PIDATO PENTING --- pertama Obama setelah terpilih dalam Pemilu 2008 disampaikan kepada dunia Muslim di Kairo, Mesir. Pidatonya tidak menyinggung tentang kerasnya realitas Islam serta dampaknya terhadap perdamaian dunia. Tidak ada penguasa Muslim menjabat tangannya, meski dia menjanjikan perubahan, sebuah hubungan baru dengan Barat berbasiskan sikap saling penghargaan atau cerminan atas apa yang salah pada 11 September 2001 lalu bahkan jika mereka tidak langsung bertanggung jawab atas tragedi itu. Tidak ada pemimpin Arab secara terbuka mengumumkan berakhirnya jihad Islam dan pendidikan yang membenci Barat serta propaganda media Arab. Sebaliknya, dunia Muslim justru mendapatkan permintaan maaf dari Obama.
Setelah Obama meninggalkan Kairo, Ikhwanul Muslimin mendapatkan kekuatan baru namun sebaliknya penguasa militer melemah jatuh satu demi satu. Berdasarkan standar Barat, kekuasaan militer dihindari karena merupakan bentuk pemerintahan yang menindas. Tetapi di dunia Islam, dia menjadi satu-satunya perlindungan penyangga bagi tirani shariah yang menyeluruh yang harus ditegakan oleh teokrasi Islam sama seperti yang terjadi di Iran dan Arab Saudi. Ikhwanul Muslim kemudian ISIS segera mengisi ruang kosong sehingga dunia Muslim kini terjebak dalam pergolakan.
Pidato kepresidenan Obama pertama yang penting pada 4 Juni 2009, adalah bagi dunia Muslim, di Kairo. Pidatonya tidak berurusan dengan kerasnya realitas Islam dan dampaknya terhadap perdamaian dunia. Tidak ada otoritas Muslim yang berjabatan tangan dengan Obama yang menjanjikan perubahan, sebuah hubungan baru dengan Barat berbasiskan saling menghormati satu sama lain atau refleksi dari apa yang salah pada Tragedi 11 September 2001. (Sumber foto: Gedung Putih). |
Badai gelap Islam yang luar biasa meluap melanda seluruh planet, bergerak menuju Barat. Jangan pernah biarkan kebebasan kita yang dibangun dari generasi ke generasi warga Amerika hilang karena perasaan takut dan terror. Inilah waktu bagi Barat untuk bersatu padu mengirimkan pesan yang kuat kepada Dunia Muslim---sebuah pesan yang seharusnya dikirimkan kembali oleh Obama pada tahun 2009 lalu.
Bersamaan dengan terpilihnya Presiden terpilih Donald J. Trump, masyarakat Barat memperbarui harapan mereka untuk membuat Amerika kembali menjadi pemimpin dunia bebas serta hak asasi manusia bagi semua bangsa sebagaimana seharusnya. Diharapkan Trump bakal menggerakan para pemimpin dunia bebas untuk memberikan pesan yang kuat kepada dunia Muslim:
Hari-hari yang mengorbankan keselamatan dan keamanan warga Barat demi kepentingan multikulturalisme, sudah berakhir. Agar multikulturalisme berjalan baik, maka dia harus menjadi Jalan Dua Arah, antara masyarakat yang sama-sama menghayati nilai bersama untuk menghargai budaya masing-masing satu sama lain. Sayangnya, Barat belum mendapatkannya dari Islam. Amerika, Eropa dan Australia menjadi tempat pelarian yang aman bagi orang-orang dari seluruh dunia --- dari negara, agama dan ras yang beragam. Kami mencintai umat Muslim seperti kami mencintai semua orang tetapi cinta kepada kepada masyarakat dunia tidak pernah menggantikan tugas kami nomor satu, yaitu untuk melindungi warga negara kami, kebebasan kami, cara hidup kami dan ya, nilai-nilai Yudeo Kristen yang berbasis Alkitab.
Kini, Timur Tengah bergolak dikeroyok dan dibinasakan oleh teroris dan ekstremis yang tidak menghargai pemerintahan atau hukum dan tatatertib sosial mereka sendiri. Berbagai kelompok seperti ISIS dan kelompok-kelompok lain memunculkan kembali kebiadaban kuno yang secara salah manusia pikirkan sudah mengubahnya. Terus menerus kami dengar bahwa hal ini sama sekali tidak ada hubungan dengan Islam dan bahwa teroris Islam hanyalah sejumlah kecil kaum Muslim salah arah yang salah menterjemahkan Islam sebenarnya yang penuh damai.
Tetapi sekarang giliran kami untuk memberi tahu kamu apa yang ada dalam benak kami: Sungguh tidak ada soal apa itu Islam sejati atau tidak. Ketika seorang teroris menerobos masuk melintasi kerumunan massa dengan truk untuk membunuh maka hal terakhir yang orang ingin dengarkan adalah apakah "sopir itu Muslim sejati atau tidak. " Itulah hal yang dunia Muslim perlu bereskan secara internal; ia tidak diberikan kepada kami di Barat untuk mencoba mengevaluasi apa itu "Islam sejati" dan yang tidak.
Sekolah-sekolah negeri Timur Tengah masih mengajarkan propaganda benci terhadap Barat, Yahudi dan Kristen. Mereka masih mengajar murid mereka seperti misalnya bahwa Yasser Arafat meninggal dunia karena diracun oleh orang Yahudi. Mereka masih mengajar di sekolah-sekolah negeri bahwa jihad itu perang suci melawan kaum non-Muslim; bahwa membunuh orang yang berpindah agama dan membunuh gadis-gadis demi kehormatan diri (honor killings) merupakan tugas berdasarkan hukum Islam dan orang-orang yang tidak melakukannya tidak bakal disiksa tetapi justru diganjari dengan para perawan oleh Allah. Para imam Muslim menyebarkan rasa benci dan penghasutan tepat di bawah hidung para pemimpin yang disebut Muslim moderat, di layar-layar televisi yang dikelola pemerintah. Para pemimpin agama anda, yang gajinya dibayarkan oleh pemerintah Islam, berdiri di depan kamera media anda menyerukan kaum Muslim untuk menikam, menabrakan truk-truk, membunuh, memperkosa serta merendahkan martabat orang kafir, kaum Yahudi, Kristen serta para penyembah berhala (pagan).
Sudah banyak hal kami lakukan untuk menyenangkan hati dengan melihat ke arah lain ketika tiba pada rahasia kecil mengerikan yang tak ingin diakui oleh siapapun: bahwa pemerintah Islam dan kelompok teroris adalah dua kacang dalam satu polong, yang bekerja sama menuju tujuan yang sama: menegakan hukum Allah, shariah, di dunia. Bukan rahasia lagi bahwa seorang pemimpin negara Muslim harus memerintah berdasarkan Shariah dan harus menjalankan jihad melawan kaum non-Muslim. Hukum Shariah memerintahkan kaum Muslim untuk menurunkan, dengan melancarkan pemberontakan atau pembunuhan atas pemimpin Muslim yang tidak mematuhi Shariah dan mendukung para jihadi. Dunia memahami situasi menyedihkan para pemimpin Islam yang harus memenuhi kewajiban shariah mereka di hadapan kaum Muslim radikal mereka, dan jika sebaliknya mereka bakal menjadi "toast" atau "roti panggang". Upaya menyelesaikan persoalan ini bukanlah tanggung jawab Barat, tetapi persoalan penting yang harus dunia Muslim bereskan secara terbuka kemudian menanganinya.
Permainan aliansi jahat yang pemerintah Islam dan kelompok terror mainkan harus diungkapkan apa adanya dan secara simpatik ditolak ketika masyarakat dan pemerintah Muslim berani untuk secara terbuka menyelesaikan persoalan mereka seputar tugas jihad mereka. Barat tidak bisa terlibat dalam permainan yang tidak jujur itu lagi.
Terkait dengan saat ini, Barat harus meminta pertanggungjawaban Pemerintah Islam atas aksi jihad teroris warga mereka sendiri. Tidak ada yang terjadi di negara-negara Muslim tanpa sepengetahuan pemerintah mereka. Jika pemerintah Muslim tidak mengendalikan warganya, maka dia seharusnya dianggap sebagai bangsa penjahat. Negara-negara Islam yang terus-menerus mengembangbiakan teroris dalam berbagai media, sekolah serta masjid mereka kemudian bergaya lugu terhadap kejahatan yang dilakukan harus dimintai pertanggungjawaban. Kaum Muslim sendiri tidak bertoleransi terhadap seorang kartunis Barat yang melukai perasaan mereka dengan sebuah kartun Nabi Muhamad. Bukannya mengatakan kartunis ini tidak merepresentasikan semua negara Barat, publik Muslim melakukan aksi rusuh, membakar dan membunuh sejumlah warga Barat dan Kedutaan Besar mereka sebagai balas dendam terhadap aksi atas suatu hal, atas sebuah kartun. Bahwa dari negara-negara yang sama yang membanjiri dunia dengan para teroris yang menggunakan pesawat terbang, senjata, peledak, pisau bahkan truk untuk membunuh kaum non-Muslim. Kaum Muslim perlu untuk hidup dengan mengatakan, "Jika rumahmu itu terbuat dari kaca, janganlah saling melemparkan batu."
Negara Barat yang tidak pertama-tama dan paling penting melindungi warga negaranya sendiri seharusnya (dianggap) menjadi pariah di antara negara yang beradab. Membawa masuk para pengungsi yang tidak terseleksi (unvetted) dari Suriah, Irak bukanlah tindakan belas kasih tetapi justu sikap lalai yang mengerikan. Pemerintah Barat sudah sangat lama mengabaikan warganya sendiri dalam persoalan ini sehingga hal itu akan berhenti hari ini.
Pemerintah Barat akan gila jika tidak menjalankan langkah-langkah luar biasa supaya bisa menjaga diri. Pintu-pintu imigrasi bagi warga Muslim dari negara-negara yang dilanda terror bakal ditutup. Di atas semuanya itu, mengapa budaya-budaya yang muak terhadap Barat justru berusaha hidup di Barat? Seperti presiden terpilih Donald Trump katakan, mengapa harus Amerika ---atau negara lain--- tidak menerima masuk hanya para imigran yang mencintai kami dan yang menghormati hukum serta cara hidup kami?
Menampung pengungsi dari negara Suriah yang dijalankan dengan terror bukan saja berdampak buruk bagi Barat tetapi juga bagi Suriah. Jika kami menerima kaum Muslim moderat dari Suriah, lalu, siapakah yang bakal ditinggalkan untuk memerangi ISIS serta untuk membangun kembali negara itu
Pintu-pintu rumah kami bakal kembali dibuka bagi warga negara-negara Islam hanya tatkala perang atas terorisme Islam dimenangkan dan tatkala pemerintah Islam membuktikan kepada dunia bahwa mereka benar-benar berubah, sehingga menghentikan selama-lamanya propaganda jihad serta pendidikan mereka yang penuh kebencian obsesif di seluruh dunia Muslim. Hingga kini, semua bentuk visa dari kawasan-kawasan yang bermasalah itu bakal dihentikan, kecuali bagi beberapa orang yang bakal diperiksa secara wajar. Tindakan ini tentu bakal memperlancar reformasi Islam serta pendidikan Islam di negara-negara Muslim yang sudah putus asa sehingga memberikan penduduk mereka yang benar-benar sangat menderita kepada kami.
Kami menantikan hari tatkala para Muslim moderat mampu mengendalikan pemerintahan mereka, sistem pendidikan mereka serta hukum dan tata tertib sosial mereka sehingga dunia Barat bisa melanjutkan kembali relasi-relasi konstruktif bersama yang berbasiskan persahabatan dan sikap saling menghormati. Seluruh dunia sedang menantikan hari itu sambil berdoa bagi Timur Tengah yang penuh damai. Bola itu sekarang sedang berada di pengadilan dunia Muslim.
Nonie Darwish, lahir dan besar di Mesir, adalah pengarang buku "Wholly Different; Why I chose Biblical Values over Islamic Values" (Benar-benar Berbeda: Mengapa Saya Memilih Nilai Injil Daripada Nilai-Nilai Islam).