Natal 2015. Dua warga Muslim ditangkap di Tepi Barat. Keduanya ditangkap karena membakar sebatang pohon Natal di desa mayoritas Kristen dekat Jenin. Pada hari yang sama, di Betlehem, para perusuh Muslim menyambut kedatangan Patriark Latin Yerusalem dengan lemparan batu. Setelah itu, pihak berwenang masih menangkap lagi 16 orang "radikal Salafi" yang berencana melancarkan serangan penuh teror terhadap para turis yang tengah merayakan Natal.
Inilah Natal di Betlehem----tempat kelahiran Kristus dan Kelahiran Yesus berlangsung. Natal di bagian lain dunia pun mengalami perlakuan kejam yang sama.
Di Amerika Serikat, seorang ibu Kristen dengan tiga anak berusia 46 tahun termasuk dalam 14 orang yang tewas terbunuh dalam serangan teroris di San Bernardino yang menyasar sebuah pesta Natal. Ironisnya, Bennetta Bet-Badal, sang wanita yang jadi korban, telah melarikan diri meninggalkan Iran menuju A.S kala dia masih berusia 18 tahun. Tujuannya adalah menghindari penyiksaan atas umat Kristen negeri itu setelah Revolusi Islam meletus pada 1979. Setelah menamatkan kuliahnya dalam jurusan kimia, menikah dan memiliki tiga anak, para jihadi justru mengejarnya. Tatkala dia menghadiri acara makan siang Natal dan membawa hadiah untuk dua rekan sekerjanya kaum teroris Muslim menerobos masuk ruangan pesta membantai mereka.
Belgia meniru Betlehem: Sebuah video tampaknya memperlihatkan sejumlah pemuda tengah membakar bom Molotov di bawah pohon Natal di Brussels. Ledakan pun terjadi berapa menit kemudian, Api menghanguskan seluruh pohon Natal. Anak-anak muda itu lalu berteriak "Allahu Akbar," lalu melarikan diri. Orang yang sesungguhnya mengunduh video, Mohamed Amine, sejak itu menutup halaman Facebooknya.
Di Jerman, empat umat Kristen Orthodoks Timur didatangi pada pagi buta setelah Hari Natal di Berlin. Seorang lelaki yang mendatangi mereka berteriak, "Saya Muslim! Kalian apa?" Beberapa saat kemudian, laki-laki itu bersama teman-temannya menyerang menghajar umat Kristen tanpa belaskasihan.
Kisah-kisah pendek tentang kaum Muslim yang menteror, memukul bahkan membunuh orang Kristen selama Natal di Barat --- tempat kaum Muslim itu minoritas --- meluas hingga negara-negara mayoritas Muslim.
Natal yang Mencekam
Di Suriah, Negara Islam "menangkap, jika tidak mengeksekusi sejumlah pemuda (lima pemuda) di Kota Raqqa. Penyebabnya, karena mereka bersahabat dan memberikan ucapan selamat kepada umat Kristen selama Natal." ISIS dilaporkan memberitahu kelima pemuda itu bahwa " mereka ditahan setelah dilakukan penyelidikan [termasuk komputer pribadi mereka], ditemukan bahwa mereka memberikan ucapan selamat kepada umat Kristen dan mendambakan mereka mengalami Tahun Baru yang Bahagia." Ketika salah seorang pemuda berusaha menjelaskan dirinya, seorang anggota ISIS mennjawab: "Tutup mulut! Kau temani orang Kristen---apakah bukan begitu? Kelima pemuda itu kemudian digiring menuju tempat yang tidak diketahui. Tidak ada informasi lebih lanjut tentang nasib mereka.
ISIS tidak sendirian. Pemerintah tiga negara --- Somalia, Tajikistan dan Brunai – secara resmi melarang Natal (merayakan pesan Injil, memasang pohon Natal, berpakaian seperti Santa Claus dan memberi hadiah). Para pelanggarnya bisa menjalani lebih dari lima tahun penjara. Sejumlah ulama Islam di Brunai mengatakan: "Penggunaan simbol agama seperti salib, lilin bernyala, memasang pohon Natal, menyanyikan lagu-lagu agama, mengirimkan ucapan Selamat Natal ...bertentangan dengan agama Islam."
Di Bangladesh, berbagai gereja membatalkan kebaktian tengah malam Natal. Penyebabnya adalah karena semakin banyak ancaman atas kegiatan tersebut termasuk serangan atas para pemimpin Kristen. Walau umat Kristen kurang dari satu persen umat Muslim, lebih dari tiga puluhan pemimpin gereja negeri itu mendapat ancaman mati dan sedikitnya empat pemimpin gereja nyaris mati ketika berjuang menyelamatkan hidup mereka.
Walau tidak dibatalkan, kebaktian gereja selama Natal sangat tegang dan dengan sangat waspada diselenggarakan di negara Muslim yang dianggap paling moderat, Indonesia. Lebih dari 150.000 petugas keamanan dan lain-lain disebarkan guna mengamankan gereja-gereja di seluruh penjuru negeri selama Natal dan perayaan Hari Raya Tahun Baru. Beberapa hari sebelumnya, pada 20 Desember, polisi menangkap enam pria yang memiliki bahan-bahan pembuat bom serta buku-buku tentang jihad.
Pembunuhan pada Hari Natal
Pada 24 Desember di Filipina, para jihadi Muslim menteror negara mayoritas Kristen itu setelah mengakap serta mengeksekusi mati 10 warga Kristen. Seorang jurubicara militer mengatakan serangan teroris itu memang dimaksudkan dilancarkan pada Hari Raya Natal "sebagai upaya unutk membuat pernyataan."
Pada 25 Desember di Nigeria, kelompok Islam Boko Haram, membantai 16 warga Kristen termasuk anak-anak. Kelompok jihadi juga membom sejumlah gereja, membantai umat Kristen pada Hari Natal selama beberapa tahun berturut-turut. Salah satu serangan paling berdarah terjadi pada 2011 ketika para jihadi membom sebuah gereja Katolik selama misa Natal. Mereka menewaskan 39 orang serta melukai ratusan lainnya.
Pada Hari Raya Natal di Republik Demokraik Kongo, lebih dari 50 umat dari negara mayoritas Kristen dibantai oleh ADF-Nalu, sebuah kelompok jihadi berbasis Uganda. Kelompok itu, "baru saja akhir-akhir ini dicirikan sebagai gerakan jihadi."
Pada Hari Raya Natal di Irak, Negara Islam membom 10 rumah warga Kristen serta sebuah biara di desa Tel Kepe, Asiria. Sejumlah orang terluka dalam insiden ini. Pada 30 Desember, para anggota Negara Islam bmembom sejumlah restoran yang dimiliki oleh umat Kristen di Suriah; ada 16 orang tewas pada saat itu.
Para pejabat pemerintah Muslim --- bukan "ISIS "--- di negara-negara seperti Brunai, Somalia dan Tajikistan terus-menerus secara terbuka dan resmi mengungkapkan rasa permusuhan mereka kepada kaum Kristen dan Kekristenan. Dan kaum ekstremis Muslim--- bukan "ISIS" terus saja meneror dan membunuh umat Kristen selama Natal di banyak negara-negara seperti Bangladesh, Belgia, Kongo, Jerman, Indonesia, Iran, Nigeria, Filipina, Suriah, Tepi Barat dan bahkan Amerika Serikat.
Raymond Ibrahim, pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Disalibkan Lagi: Mengungkap Perang Baru Islam di Kalangan Kristen) (sebuah Publikasi Gatestone,yang diterbitkan oleh Regnery, April 2013). Ia juga anggota Shillman Fellow pada David Horowitz Freedom Center dan Judith Friedman Rosen Writing Fellow pada Middle East Forum.