 30 warga Kristen mulai berdoa, Rashid Jutt, seorang Muslim yang berumur menjelang 20 tahun, muncul menghentikannya. Seorang pemuda Kristen yang ikut doa maju ke depan berusaha menghentikan pelecehan yang dilakukan pria Muslim itu. Perkelahian pun tidak terhindarkan. Tetapi umat memisahkan keduanya. Laki-laki Muslim itu malah bersumpah hendak "memberi pelajaran kepada kami semua" ketika meninggalkan tempat itu, urai Masih. Tampaknya, balas dendam oknum Muslim itu adalah dengan melaporkan kepada polisi bahwa umat Kristen mengikat dan menyiksa dia. Umat Kristen yang "segera tiba di kantor polisi memberi tahu inspektur polisi yang bertugas apa yang sebenarnya terjadi." Seorang perwira polisi malah menasehati mereka untuk mengabaikan persoalan itu dan sebaliknya mencoba "berdamai dengan kaum muda Muslim."
Kaum Kristen sepakat mengadakan pertemuan rekonsiliasi, tetapi kaum Muslim tidak pernah muncul. Belakangan, mereka menemukan sang pemuda itu "beserta 30 orang laki-laki lain bersenjatakan senapan, pedang dan kayu pemukul menyerang rumah-rumah kami memukul anak-anak lelaki kami." Kaum Kristen pun segera memanggil polisi yang datang pelahan dan "tidak menangkap satupun kaum Muslim...Kami merasa seluruh komunitas Muslim berubah menentang kami karena kami menentang aksi agresi mereka...Bahkan polisi setempat pun memihak kaum Muslim" simpul Masih. "Ketika berbagai razia dilakukan untuk menangkap anak-anak Kristen sama sekali tidak ada upaya dilakukan untuk menangkap Jutt dan antek-anteknya yang sudah kami sebutkan dalam keluhan kami karena menyerang rumah serta memukul anak-anak lelaki kami."
Sudan Selatan: Segelintir oknum kaum Muslim yang "dikirimkan" dari mayoritas Muslim di Sudan, sebuah negara tempat hukum Shariah ditegakan, diduga membakar tuntas sebuah bangunan gereja di kawasan selatan, tempat mayoritas umat Kristen berada. Pada 16 Januari lalu, ketika bangun pagi, para anggota Gereja Kristus Sudan di tempat pemukiman Yida menyaksikan tempat ibadat mereka dilalap api. "Saya tahu orang-orang yang bakar gereja kami itu dikirim dari Sudan dengan sengaja," lapor seorang pemimpin gereja yang tidak mau disebutkan namanya. Api membakar bagian luar dan dalam gereja, menghancurkan semua kursi, mimbar dan sejumlah Alkitab berbahasa Arab. Pada minggu berikutnya, umat yang hampir mencapai 200 orang itu mengadakan ibadat di tempat terbuka di tengah puing-puing bangunan gereja, yang hanya menyisakan batu-bata.
Mesir: Sebuah bom buatan tangan ditemukan dekat sebuah gereja 22 Januari lalu. Pastor Paul dari Gereja Ortodoks Koptik menemukan apa yang dia lukiskan sebagai "barang aneh" tergeletak berdekatan dengan kotak sampah di luar Gereja Perawan Maria di Aswan. Sang pastor lalu membawa benda asing itu kepada pihak berwenang untuk dianalisa dan ternyata adalah bom buatan. Di tempat terpisah, pasukan keamanan menangkap 10 umat Kristen Koptik karena mencoba membangun tembok mengelilingi sebuah lahan kosong guna memperluas gereja yang ada menjadi lahan mereka atau bahkan mungkin untuk membangun gereja. Memang sudah ada satu gereja di desa Abu Hannas di Samalout, Minya, tetapi terlampau kecil untuk melayani banyak penduduk Kristen desa itu. Karena itu, pihak gereja membeli lahan yang tidak terpakai di dekatnya dengan harapan bisa memperluas gereja atau membangun gedung lainnya.
Iran: Pihak berwenang Republik Islam tengah mencoba mengubah Gereja Kristen Assiria di Teheran menjadi masjid. Gereja itu secara tidak sah dijarah dua tahun silam ketika para pemimpin gereja diberi tahu bahwa sebuah aula sholat Islam bakal dibangun di sana.
Indonesia: Pihak berwenang di Propinsi Aceh yang diperintah berdasarkan Hukum Shariah berencana tenda-tenda yang dibangun oleh umat Kristen sebagai tempat ibadat setelah gereja-gereja mereka dibongkar penghujung tahun silam oleh pihak berwenang sebagai tanggapan terhadap aksi kekerasan kaum Muslim terhadap berbagai gereja. Berbagai serangan itu menyebabkan satu orang tewas dan ribuan umat Kristen kehilangan rumah. Pemerintah mengklaim pembongkaran itu sudah disepakati , karena tenda-tenda itu dibangun hanya untuk ibadat Natal --- sebuah klaim yang ditentang oleh para pemimpin Kristen. Ketika polisi Shariah dan pejabat lain tiba di sana Januari lalu untuk membongkar tenda, umat pun ngotot bertahan. "Ibu-ibu dan anak-anak beserta kaum muda menghalangi. Mereka mengungkapkan penolakan mereka dengan jelas," urai seorang pastor. Bagaimanapun, dua gereja tenda berhasil dibongkar.
Turki: Sebuah Gereja Ortodoks Suriah di Diyarbakir yang dianggap sebagai "situs warisan unik," diyakini sudah hancur selama perang antara pasukan Turki dan PKK Kurdi. Menurut keluarga Kristen terakhir yang meninggalkan tempat itu, Pastor Yusuf dan isterinya: "Isteri dan saya baru saja dengan susah payah melarikan diri dari gereja beberapa waktu lalu...Beberapa hari lalu, kami kirim anak-anak guna menempatkan mereka di tempat aman. Bagaimanapun, isteri dan saya tidak bisa tinggalkan gereja tua kuno itu," yang menyimbolkan tempat hidup damai terakhir bagi kaum Aramea di kota yang pernah penuh dengan orang Aramea ini.
"Kami dengar pertempuran makin mendekat dan merasa tanah makin lama makin berguncang. Apalagi isteri saya sangat ketakutan. Kami lalu sama-sama putuskan harus lari menyelamatkan diri ...Di rumah atau gereja pun kami sama sekali tidak aman. Psikologi kami sangat terganggu oleh apa yang kami alami akhir-akhir ini...Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan gereja kami, karena kami tidak berani melihatnya ketika lari menyelamatkan diri. Kini hanya sedikit sekali harapan kami tersisa bahwa masih ada masa depan bagi kami umat Kristen Aramea, untuk berdiam di tanah nenek moyang kami."
Muslim Bantai Orang Kristen
Pakistan: Sedikitnya tiga umat Kristen diperkosa dan / atau disiksa hingga mati oleh oknum umat Muslim.
1) Sekelompok oknum pria Muslim pergi ke sebuah Kristen lalu menyandera seorang anak laki-laki berumur 7 tahun. Secara bergiliran mereka lalu memperkosa anak malang itu beramai-ramai sebelum akhirnya menjeratnya hingga mati dengan seutas tali. Masyarakat setempat menemukan jenasah anak itu keesokan harinya teronggok di sebuah ladang: "Jenazahnya dikirim untuk pemeriksaan post-mortem, pascamati yang mengungkapkan bahwa anak lelaki 7 tahun itu dibunuh setelah diperkosa secara brutal," urai seorang warga setempat. "Para tertuduh termasuk keluarga kaya yang mabuk ketika menyandera anak kecil itu, membawanya pergi kemudian memperkosanya."
2) Sepekan kemudian, kelompok lain dilaporkan kaum Muslim "kaya dan mabuk" dalam sebuah mobil menyapa tiga gadis Kristen yang sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerja. Mereka digoda secara seksual dengan mengatakan, "gadis-gadis Kristen hanya diperlukan untuk satu hal, yaitu demi kesenangan para laki-laki Muslim." Ketika para gadis mencoba melarikan diri, para pria Muslim mengejar lalu menggilas mereka. Aksi biadab itu menewaskan seorang gadis berusia 17 tahun.
3) Seorang laki-laki Kristen disiksa hingga mati secara brutal dalam upaya memaksa dia mengaku mencuri dari majikannya yang Muslim. Khurram, anak dari Liaqat Masih, seorang pria Kristen berusia 47 tahun yang dibantai oleh polisi karena alasan yang sama, memberikan kesaksian tentang pemukulan yang dialami ayahnya sebelum tewas. Polisi menelanjangi ayahnya, memaksanya berdiri di kursi, mengikat tangannya ke punggung dan menggantungnya ke langit-langit. Aksi brutal itu menyebabkan bahu Liaqat tergeser. Setiap kali kakinya menginjak lantai, seorang perwira polisi menarik tali mengangkat tubuhnya lagi dan terus menekan lengannya sehingga bahunya tergeser. Karena Khurram dan Liagat tetap tidak mengaku bersalah selama penyiksaan, para perwira polisi terus memukul ayahnya yang sudah terikat dengan tongkat kayu hingga akhirnya tewas. Para perwira kemudian mengurangi tekanan tali lalu melepaskan jenazah sang ayah yang babak-belur itu dalam genangan air kencingnya sendiri, urai sang anak yang menyaksikan penyiksaan atas ayahnya. Waktu otopsi, para dokter menyimpulkan bahwa Liaqat malah mati karena serangan jatung dan tidak mendata berbagai luka dan memar yang dia derita selama dianiaya.
Bangladesh: ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pria Muslim berusia 85 tahun yang dilaporkan beralih menjadi Kristen. Dia ditemukan terbaring tewas dalam sebuah tempat mirip peti mati dengan darah memenuhi dada. Diyakini dia ditikam hingga tewas ketika sedang bekerja di tempat praktek pengobatan miliknya. Berdasarkan sebuah laporan, "tentara kalifah berhasil melenyapkan orang murtad bernama 'Samiral-Din' dengan menikamnya dengan pisau." Walau anak laki-laki al-Din mengaku ayahnya tidak pernah beralih memeluk Kristen dan sering sholat menghadapi Mekkah, pihak Gereja Satu Jalan tidak sepakat. Pihak gereja mengatakan dia baru saja "ikuti pertemuan di gereja di Desa Gopinathpurm pada 3 Januari lalu" dan bahwa dia sudah memberi tahu orang lain bahwa hidupnya dalam bahaya. "Gereja lokal memperlihatkan kepada kami berbagai dokumen yang mengukuhkan bahwa dia beralih menganut Kristen pada 2001 lalu," urai polisi setempat.
Suriah: Sebuah bom menyerang sebuah kawasan mayoritas Kristen menewaskan tiga orang dan melukai 10 orang lainnya. Semua korbannya Kristen. Serangan terjadi 24 Januari di Kota Qamishhli, Kurdi. Berbagai rumor beredar bahwa ISIS berada di balik serangan. Namun menurut seorang pemimpin Kristen, "Begitu banyak orang berpikir bahwa otak dan pelaksana di belakang aksi pemboman itu bisa saja kelompok Kurdi. Inilah faktor pengganggu lain perang ini: ada terorisme, tetapi kadang kita tidak tahu siapa yang sebenarnya menakut-nakuti kita."
Dhimmitude
Jerman: Dalam sebuah surat kepada Menteri Urusan Khusus Federal Jerman, Hegumen Daniil, Pastor Pemimpin Pertapaan St. Georgius Sang Pemenang di Gotschendor dan seorang anggota Komisi Integrasi pada Kantor Kanselir Federal Jerman menulis:
Para pengungsi Kristen dari Suriah, Eritrea dan negara-negara lain dihina, dikejar-kejar, dilecehkan secara kejam di berbagai kamp pengungsi oleh tentangga Muslim mereka. Ini juga terjadi pada minoritas agama Yazidi. Berbagai kasus aksi penghinaan berubah jadi ancaman untuk melukai dan membunuh hingga mati kerap terjadi... Menurut tradisi Islam, mereka [bekas Muslim, yang akan sangat berisiko] seharusnya dihukum, karena mereka melepaskan diri dari Islam. Mereka menghadapi tekanan sangat berat dan takut dengan hidup mereka, karena "para pembelot itu" kehilangan hak untuk hidup sejauh berkaitan dengan kaum Muslim radikal. Banyak umat Kristen yang datang dari Timur Tengah menderita penyiksaan yang luar biasa sehingga ingin kembali ke negara asal, karena bagi mereka, situasi di sana tampak tidaklah terlampau mengerikan dibanding situasi di pusat-pusat akomodasi pengungsi Jerman.
Mesir: "Makam kaum Koptik [umat Kristen pribumi Mesir] kini sedang berubah menjadi tempat pembuangan sampah." Itulah pesan dari Pastor Ayoub Yousef, yang mengepalain Gereja Katolik Koptik St. Georgius di Desa Dalga, di Minyar, di kawasan atas Mesir (Upper Egypt). Menurut sang pastor, berbagai makam Kristen setempat dalam "keadaan menyedihkan." Semua barang buangan dan sampah dibuang ke sana dengan tujuan menutupi makam. Dia sudah mengajukan sejumlah keluhan kepada perdana menteri dan banyak pejabat lain namun "tidak ada gunanya" karena situasi sudah tak bisa diterima dan mendesak memerlukan "campur tangan langsung."
Secara terpisah, dalam sebuah talkshow di Mesir yang disiarkan 18 Januari lalu, Ahmed 'Abdu Maher, seorang pengacara mengecam Al Azhar, universitas Islam tertua dunia yang paling bergengsi karena terus saja meradikalisasi para mahasiswanya. Disertai contoh, dia mengatakan: "Ada buku di Al-Azhar yang menyerukan agar kepala umat Koptik digundul paksa, menandai rumah-rumah mereka [sehingga kaum Muslim tahu di mana 'orang-orang kafir' tinggal] serta menolak berjabat tangan dengan mereka." Seperti terjadi, Negara Islam dan berbagai kelompok Muslim sejenisnya semuanya menganjurkan untuk tidak berjabatan tangan dengan umat Kristen "yang tidak bersih." Salah seorang ulama Mesir malah mengatakan dia melihat umat Kristen sangat "menjijikan." Juga bahwa rumah-rumah orang Kristen seharusnya dibedakan dengan tanda-tanda sebagaimana ISIS lakukan ketika membuat huruf "N" (nun) di rumah-rumah mereka di Mossul dan tempat lain. Bahkan dipraktekkan juga mencukur rambut kepala secara paksa. Kembali ke tahun 2013, berbagai kelompok jihadi jahat di Libya menyandera sekitar 100 umat Koptik dan secara brutal memperlakukan mereka ---termasuk mencukup rambut kepala mereka.
Turki: Dari sekitar 2 juta pengungsi Suriah di kawasan perbatasan Turki, ada 45.000 umat Kristen. Mereka menemukan bahwa "hidup mereka hanya sedikit lebih baik." Banyak dari mereka berpura-pura sebagai Muslim di tempat umum agar tidak diserang. Ibadat Kristen mereka batasi dalam privasi tenda dan rumah mereka . Menurut laporan, "Kelompok pengungsi lain di Turki yang diserang adalah umat Armenia. Zadig Kucuk dilaporkan menemukan ibunya yang berusia 85 tahun dibunuh Desember 2012 lalu, walau dia berdiam di sebuah komunitas Armenia yang besar di Istambul. Ketika ditemukan, satu lukisan salib besar dibuat di dada ibunya. Selain itu, ada berbagai kasus para pengungsi dipenggal kepalanya."
Iran: Bukannya mendapatkan lebih banyak perawatan medis yang diperlukan, seorang narapidana Kristen sebaliknya dijatuhi hukuman tambahan lima tahun penjara. Ebrahim Firouzi pertama ditangkap oleh agen-agen Republik Islam pada 2013 lalu. Belakangan, sebuah pengadilan hukum menjatuhkan hukuman satu tahun penjara dan dua tahun pembuangan baginya. Setelah masa hukumannya berakhir, Firouzi malah tetap ditahan ketika tuntutan baru "bertindak melawan keamanan nasional" dijatuhkan atasnya. Dia, dengan demikian tetap berada di penjara walau dada kirinya sakit parah selama lebih dari satu tahun. Kondisinya pun terus memburuk selama tiga bulan terakhir.
Kazakhstan: Ykas Kabduakasov, seorang Kristen yang meninggalkan Islam mendapat hukuman lebih berat setelah mengajukan banding . Sebuah pengadilan di Astana, ibukota negara itu, menjatuhkan hukuman dua tahun kerja rodi di kamp penjara daripada sebelumnya, hukuman tujuh tahun tahanan rumah. Ayah delapan anak itu ditangkap tahun lalu karena tuduhan "memicu kebencian agama." Da diajukan ke pengadilan Nopember lalu dan diijinkan pergi ke rumah untuk mulai menjalani tujuh tahun tahanan rumahnya. Umat Kristen setempat yakin alasan sebenarnya di balik penangkapan Yklas Kabduakasov adalah karena murtad dari Islam menjadi Kristen dan bahwa dia berbagi iman Kristennya dengan kalangan Muslim.
Mali: Seorang misionaris Kristen Swiss disandera selama 10 hari pada 2012 lalu. Namun, kini dia disandera lagi di Timbuktu. Pada 8 Januari lalu, Beatrice Stockly, seorang wanita berusia 40-an diambil dari rumahnya sebelum fajar oleh para pria bersenjata yang datang ke sana dengan menumpang empat pick-up. Memang, berbagai kelompok Islam militan aktif di kawasan tempat dia berdiam dan sudah melakukan dua serangan selama pekan-pekan sebelumnya. Salah satu serangan diarahkan pada sebuah stasiun radio Kristen tepat sebelum Natal, yang menyebabkan 25 orang tewas. Pada 2012 lalu, ketika para jihadi jahat menguasai kawasan itu, mereka menyatakan praktek agama Kristen itu tidak sah sehingga mencemarkan serta menjarah berbagai gereja serta tempat ibadah lainnya.
Pakistan: Ada gadis Kristen lain yang disandera oleh sekelompok pria Muslim dan dipaksa menganut Islam serta menikah salah seorang penyanderanya. Kala itu, sang gadis, Saima Bibi, 15 tahun, sedang seorang diri di sebuah desa di Kawasan Kasur ketika dirazia. Pihak keluarga melaporkan kasus itu kepada polisi melawan para penangkapnya. Orangtuanya berharap memberikan akte kelahiran yang membuktikan statusnya yang masih di bawah umur bakal terbukti bermanfaat dalam kasus itu. Soalnya, usia sah untuk menikah di Pakistan adalah 16 tahun. Bagaimanapun, polisi menegaskan bahwa Saima sudah menganut Islam dan para pejabat sudah mendapatkan dokumen yang mengesahkan perkawinannya.
Tentang seri ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.
Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan itu tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
***
Raymond Ibrahim adalah pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Tersalibkan Lagi: Tampilkan Perang Baru Islam Terhadap Kristen) (diterbitkan oleh Regnery bekerja sama dengan Gatestone Institute, April 2013).