Populasi kaum Muslim Jerman meroket tajam lebih dari 850 ribu jiwa pada 2015. Dengan demikian, untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah itu mendongkrak jumlah seluruh kaum Muslim di negeri itu hingga mendekati enam juta jiwa.
Dari satu juta migran dan pengungsi yang tiba di Jerman pada 2015, sedikitnya ada 80% (atau 800.000 orang diyakini sebagai Muslim, menurut berbagai perkiraan dari Dewan Pusat Muslim di Jerman (Zentralrat der Muslime in Deutschland, ZMD), sebuah kelompok payung Muslim yang berbasis di Cologne.
Selain para pendatang baru, peningkatan angka populasi alami komunitas Muslim yang berdiam di Jerman diperkirakan 1,6% per tahun (atau 77.000 jiwa) menurut data yang diekstrapolasi dari Pew Ressearch Center baru-baru ini tentang pertumbuhan populasi kaum Muslim di Eropa.
Berdasarkan proyeksi Pew, penduduk Muslim Jerman diperkirakan mencapai 5.068.000 orang hingga akhir 2014. Sebanyak 800.000 migran Muslim yang datang pada 2015, disatukan dengan 77.000 orang dari peningkatan alamiah, bakal memperlihatkan bahwa populasi Muslim negeri itu melompat menjadi 877.000 jiwa. Dengan demikian, jumlahnya diperkirakan bakal mencapai 5.945.000 jiwa pada akhir 2015. Peningkatan ini menyebabkan Jerman bersaing dengan Perancis dalam pemilikan populasi kaum Muslim terbesar di Eropa Barat.
Migrasi massal kaum Muslim menjadi jalur cepat kebangkitan Islam Jerman. Ia juga bertanggung jawab terhadap masalah gangguan sosial di negeri penerimanya, termasuk epidemi perkosaan, krisis kesehatan publik dan kecenderungan masyarakat Jerman untuk membeli senjata untuk bela diri. Berikut ini kumpulan kronologis sejumlah kisah penting pada 2015.
JANUARI 2015.
Tanggal 8 Januari. Sebuah survei yang diterbitkan oleh Bertelsmann Foundation menemukan bahwa karena populasi kaum Muslim meningkat, 57% warga Jerman pun yakin bahwa Islam tengah mengancam masyarakat Jerman; 61% yakin bahwa Islam tidak sesuai dengan masyarakat Barat; sementara 40% masyarakat merasa sebagai "orang asing di negeri sendiri."
Tanggal 9 Januari. Majalah Berita Der Spiegel melaporkan bahwa Badan Polisi Kriminal Federal Jerman (Bundeskriminalamt,BKA) telah mengundang-undangkan sebuah rencana darurat di seluruh negara itu untuk mencegah para teroris Islam menghantam Jerman. Badan-badan keamanan negara dan federal diperintahkan untuk menemukan keberadaan hampir sekitar 250 kaum Islamis Jerman dan "orang-orang yang relevan dengan aliran itu" lainnya. Majalah itu juga melaporkan bahwa BKA punya bukti "bahwa kota-kota penting Eropa bisa diserang kapan pun."
Tanggal 11 Januari. Berbagai kantor Hamburger Morgenpost diserang bom. Aksi itu terjadi setelah suratkabar itu, sebagai solidaritas terhadap majalah Perancis Charlie Hebdo, menerbitkan kembali kartun-kartunnya pada sampulnya depannya, untuk membela kebebasan berbicara.
Tanggal 11 Januari. Dalam wawancara dengan Bild am Sonntag, Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière menegaskan bahwa intelijen Jerman tengah memonitoring "sekitar 260 orang" yang berpotensi melancarkan aksi kapan pun. Dikatakannya:
"Kita punya sekitar 260 orang berbahaya ((Gefährder). Kita juga punya sekitar 550 orang yang sudah bepergian menuju medan perang di Suriah dan Irak. Antara 150 dan 180 dari orang-orang ini sudah pulang ke Jerman. Sebanyak 30 dari mereka adalah fundamentalis yang ditempa oleh perang. Mereka menjadi ancaman serius keamanan kita. Saya sangat prihatin dengan adanya pelaku kejahatan yang terlatih baik seperti para penjahat di Paris, Brussels, Australia dan Kanada. Situasi ini serius."
Menurut Bild, sedikitnya 60 polisi diperlukan supaya bisa memonitor hanya satu jihadi Jerman setiap jam. Suratkabar itu mempertanyakan apakah Jerman punya personal keamanan yang mampu melacak semua teroris potensial. De Maizière mengaku: "Sampai sebegitu jauh, kita beruntung. Sayangnya, kasusnya tidak selalu seperti ini."
Tanggal 12 Januari. Lebih dari 25.000 orang muncul di Kota Dresden mengikuti pertemuan mingguan sebuah gerakan akar rumput yang tengah berkembang pesat yang dikenal sebagai PEGIDA----PEGIDA merupakan singkatan dari "Patriotic Europeans against the Islamization of the West" (Warga Eropa Patriotik Penentang Islamisasi Barat). Dengan mengenakan pita hitam di lengan, para peserta pawai yang mungkin terbesar, "mengheningkan cipta" selama satu menit bagi "para korban terorisme di Paris."
Dalam halaman Facebook-nya, PEGIDA menulis bahwa serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris mengukuhkan rasa takutnya yang paling mengerikan. Dikatakannya:
"Kaum Islamis, PEGIDA sudah peringatkan selama 12 pekan, memperlihatkan kepada Perancis bahwa mereka tidak mampu menjadi negara demokrasi dan agaknya berupaya melakukan kekerasan dan kematian sebagai jawaban! Para politisi kita ingin kita percaya sebaliknya. Haruskah tragedi seperti ini terjadi di Jerman dulu???
Tanggal 12 Januari: Kanselir Angela Merkel menentang gerakan PEGIDA dengan mengatakan bahwa "Islam itu milik German."
Tanggal 12 Januari. Seorang pengungsi pencari suaka dari Eritrea berusia 20 tahun, Khaled Isris Bahray, seorang Muslim, ditikam hingga tewas di Dresden. Media Eropa pun cepat-cepat mengecam PEGIDA karena dianggap memancing adanya pembunuhan. Harian Guardian yang berbasis di London melaporkan bahwa pembunuhan "mengungkapkan adanya ketegangan rasial" dan "sentiment anti-imigrasi" di Jerman. Tetapi bagaimanapun, pada 22 Januari, jaksa penuntut Jerman mengatakan bahwa teman sekamar Bahray, yang juga seorang laki-laki Eritrea berusia 26 tahun sudah mengaku menikam teman sekamarnya itu.
Tanggal 14 Januari. Kabinet Jerman mengesahkan rencana untuk mencabut kembali KTP nasional dari orang-orang yang diketahui sebagai Islamis. Langkah itu membuat mereka jauh lebih sulit meninggalkan negeri itu untuk berperang demi ISIS.
Tanggal 15 Januari. Polisi Lower Saxony menangkap seorang jihadi Jerman keturunan Lebanon berumur 26 tahun yang teridentifikasi bernama Ayub B. Dia dituduh terlibat dalam perang jihad di Suriah. Pada hari yang sama, polisi Pforzheim merazia apartemen dua anggota Salafi yang berasal dari Balkan.
Tanggal 16 Januari. Lebih dari 250 polisi menggeledah 11 tempat di Berlin. Mereka berhasil menangkap 5 warga Turki, termasuk seorang pria berumur 41 tahun yang teridentifikasi sebagai Ismet D, yang mengaku diri sebagai "Emir of Berlin."
Tanggal 20 Januari. Lebih dari 200 polisi merazia 13 bangunan terkait dengan kaum Islamis di Berlin dan daerah-daerah di bagian timur negara bagian Brandenburg dan Thuringia.
Tanggal 21 Januari. Pendiri dan pemimpin PEGIDA, Lutz Bachmann mendadak mengundurkan diri. Tindakan itu diambilnya setelah media Jerman menerbitkan fotonya dengan potongan rambut dan kumis ala Adolf Hitler. Dalam berbagai posting Facebook, dia juga menyebutkan para pencari suaka sebagai "sampah" dan "najis." Para pengecam PEGIDA mengatakan foto itu, yang diambil sedikitnya dua tahun sebelum kelompok itu terkenal, membuktikan bahwa gerakan itu termotivasi oleh rasisme. Bachmann sebaliknya ngotot bahwa foto itu merupakan "sebuah satire."
Tanggal 21 Januari. Diosis Münster melarang Paul Spätling, seorang imam Katolik Roma untuk berkotbah. Kebijakan itu diambil setelah dia memberikan sambutan dalam demonstrasi PEGIDA di Duisburg. Kepada sekelompok 500 pendengar, dia mengatakan, "Eropah sudah berperang melawan Islam selama 1.400 tahun. Tidak bisa dipercaya bahwa Kanselir Angela Merkel mengatakan 'Islam milik Jerman."' Stephan Kronenburg, jurubicara diosis itu mengatakan, "Dengan pernyataan itu, Spätling membangkitkan permusuhan terhadap Islam. Kami anggap ini berbahaya."
Tanggal 25 Januari. Perdana Menteri Saxony yang berada di bagian timur Jerman, Stanislaw Tillich mengungkapkan sikap tidak setuju-nya terhadap pernyataan Merkel bahwa "Islam milik Jerman." Dia lalu mengatakan, "kaum Muslim disambut baik di Jerman dan bisa menjalankan agama mereka. Tetapi ini tidak berarti Islam merupakan bagian dari Saxony." Ibukota Saxony adalah Dresden, markas utama gerakan PEGIDA.
Tanggal 29 Januari. Komite karnaval di Cologne membatalkan rencana membuat pelampung bertemakan Charlie Hebdo. Rencana tersebut dibatalkan karena takut terhadap kemungkinan munculnya ancaman keamanan. Pelampung hendak ditampilkan pada parade 16 Februari sebagai ungkapan dukungan terhadap Perancis dan Charlie Hebdo. Rancangan pelampung dipilih dari masyarakat lewat sebuah polling online dan menggambarkan sebuah kartun menekan pensil pada laras senapan seorang teroris.
Juga dalam bulan Januari, rangkaian supermarket Jerman, Aldi melepaskan merek sabun cair dari rak-rak toko setelah muncul keluhan bahwa bungkus sabun cair itu bernada menyerang kaum Muslim. Pihak Aldi mengatakan bungkus sabun cair Ombia 1001 Nights yang menggambarkan masjid berkubah, minaret beserta lentera dan seperangkat tasbih sembahyang memang dimaksudkan untuk memunculkan pemandangan dari Timur Tengah.
Para pelanggan Muslim menuliskan keluhan mereka pada halaman Facebook Aldi. "Ketika melihat sabun cair tokomu bermerek Ombia di rak, saya agak terkejut karena ia menggambarkan sebuah masjid," tulis seorang pelanggan. "Masjid berkubah dan minaret merupakan simbol yang menghadirkan keagungan dan kehormatan kaum Muslim. Karena itu, saya tidak melihatnya tepat untuk menggambarkan gambaran penuh makna itu pada barang yang digunakan sehari-hari."
FEBRUARI 2015
Tanggal 8 Februari. Suratkabar Die Welt memperlihatkan bahwa jaksa penuntut umum Jerman tengah menyelidiki 88 jihadi Jerman karena kejahatan perang, berbasis aksi keji yang dilakukan atas nama Negara Islam.
Tanggal 12 Februari. Suratkabat Hamburger Morgenpost melaporkan bahwa para politisi senior yang mewakili Negara Bagian Saxony serta Kota Dresden diam-diam memanfaatkan lebih dari €100,000 (sekitar Rp 1,6 miliar) dana pajak untuk membayar orang melakukan demonstrasi tandingan menentang PEGIDA, di Dresden, 10 Januari 2015. Demonstrasi yang melibatkan lebih dari 35. 000 orang ini bertujuan menggambarkan para pendukung PEGIDA sebagai "tidak toleran " dan "fanatik", sangat berbeda dari mayoritas warga Dresden, yang dianggap "kosmopolitan" dan "berkomitmen terhadap toleransi."
Tanggal 15 Februari 15. Kota Braunschweig membatalkan parade karnaval karena "ancaman serangan kaum Islamis tertentu."
Tanggal 26 Februari. Presiden Dewan Pusat Yahudi, Josef Schuster, memperingatkan para pria Yahudi untuk tidak memakai kopiah di berbagai distrik Muslim di Berlin. "Perkembangan ini tidak saya harapkan bakal terjadi lima tahun silam," urainya lalu menambahkan, "Ini benar-benar menakutkan.
MARET 2015
Tanggal 6 Maret. Polisi di Bremen memperingatkan bahwa kaum Islamis tengah berkomplot untuk menyerang katedral beserta sebuah sinagoga kota itu. Dua terduga berhasil ditangkap setelah dilakukan razia atas sebuah masjid lokal.
Tanggal 7 Maret. Sheik Abu Bilal Ismail, seorang imam Denmark, yang menyerukan kematian bagi kaum Yahudi dalam kotbahnya di Masjid Al-Nur, Berlin terbukti bersalah melakukan hate speech, pembicaraan bernada kebencian. Dia pun diperintahkan membayar denda €9,600 (sekitar Rp 144 juta). "O Allah," Ismail pernah berucap, "hancurkan kaum Zionis Yahudi. Mereka bukan tantangan bagimu. Hitunglah lalu bunuhlah mereka hingga orang terakhir. Jangan sisakan satu orang pun dari mereka. Oh Tuhan, jatuhkanlah siksaanmu atas mereka." Belakangan dia mengatakan kata-katanya diambil lepas dari konteks pernyataannnya.
Tanggal 12 Maret. Sebuah pengadilan di Berlin memerintahkan seorang ayah dan dua paman dari Nasser El-Ahmad, seorang Muslim keturunan Libanon untuk membayar denda. Mereka dituduh berusaha memaksa Nasser untuk menikahi seorang wanita walau pun dia nyata-nyata homoseks. El-Ahmad mengatakan ayahnya pernah mengancam akan menggorok lehernya. Pamannya pun pernah menyiram minyak atasnya karena mereka menolak menerima fakta bahwa dia homoseks. Para pengamat mengatakan kasus itu memperlihatkan bahwa laki-laki pun bisa menjadi korban nikah paksa juga.
Tanggal 14 Maret. Para hooligan, Salafi, para demonstran menantang kelompok ekstrim kanan PEGIDA memenuhi Kota Wuppertal. Untuk pertama kalinya, berbagai kelompok itu menyelenggarakan kegiatan secara serentak. Lebih dari 1.000 polisi dikerahkan untuk menjaga suasana tenang.
Tanggal 26 Maret. Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière melarang kelompok Salafi, Tauhid. Menurut dia, kelompok itu merekrut para jihadi untuk berperang di Suriah dan Irak.
APRIL 2015
Tanggal 8 April 8. Kepala Polisi Federal, Dieter Romann memperlihatkan bahwa selama 2014, lebih dari 57.000 orang telah berupaya memasuki negeri itu secara ilegal, atau ada peningkatan 75% dibanding tahun 2013. Selain itu, polisi juga menangkap 27.000 orang yang berhasil masuk negeri itu dan menetap secara ilegal. Angka itu, meningkat 40% dibanding setahun sebelumnya. Sebagian besar imigran ilegal berasal dari Suriah, Eritrea, Serbia, Somalia, Kosovo dan Afghanistan.
Tanggal 13 April. Politisi Belanda Geert Wilders memberikan sambutan dalam sebuah demonstrasi yang dilancarkan oleh gerakan anti-Islamisasi akar rumput Jerman yang dikenal sebagai PEGIDA di kota di kawasan timur Jerman, Dresden. Wilder mengatakan: "Tidak ada yang salah dengan bangga menjadi patriot Jerman. Tidak ada yang salah dengan menginginkan Jerman tetap bebas dan demokratis. Tidak ada yang salah dengan upaya mempertahankan peradaban Yudeo-Kristen kita. Ini tugas kita."
Tanggal 22 April: Konrad Adenauer Foundation, sebuah think tank yang berada di Berlin mengumumkan peluncuran "Muslimisches Forum Deutschland." Forum baru itu bermaksud mempromosikan suara kaum Muslim liberal guna mengimbangi pengaruh berbagai kelompok ekstremis Muslim di Jerman
Juga selama April, penyanyi rap Jerman yang beralih menjadi jihadi, Dennis Cuspert tampil dalam sebuah video propaganda ISIS menyanyikan lagu rap dengan lirik berikut ini;
"Kepada para musuh Allah. Di manakah pasukanmu? Kami tak kuasa lebih lama lagi menunggu. O Allah, hancurkan mereka. Berikanlah kepada kami kemenangan atas mereka. Ambillah dari kami. Buatlah kami mulia. Ambillah dari darah kami. Fissabillah [orang yang berjuang demi cita-cita Allah]...
"Kami inginkan darahmu. Rasanya mengagumkan...Di Jerman, sel-sel yang tidur berbaring menunggu. Para saudara tengah berdatangan. Terorlah kaum Kafir."
MEI 2015
Tanggal 1 Mei. Polisi Oberursel, sebuah kota satelit Frankfurt, membatalkan sebuah perlombaan balap sepeda professional dengan lebih dari 5.000 peserta. Alasannya, ada ketakutan bahwa para teroris Islam berencana menyerang kegiatan tersebut.
Tanggal 20 Mei. Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière berpidato dalam sebuah konperensi di Berlin mempertanyakan, "Hidup kaum Yahudi di Jerman: Apakah berisiko?" Dikatakannya bahwa pada 2014 kejahatan karena kebencian anti-Semit mencapai lebih dari 25%. Kejahatan semakin meningkat seiring adanya berbagai serangan yang dilancarkan oleh para imigran Muslim.
Tanggal 23 Mei. Tentara Jerman mengumumkan akan merekrut imam pertamanya untuk 1.600 Muslim yang berseragam, atau yang menjadi tentara.
JUNI 2015
Tanggal 3 Juni. Lebih dari 90 perwira polisi dikerahkan untuk melerai pertikaian antara 70 anggota klan imigran yang saling bersaing di sebuah lapangan umum di Moabit, di kawasan tengah kota Berlin. Percecokan berawal ketika dua wanita terlibat cecok mulut memperebutkan seorang laki-laki. Percecokan mereka berkembang menjadi aksi kekerasan setelah semakin banyak anggota keluarga terlibat di dalamnya. Dua polisi menderita luka-luka serius dalam insiden tersebut.
Tanggal 5 Juni. Seorang pencari suaka Somalia berusia 30 tahun, "Ali S" dijatuhi hukuman penjara empat tahun sembilan bulan di sebuah penjara Munich. Ia dihukum karena berupaya memperkosa seorang wanita berusia 20 tahun. Sebelumnya, Ali menjalani penjara selama 7 tahun karena melakukan perkosaan dan hanya berada di luar penjara selama lima bulan sebelum kembali menyerang wanita lagi. Dalam upaya melindungi identitas Ali S, sebuah suratkabar di Munich menyebut dia sebagai "Joseph T." --- sebuah nama yang dianggap secara politik jauh lebih tepat.
Tanggal 8 Juni. Lebih dari 50 polisi dikerahkan untuk memisahkan percecokan menyusul pertengkaran yang terjadi di tengah sebuah resepsi pernikahan imigran Bosnia di Berlin. Dalam beberapa saat, lebih dari selusin orang turut terlibat. Tetapi segera setelah polisi tiba di tempat kejadian, klan-klan yang bersaing berhenti cekcok dan malah menyerang polisi. Salah seorang tamu pernikahan memukul kepala seorang polisi dengan kursi, sehingga membuatnya luka parah. Perwira lainnya dilempari botol, diomeli atau diserang dengan kata-kata yang tidak pantas.
Tanggal 10 Juni. Seorang gadis Muslim berusia 26 tahun, Betül Ulusoy diijinkan mulai bekerja magang sebagai pengacara muda di balaikota di Berlin. Pihak berwenang setempat awalnya mempertimbangkan untuk menolak lamarannya karena dia ngotot memakai penutup kepala Muslim. Undang-undang tentang netralitas Jerman (Neutralitätsgesetz) mengatakan bahwa siapapun yang bekerja untuk pemerintah kota dilarang memperlihatkan tanda-tanda luar agama. Tetapi para pejabat kota, tampaknya untuk menghindari diri dituduh Islamofobia, membuat pengecualian bagi Ulusoy.
Tanggal 24 Juni. Dalam wawancara dengan Harian Rheinische Post, Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière mengatakan bahwa jumlah para jihadi Jerman yang bertempur di Suriah meningkat menjadi sekitar 700 orang. "Angkanya tidak pernah setinggi itu sekarang," urainya. Jumlah kaum Islamis kejam di Jerman yang "dipersiapkan untuk melakukan kejahatan yang dianggap sangat penting bermotif politik " mencapai sekitar 330 orang. Dikatakannya, ada lebih dari 500 upaya kontraterorisme tengah dilakukan melibatkan 800 kaum Islamis.
Tanggal 26 Juni. Para pengelola Wilhelm-Diess-Gymnasium, sebuah sekolah di kota Pocking, Bavaria, memperingatkan para orangtua untuk tidak membiarkan anak-anak mereka mengenakan pakaian terbuka, guna menghindari "salah paham" dengan 200 pengungsi Muslim yang ditampung di berbagai rumah darurat yang kebetulan berdekatan dengan gedung sekolah. Surat mereka berbunyi:
"Para warga Suriah umumnya Muslim dan berbicara bahasa Arab. Para pengungsi punya budaya sendiri. Karena sekolah kita langsung bersebelahan dengan tempat tinggal mereka, maka anak-anak harus mengenakan pakaian yang sopan guna menghindari perbedaan pendapat. Memperlihatkan bahu atau blus, celana pendek atau rok mini bisa menimbulkan salah paham."
Tanggal 29 Juni. Sekelompok imigran Lebanon menyerang dua polisi yang berupaya menangkap dua laki-laki karena merokok ganja di kakilima umum di Duisburg. Dalam hitungan menit, kedua polisi itu dikepung oleh lebih dari 100 orang yang berupaya untuk menggagalkan penangkapan. Sepuluh mobil regu dan puluhan anggota polisi bala bantuan diperlukan untuk mengamankan kedua polisi malang itu.
Juga selama bulan Juni, sebuah perdebatan muncul terkait dengan apakah siswa Muslim harus dikecualikan dari kunjungan wajib ke bekas-bebas kamp konsentrasi sebagai bagian dari program pendidikan tentang Holocaust. Perdebatan berpusat pada usulan yang mempersyaratkan siswa semua sekolah menengah Bavaria untuk mengunjungi tempat-tempat peringatan Holocaust sebagai bagian kurikulum sekolah. Usulan itu ditentang oleh Partai Sosial Kristen yang berkuasa. Partai itu mengatakan bahwa "banyak anak keluarga Muslim ...tidak punya hubungan dengan masa lalu kita dan ... membutuhkan lebih banyak waktu lagi sebelum mereka bisa mengidentifikasaikan diri dengan sejarah kita. Kita perlu hati-hati dengan bagaimana kita menyelesaikan isu ini dengan anak-anak ini."
JULI 2015
Tanggal 17 Juli.Untuk pertama kalinya terjadi di Jerman, saluran televisi dan radio pemerintah Bayerischer Rundfunk menyiarkan doa kaum Muslim menandai dimulainya hari libur Idul Fitri serta berakhirnya bulan puasa Ramadhan.
Tanggal 20 Juli. Bank Jerman pertama yang dijalankan berdasarkan hukum Shariah, Bank Turk Kuveyt milik Turki dibuka di Frankfurt. Direktur bank, Kemal Ozan mengatakan: "Riset pasar kami memperlihatkan bahwa 21% kaum Muslim negeri ini akan melihat bank Islam sebagai bank rumah tangga mereka yang sebenarnya."
Tanggal 24 Juli. Dua polisi di Gelsenkirchen, sebuah kota kecil di North Rhine-Westphalia, diserang oleh sekelompok imigran Libanon setelah mereka mencoba menghentikan seorang pengemudi yang menerobos lampu lalu lintas. Pengemudi itu keluar dari mobil dan berusaha melarikan diri. Ketika polisi menangkapnya, lebih dari 50 orang muncul entah dari mana hendak mencegah penangkapannya. Seorang remaja berusia 15 tahun menyerang seorang polisi dari belakang dan mulai mencekik lehernya sehingga sang polisi tidak sadarkan diri. Banyak polisi bantuan serta semprotan cabe diperlukan untuk mengendalikan situasi.
Tanggal 25 Juli. Sebuah dokumen rahasia polisi yang bocor kepada Harian Rheinischen Post memperlihatkan bahwa pada 2014, sebanyak 38.000 pencari suaka di Jerman memecah rekor karena dituduh melakukan berbagai kejahatan di negeri itu. Para analis politik meyakini, angka ini--- yang terdiri dari lebih dari 100 kejahatan dalam sehari --- hanya sebagian kecil. Artinya, masih banyak kejahatan yang tidak terungkap kepada publik.
Tanggal 25 Juli. Majalah berita Der Spiegel melaporkan bahwa tingkat spiral kejahatan kejam yang dilakukan para imigran dari kawasan Balkan dan Timur Tengah mengubah berbagai bagian Kota Duisburg, sebuah kota industri Jerman yang penting menjadi "daerah tanpa hukum". Berbagai kawasan itu, menurut laporan polisi yang bocor, efektif menjadi kawasan-kawasan "tidak boleh bepergian" bagi polisi.
Tanggal 25 Juli. Dalam wawancara dengan Majalah Berita Focus, kepala serikat kerja polisi di North Rhine-Westphalia, Arnold Plickert, memperingatkan munculnya kawasan-kawasan yang tidak boleh dilewati di Kota Dortmund, Duisburg, Esse dan Cologne. "Sejumlah kelompok aneh yang saling bersaing termasuk berbagai klan dari Libanon, Turki, Romania dan Bulgaria bertikai agar bisa menguasai jalanan," urainya. "Mereka membuat aturan sendiri. Di sini, polisi tidak punya kuasa di dalamnya."
AGUSTUS 2015
Tanggal 3 Agustus. Sebuah dokumen rahasia yang bocor kepada Harian Bild memperlihatkan bahwa pihak berwenang dalam urusan transportasi Hamburg (Hamburger Verkehrsverbund, HVV) telah memerintahkan kepada para pemeriksa tiket untuk "berpaling ke tempat lain" kapan pun mereka menemui para migran yang memanfaatkan transportasi umum tanpa mennggunakan tiket. Langkah itu pura-pura dimaksudkan untuk melindungi HVV dari "pers yang jahat."
Tanggal 6 Agustus. Seorang gadis Muslim 13 tahun diperkosa oleh pencari suaka lain di fasilitas pengungsi di Detmold, sebuah kota di barat bagian tengah Jerman. Sang gadis dan ibunya dilaporkan melarikan diri dari tanah air mereka untuk menghindari budaya kekerasan seksual. Ternyata, pria yang memperkosa sang gadis berasal dari negara mereka.
Tanggal 8 Agustus. Koalisi empat organisasi kerja sosial dan kelompok hak-hak asasi wanita mengirim surat kepada para pemimpin partai politik di parlemen rejional di Hesse. Surat itu memperingatkan mereka tentang situasi yang semakin memburuk bagi wanita dan anak-anak di tempat penampungan pengungsi. Surat itu berbunyi:
"Praktek menyediakan akomodasi dalam tenda-tenda besar, kurangnya fasilitas kebersihan terpisah yang sesuai kebutuhan gender, tempat-tempat yang tidak bisa dikunci, kurangnya tempat perlindungan yang aman bagi wanita dan gadis semakin menyebabkan kaum wanita dan anak-anak di HEAE sangat rentan. Kekurangan-kekurangan itu hanya beberapa faktor yang berkaitan dengan tempat. Situasi itu dimanfaatkan oleh para pria yang menganggap wanita mempunyai peran lebih rendah dan memperlakukan wanita yang bepergian sendiri sebagai "permainan liar".
"Akibatnya, terjadi sejumlah pemerkosaan dan serangan seksual, Kami juga menerima jumlah laporan pelacuran karena paksaan yang semakin meningkat. Harus ditegaskan: ini bukan kasus-kasus yang terpisah.
"Para wanita melaporkan bahwa mereka, termasuk anak-anak diperkosa dan mendapat serangan seksual. Akibatnya, banyak wanita tidur di jalanan. Kaum wanita kerap melaporkan bahwa mereka tidak bisa menggunakan kamar mandi pada malam hari karena ada bahaya diperkosa dan dirampok dalam perjalanan menuju fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut. Pada siang hari pun, melewati kamp-kamp itu menjadi sangat menakutkan bagi banyak wanita.
Tanggal 19 Agustus. Sedikitnya 20 migran Suriah yang berdiam di sebuah penampungan pengungsi yang penuh pepak di kota Jerman bagian timur Suhl berupaya menjatuhkan hukuman mati tanpa pemeriksaan pengadilan atas seorang migran Afghanistan setelah dia merobek halaman-halaman Al-Qur'an serta memasukannya ke dalam toilet. Lebih dari 100 perwira polisi dipanggil untuk memulihkan tatatertib. Tetapi ketika tiba di tempat kejadian, mereka malah diserang dengan batu-batuan dan cor-coran beton. Sebanyak 17 orang menderita luka-luka dalam perkelahian itu termasuk 11 pengungsi dan 11 polisi. Presiden Negara Bagian Thuringia, Jerman, Bodo Ramelow mengatakan kaum Muslim dari berbagai negara yang berbeda harus ditampung terpisah guna menghindari aksi kekerasan yang sama terjadi pada masa datang.
Tanggal 21 Agustus. Jerman menangguhkan untuk sementara waktu apa yang disebut sebagai Dublin Regulation —aturan yang mempersyaratkan orang yang mencari perlindungan di dalam kawasan Uni Eropa untuk melakukannya di negeri pertama Eropa yang mereka capai---- bagi para pencari suaka dari Suriah. Ini berarti warga Suriah yang mencapai Jerman akan diijinkan menetap, sementara permohonan suara mereka diproses. Para pengkritik mengatakan langkah itu mendorong lebih banyak lagi migran untuk datang ke Jerman.
Tanggal 27 Agustus. Aiman Mazyek, Direktur Dewan Pusat Muslim Jerman (Zentralrat der Muslime in Deutschland, ZMD), sebuah organisasi payung Muslim yang berbasis di Cologne memperkirakan bahwa sedikitnya 80% migran dan pengungsi yang tiba di Jerman pada 2015 adalah Muslim.
Tanggal 30 Agustus. Sosiolog Jerman Hans Georg Soeffner memperingatkan bahwa Jerman tengah mengimpor konflik agama:
"Imigrasi membawa serta konflik agama --- seperti berbagai konflik antara bermacam-macam kaum Muslim. Kita harus asumsikan bahwa konflik berkembang. Para pengungsi membawa konflik politik dan agama dari negara asal mereka ke Jerman--- seperti konflik antara kaum Sunni dan Shiah atau antara kaum Muslim liberal dan kaum Salafi. Kita sudah tahu baik berbagai konflik antara warga Turki, Kurdi, Alevit dan Muslim lainnya. Jadi sudah kita lihat berbagai konflik itu. Tetapi dilihat dari jumlah imigran baru yang diharapkan, konflik bakal berkembang. Dan itu sebabnya kita segera harus mulai promosikan nilai-nilai Jerman, memberikan arti pada konstitusi. Hanya saat inilah para imigran akan tahu aturan-aturan memang ada di sini."
Juga selama Agustus, jumlah pencari suaka yang memasuki negeri itu selama satu bulan jauh lebih dari 100.000 orang untuk pertama kalinya. Rekor 104.460 pencari suaka tiba selama Agustus 2015. Itu berarti membawa jumlah kumulatif seluruhnya untuk delapan bulan pertama tahun 2015 sebanyak 413.535 migran.
SEPTEMBER 2015
Tanggal 3 September. Dalam wawancara dengan Die Zeit, Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière mengatakan integrasi migran Muslim dari dunia Arab lebih sulit dibanding dengan integrasi kaum Muslim Turki. Repotnya, sedikitnya 20% migran yang datang ke negeri itu tahun itu buta.huruf.
Tanggal 7 September. Aiman Mazyek, Direktur Dewan Pusat Muslim di Jerman mengatakan bahwa migrasi massal kaum Muslim secara signifikan mengubah ciri Islam di Jerman. Hingga kini, Islam Jerman didominasi oleh warna Turki. Pada masa datang, bakal jauh lebih banyak warna Arab.
Tanggal 8 September. Harian Frankfurter Allgemeine melaporkan bahwa Arab Saudi bersiap-siap untuk mendanai pembangunan 200 masjid baru di Jerman guna mengakomodasi para pencari suaka.
Tanggal 17 September. Dalam wawancara dengan Harian Rheinische Post, Hans-Georg Maassen, direktur badan intelijen dalam negeri Jerman (Bundesamt für Verfassungsschutz, BfV) mengatakan kaum Salafi Jerman menampilkan diri sebagai petugas pemberi bantuan yang menawarkan uang serta pakaian dalam upaya merekrut para pencari suaka. Yang lain lagi menawarkan jasa penterjemahan serta mengundang kaum migran untuk datang ke rumah mereka untuk minum-minum. Masih saja ada yang lain yang membagikan selebaran dengan informasi tentang berbagai masjid kaum Salafi setempat. Maassen mengatakan:
"Banyak pencari suaka punya latar belakang agama Islam Sunni. Di Jerman ada suasana kaum Salafi yang melihat ini sebagai ladang pembiakan. Kita amati bahwa kaum Salafi yang muncul di berbagai penampungan pengungsi menyamar sebagai relawan, pembantu, yang sengaja mencari kontak dengan pengungsi dengan tujuan bisa mengundang mereka ke masjid mereka sehingga bisa merekrut demi sesuai dengan cita-cita mereka."
Tanggal 19 September. Di Bielefeld, kaum Salafis menyusup masuk ke pusat-pusat pengungsi dengan membawa boneka, buah serta sayuran bagi para migran.
Tanggal 23 September. Para pejabat kotamadya di Hamburg memperkenalkan rancangan-rancangan undang yang berani kepada parlemen lokal. Rancangan undang-undang itu bakal mengijinkan pihak pemerintah kota untuk merazia bangunan-bangunan komersial yang kosong (bangunan-bangunan kantor beserta lahan) dan memanfaatkannya untuk menampung para migran.
Tanggal 25 September. Asadullah dan Shazia Khan, para migran dari Pakistan yang berdiam di Darmstadt diajukan ke pengadilan karena "melakukan pembunuhan demi kehormatan" atas Lareeb, puteri mereka yang berusia 19 tahun. Asadullah mengaku hendak mencekik putrinya dengan tangan kosong karena dia tidak setuju dengan pacar puterinya itu.
Tanggal 28 September. Lebih dari 70 pencari suaka di Hamburg memulai aksi mogok makan. Aksi itu bertujuan hendak menakan pihak berwenang lokal untuk memberikan perumahan yang lebih baik kepada mereka. "Kami mogok makan," urai pengungsi Suriah Awad Arbaakeat. "Pemerintah kota berbohong kepada kami. Kami terkejut saat tiba di sini." Para migran mengaku marah karena diminta tidur di gudang yang sangat besar, bukannya di apartmen pribadi. Para pejabat Hamburg sebaliknya mengatakan tidak ada apartemen kosong lagi di kota, kota terbesar kedua di Jerman tersebut.
Juga pada Bulan September, tampak bahwa ratusan pengungsi Muslim beralih menjadi Kristen. Agaknya, upaya itu dilakukan untuk meningkatkan peluang agar permohonan suaka mereka disetujui. Berdasarkan hukum Islam, Muslim yang beralih menjadi Kristen itu berdosa karena murtad, sebuah kejahatan yang bisa dihukum mati. "Orang-orang yang beralih agama" itu agaknya yakin bahwa para pejabat imigrasi Jerman akan ijinkan mereka menetap di Jerman jika mereka bisa dibujuk bahwa mereka bakal dibunuh jika dikirim pulang ke negara asal mereka.
OKTOBER 2015
Tanggal 1 Oktober. Di Bad Kreuznach, sebuah keluarga pencari suaka dari Suriah membuat janji untuk melihat sebuah rumah sewa empat kamar, tetapi menolak melihat-lihat rumah itu. Alasannya, karena agen penjualan rumah itu wanita. Menurut agen real estate Aline Kern:
"Salah seorang pria yang berbicara dalam bahasa Jerman yang amburadul, mengatakan mereka tidak tertarik melihat rumah karena saya wanita, berambut pirang dan karena saya menatap para pria itu langsung ke mata mereka. Ini tidak pantas. Perusahaan saya harus mengirim seorang laki-laki untuk memperlihatkan rumah itu kepada mereka. Saya heran. Kau ingin bantu orang lalu disuruh pulang, tidak diinginkan di negerimu sendiri."
Tanggal 2 Oktober. Dalam wawancara dengan radio Deutschlandfunk, Tania Kambouri, seorang perwira polisi Jerman dan pengarang buku best-seller baru yang menyoroti merosotnya multikulturalisme Jerman menyusul masuknya para migran yang tidak menghormati hukum dan tatatertib. Dia mengatakan;
"Berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, saya perhatikan bahwa kaum Muslim, terutama laki-laki mudanya, tidak tahu menghormati polisi pada tingkat paling rendah sekalipun. Ketika kami keluar berpatroli di jalan-jalan, kami dilecehkan dengan kata-kata oleh anak-anak muda Muslim. Ada bahasa tubuh dan makian seperti 'polisi ta...ik'" ketika kami lewat. Jika kami menghentikan kendaraan, agresi mereka bahkan tambah melonjak. Ini banyak kasus para migran.
"Saya dambakan persoalan-persoalan ini diakui dan diselesaikan dengan jelas. Bilamana perlu, hukum perlu diperkuat. Juga sangat penting bahwa pengadilan, bahwa para hakim mengeluarkan keputusan yang efektif. Tidak boleh orang-orang yang bersalah terus memenuhi file polisi, menyakiti polisi secara fisik, mencaci kami tanpa konsekwensi. Banyak kasus ditutup atau para pelanggar dibebaskan karena masa percobaan atau apa. Ya, yang tengah terjadi di pengadilan sekarang adalah lelucon.
"Sikap tidak menghargai semakin luas, aksi kekerasan terhadap polisi meningkat... Kami tidak bisa mengendalikan jalan-jalan."
Tanggal 5 Oktober. Stasiun televisi pemerintah ARD menyangkal telah menyiarkan "propaganda anti-Islam" setelah menyiarkan foto montase Kanselir Jerman Angela Merkel mengenakan kain penutup kepala ala Islam. Gambar itu diperlihatkan di latar belakang segmen tentang kuota pengungsi dalam Program "Report from Berlin" (Laporan dari Berlin). Sementara itu, moderator Rainald Becker mengatakan:
"Mampukah kita benar-benar melakukannya? Atau apakah kita kewalahan? Jika berhasil [mengelola krisis migran], apakah yang bakal terjadi dengan nilai-nilai kita? Bagaimana bisa hidup berubah? Bagaimana kita bereaksi jika para pengungsi mengalami persoalan? --- dengan persoalan kesetaraan, dengan hak kaum wanita dengan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi?"
ARD kemudian mengatakan: "Kami menyesal bahwa sejumlah penonton tidak setuju dengan kami dalam masalah ini, atau bahkan salah paham bagaimana kanselir kita digambarkan.."
Tanggal 14 Oktober. In Osnabruk, seorang pencari suaka dari Somalia berhasil menuntut Badan Jerman untuk Migrasi dan Pengungsi (Bundesamt für Migration und Flüchtlinge, BAMF) karena menghabiskan waktu terlampau panjang untuk proses pengajuan permohonan suakanya. Seorang hakim memerintahkan BAMF untuk membuat keputusan soal lamaran dalam tiga bulan atau memberikan kepadanya kompensasi finansial.
Tanggal 14 Oktober. Sumte, desa kecil berpenduduk 100 orang di Lower Saxony, diharuskan oleh pemerintah federal untuk menampung 1.000 pencari suaka.
Tanggal 15 Oktober. Para pejabat kota di Hamburg memperlihatkan bahwa 35,021 migran sudah tiba di kota itu selama sembilan bulan pertama 2015. Pada periode yang sama, pihak kepolisian Hamburg sudah dikirimkan ke tempat penampungan pengungsi kota itu lebih dari 1.000 kali---termasuk 81 kali melerai percecokan massal, 93 kali upaya untuk menyelidiki serangan fisik dan seksual serta 28 kali lainnya berupaya mencegah para migrant bunuh diri.
Tanggal 14 Oktober. Presiden Asosiasi Kotamadya Bavaria (Bayerische Gemeindetag), Uwe Brandl, memperingatkan bahwa Jerman kini bakal memiliki "20 juta kaum Muslim hingga 2020 dari populasi negeri itu pada 2014 yang mencapai 81,1 juta jiwa. Dia tiba pada angka itu setelah memperhitungkan reunifikasi keluarga pengungsi --- berdasarkan asumsi bahwa setiap pemohon suaka yang disetujui selanjutnya akan membawa ke Jerman rata-rata empat anggota tambahan keluarga mereka.
Tanggal 20 Oktober. Delapan Islamis diajukan ke pengadilan di Cologne. Mereka mencuri uang sebesar €19,000 (sekitar Rp 283 juta) dari kotak-kotak kolekte di berbagai gereja dan sekolah di Siegen kemudian mengirimkannya kepada ISIS.
Tanggal 21 Oktober. Lebih dari 200 walikota di North-Rhine Westphalia menandatangani surat terbuka kepada Kanselir Angela Merkel. Mereka mengingatkan bahwa mereka tidak mampu lagi menerima lebih banyak lagi migran di kota mereka.
Tanggal 25 Oktober. Isi dokumen pemerintah yang dipublikasikan Die Welt memperlihatkan makin tingginya tanda bahaya di kalangan eselon tertinggi aparat intelijen dan keamanan Jerman soal dampak kebijakan pintu terbuka imigrasi yang dijalankan oleh Kanselir Angela Merkel.
Dokumen juga memperingatkan bahwa "integrasi ratusan ribu migran ilegal tidak mungkin bisa terjadi dilihat dari banyaknya jumlah orang yang terlibat dan masyarakat Muslim serupa yang sudah ada di Jerman." Dokumen itu menambahkan:
"Kita tengah mengimpor ekstremisme Islam, anti-Semitisme Arab, konflik nasional dan etnis bangsa lain termasuk pemahaman yang berbeda tentang masyarakat dan hukum. Badan-badan keamanan Jerman tidak mampu menangani persoalan keamanan yang diimpor sehingga berdampak pada lahirnya berbagai reaksi dari rakyat Jerman."
Juga pada Bulan Oktober, Gereja Kristen Evangelis di Rhineland dikecam oleh kalangan Kristen lain ketika gereja itu memberikan nasehat yang bertentangan dari upaya untuk mewartakan injil kepada para migran Muslim. Dalam sebuah makalah, gereja mengutip kisah dalam Mat: 28 yang dikenal sebagai Tugas yang Mulia (Great Commision). Menurut gereja tersebut, tugas itu tidak berarti umat Kristen harus berupaya menobatkan orang lain. Dalam tugas yang mulia dikatakan, "Pergilah dan karena itu jadikanlah semua bangsa murid-muridku, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera serta Roh Kudus." Makalah itu lalu mengatakan, "Misi strategis terhadap Islam atau bertemu dengan kaum Muslim untuk menginjili mereka mengancam perdamaian sosial serta bertentangan dengan semangat dan mandat Yesus Kristus dan karena itu bakal benar-benar ditolak."
NOPEMBER 2015
Tanggal 6 Nopember. Majalah berita Focus, melaporkan bahwa penjualan alat penyemprot cabe melonjak hingga 600% sejak krisis imigrasi Jerman meledak Agustus 2015. Pasokan produk tersebut terjual tuntas di banyak bagian negara. Cadangan tambahan pun tidak tersedia hingga 2016. "Pabrik dan distributor mengatakan aliran masuk orang asing yang sangat besar selama pekan-pekan terakhir agaknya menakutkan banyak orang," lapor Focus.
Tanggal 7 Nopember. Jürgen Mannke, Direktur Teacher's Association of Saxony-Anhalt (Asosiasi Guru Saxony-Anhalt----Philologenverbandes Sachsen-Anhalt, PhVSA), diberhentikan dari pekerjaan. Langkah itu diambil setelah dia menasehati para murid perempuan bawah umur untuk menjaga diri dari "petualangan seksual dangkal" dengan para pencari suaka Muslim. Dalam majalah tiga bulanan milik asosiasi itu, Mannke menulis:
"Invasi imigran tengah melanda Jerman. Banyak warga bersikap mendua soal ini. Tidak dapat diragukan bahwa adalah tugas manusiawi kita untuk membantu orang-orang yang menghadapi penderitaan akibat perang dan sikap politik. Tetapi sangatlah sulit untuk membedakan orang-orang itu dari orang-orang yang datang ke negeri kita murni karena motif ekonomi atau bahkan kejahatan.
"Sudah kita dengar dari berbagai percakapan dengan kenalan di berbagai tempat tentang pelecehan seksual dalam kehidupan mereka sehari-hari, khususnya dalam transportasi publik dan pasar swalayan. Sebagai pendidik yang bertanggung jawab, kita bertanya diri: Bagaimana kita bisa memberikan pencerahan kepada para gadis muda kita yang berusia 12 tahun ke atas sehingga mereka tidak terjebak dalam petualangan seksual dangkal dengan kerapkali tentu saja para pria Muslim yang menarik?"
Tanggal 10 Nopember. Gabriel Felbermayr, Direktur Center for International Economics (Ifo Zentrum für Außenwirtschaft) yang berpusat di Munich memperkirakan dalam wawancara dengan Der Spiegel bahwa krisis migran menyebabkan pembayar pajak Jerman menghabiskan dana €21.1 billion (sekitar Rp 321 triliun) pada tahun 2015 saja. "Biaya ini termasuk biaya perumahan, makanan, pusat perawatan harian, sekolah, kursus Bahasa Jerman, pelatihan dan administrasi," urainya.
Tanggal 12 Nopember. Tatkala berbicara dalam pertemuan Partai Sosial Demokrat (SPD) di Berlin, Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel menegaskan (argue) bahwa Jerman harus mengangkut "kontingen besar" migran menuju Jerman dengan pesawat guna mencegah perdagangan manusia meraih keuntungan dari krisis migran. "Tidak boleh ada yang mati dalam perjalanan menuju Eropa, yang seharusnya menjadi tujuan kita," urainya. Menurut Gabriel, "Yang penting bukan jumlah orang yang datang ke Jerman tetapi cepatnya mereka datang ke sini."
Tanggal 13 Nopember. Televisi berita N24 melaporkan bahwa lebih dari 50% pencari suaka yang tiba di Jerman sudah menyembunyikan diri. Keberadaan mereka tidak diketahui. Mereka agaknya termasuk dalam migran ekonomi sedangkan yang lain adalah pencari suaka yang berupaya menghindari deportasi jika atau ketika permohonan suaka mereka ditolak.
Tanggal 13 Nopember. Dalam wawancara dengan saluran televisi pemerintah, ZDF, Kanselir Jerman, Angela Merkel bermain api dengan risiko kebijakan pintu terbuka pencari suaka ketika mengatakan:"Kanselir menguasai keadaan. Saya punya visi. Saya akan berjuang untuk itu."
Tanggal 17 Nopember. Pihak berwenang di Hannover membatalkan pertandingan sepakbola persahabatan antara Jerman dan Nederland, sekitar 90 menit sebelum dimulai. Langkah itu diambil setelah polisi menerima ancaman bom "yang bisa dipercaya." Kanselir Jerman Angela Merkel berencana hadir menonton pertandingan guna memperlihatkan dukungannya terhadap para korban serangan para jihadi di Paris. Dalam insiden Paris, 130 orang tewas dan lebih dari 350 orang terluka parah.
Tanggal 20 Nopember. Partai Uni Sosial Kristen (CSU), mitra sekutu Partai Uni Demokrasi Christian di Bavaria pimpinan Angela Merkel meminta Pemerintah Jerman melarang pemakaian burqa di tempat-tempat umum.
Tanggal 22 Nopember. Kepala Badan Polisi Kriminal Federal (Bundeskriminalamt, BKA), Holger Münch, mengakui bahwa badan intelijen Jerman kekurangan sumberdaya manusia yang diperlukan guna melacak semua kaum Islamis paling berbahaya di negeri itu. "Melihat jumlah para penyerang potensial, kami harus beri prioritas," urainya.
Tanggal 23 Nopember. Dalam wawancara dengan Die Welt, Ahmad Mansour, pakar Israel-Arab tentang Islam yang menetap di Jerman selama lebih dari satu dekade mengatakan, Pemerintah Jerman tidak banyak berupaya untuk memberantas ekstremis Islam. Mansour---seorang anggota Persaudaraan Muslim selama lebih dari satu dekade hingga dia menginggalkan Islam ekstrim pada penghujung era 1990-an--- mengatakan bahwa banyak kaum muda Muslim Jerman "percaya kepada teori konspirasi, menghargai pemikiran-pemikiran anti-Semit dan tidak berpikir demokratis." Bagi orang-orang ini, urainya, "Islam menjadi satu-satunya identitas mereka."
Mansour mengatakan Pemerintah Jerman "kurang punya rencana" untuk menangani persoalan kaum ekstremis Islam. Ditambahkannya bahwa banyak kecaman terletak pada para guru Islam "yang sangat problematik" yang meradikalisasi kaum muda Jerman. Tatkala mengomentari pertanyaan mengapa kaum jihadi belum melaksanakan serangan penting di Jerman, Mansour lalu mengatakan: "Sampai sebegitu jauh Jerman masih bernasib mujur."
Tanggal 29 Nopember. Ratusan migran Afghanistan, Irak dan Suriah yang ditampung di tempat penampungan pengungsi yang penuh pepak di bekas Bandara Tempelhof, Berlin menyerang satu sama lain ketika tengah antri makan siang. Akibatnya, lebih dari 150 polisi dikerahkan untuk menjaga situasi. Bentrokan massal lain juga terjadi di distrik Kreuzberg dan Spandau di Berlin.
DESEMBER 2015
Tanggal 1 Desember. Kaum Salafi di kawasan Jerman Utara di Negara Schleswig-Holstein membagi-bagikan bacaan tentang perekrutan orang dengan pesan: "Datanglah kepada kami. Akan kami perlihatkan kepadamu surga."
Tanggal 1 Desember. Para pejabat Kota Frankrut mengirimkan tim polisi, penterjemah dan pekerja sosial ke tempat penampungan para pengungsi guna memperingatkan para pencari suaka tentang bahaya kaum ekstremis Islam. Tim juga mengedukasi para migran seputar sistem hukum Jerman, kebebasan beragama dan hak pria dan wanita yang sama.
Tanggal 3 Desember. Dalam wawancara dengan suratkabar Berlin, Der Tagesspiegel, Hans-Georg Maassen, direktur badan intelijen dalam negeri Jerman ((Bundesamt für Verfassungsschutz, BfV) mengatakan, bahwa jumlah kaum Salafi di Jerman kini meningkat menjadi 7.900 orang. Angka itu naik dari 7.000 orang pada 2014; 5.500 orang pada 2013; 4.500 orang pada 2012 dan 3.800 orang pada 2011. Walau kaum Salafi hanyalah sebagian kecil dari enam juta Muslim yang diperkirakan berdiam di Jerman, para pejabat intelijen mengatakan sebagian besar orang yang tertarik kepada ideologi Salafi adalah kaum muda Muslim yang bersedia menjalankan tindakan teroris saat itu juga atas nama Islam.
Tanggal 3 Desember 3. Sebuah polling yang diadakan oleh Majalah Berita Stern menemukan bahwa 61% masyarakat Jerman meyakini para jihadi bakal menyerang negeri mereka dalam waktu dekat. Poling memperlihatkan bahwa 58% responden berpikir bahwa militer Jerman harus menyerang Negara Islam, walau 63% responden yakin tindakan ini memunculkan aksi balas dendam dalam bentuk serangan teroris di dalam negeri. Secara keseluruhan, 75% warga Jerman meyakini pemerintah perlu berupaya lebih guna mencegah terorisme melanda negeri itu.
Tanggal 7 Desember. Menteri Dalam Negeri Jerman mengungkapkan ada 206.101 migran tiba di negeri selama bulan Nopember saja.
Tanggal 8 Desember. Menteri Sosial Bavaria Emilia Müller mengatakan jumlah migran yang memasuki Jerman pada 2015 secara resmi sudah melewati angka satu juta. "Kita segera butuhkan batas atas untuk jumlah imigran, karena Jerman tidak bisa terus-menerus memikul beban dari begitu banyak orang yang berdatangan dalam waktu sekian lama," urainya.
Tanggal 17 Desember. Polisi Stuttgart merazia sekaligus menutup sebuah perkumpulan kaum Muslim dan masjid mereka. Dikatakan bahwa perkumpulan itu mendukung secara finansial---serta merekrut orang atas nama---ISIS. Menteri Dalam Negeri Baden-WürttembergReinhold Gall mengatakan The Islamic Educational and Cultural Center Mesdschid Sahabe (Pusat Pendidikan dan Budaya Islam Mesdschild Sahabe) seringkali dikunjungi para jurudakwa Salafi dan kaum fundamentalis Islam dari Balkan Barat.
Tanggal 21 Desember 21. Suratkabar Die Welt, mengutip sumber kepolisian yang memperlihatkan bahwa hanya 10% dari satu juta migran yang tiba di Jerman pada 2015 diperiksa latar belakangnya.
Tanggal 28 Desember. Para pejabat setempat di Arnsberg melarang kembang api digunakan pada Tahun Baru di luar tempat penampungan pengungsi guna mencegah keributan menyusul terpicunya stress-pascatrauma di antara para pencari suaka. " Orang-orang yang datang dari zona perang menghubungkan ledakan dengan tembakan senapan dan bom ketimbang dengan kembang api," urai seorang jurubicara dewan setempat, Christoph Söbbeler. "Ini bisa bangkitkan trauma bagi orang-orang yang terkena trauma," urainya lagi.
Tanggal 29 Desember. Suratkabat Die Welt, mengungkapkan bahwa Jerman akan menghabiskan sedikitnya €17 miliar ($18.3 miliar atau sekitar Rp 252 triliun) bagi para pencari suaka pada 2016.
Tanggal 31 Desember 31. Polisi Munich mengevakuasi dua stasiun kereta api penting serta membatalkan perayaan Pesta Tahun Baru. Tindakan itu diambil setelah "badan intelijen yang ramah" mengingatkan adanya serangan yang bakal segera terjadi. Menteri Dalam Negeri Bavaria Joachim Herrmann mengatakan pihak berwenang mendapat informasi bahwa para pelaku bom bunuh diri ISIS bisa saja menyasar stasiun pusat.
Tanggal 31 Desember. Penyiar televisi public ZDFmenyiarkan pidato Tahun Baru Kanselir Jerman Angela Merkel kepada bangsanya dengan teks tambahan berbahasa Arab. Kala itu, dia ulangi mantranya, "kita bisa lakukan ini," merujuk kepada tantangan untuk mengintegrasikan satu juta migran yang tiba di Jerman pada 2015 lalu. "Yang penting kita tidak membiarkan diri terpecah belah, bukan antara generasi atau kelas sosial, atau antara orang-orang yang sudah berada di sini sekian lama dan orang-orang yang baru," urainya.
Tanggal 31 Desember. Segera setelah Merkel menyampaikan sambutannya, sekelompok terdiri dari ribuan orang keturunan "Arab atau Afrika Utara" secara seksual menyerang lebih dari 500 wanita Jerman di pusat kota Cologne pada Pesta Tahun Baru. Serangan yang sama juga terjadi di Hamburg dan Stuttgart. Kepala Polisi Cologne, Wolfgang Albers menyebut situasi itu "benar-benar kejahatan dimensi baru."
Walikota Cologne, Henriette Recker mengatakan "apapun situasinya" berbagai kejahatan tidak boleh dipertautkan kepada para pencari suaka. Sebaliknya, dia mengecam para korban serangan: "Orang harus berperilaku bijak ketika bepergian dalam kelompok. Orang berperilaku bijak dengan tidak memperlihatkan kegembiraan yang berlebihan kepada siapapun yang kau temui dan yang tersenyum kepadamu. Gerak isyarat seperti itu bisa disalahpahami orang." Reker lalu mengatakan kantornya akan mempublikasikan pedoman, mungkin saja termasuk cara berpakaian bagi kaum wanita dan gadis Jerman untuk diikuti sehingga bisa menghindari insiden yang sama pada masa datang.***
Soeren Kern adalah Mitra Senior Gatestone Institute yang berbasis di New York. Dia juga Mitra Senior European Politics pada Grupo de Estudio Estratégicos/Kelompok Studi Strategis yang berbasis di Madrid. Ikuti dia di Facebook dan di Twitter.