Sebulan setelah kaum militan Islam melancarkan serangan bom terhadap dua gereja Mesir selama Minggu Palma, April 2017 yang menewaskan hampir 50 orang pada April 2017, sebuah tragedi lain pun meledak. Tepatnya, 26 Mei 2017. Tragedi berdarah itu terjadi ketika beberapa mobil pada 26 Mei 2017 menghentikan dua bus yang mengangkut puluhan umat Kristen yang bepergian menuju Biara Koptik kuno St. Samuel Sang Pembela di sebuah gurun di selatan Kairo, Menurut berbagai laporan awal, kira-kira 10 militan Islam bersenjata lengkap dan berpakaian militer, "menuntut supaya para penumpang melantunkan "syahadat iman Muslim" yang identik dengan beralih memeluk agama Islam. Tatkala mereka menolak, para pejihad itu menembak mereka. Aksi biadab itu menewaskan 29 umat Kristen, sedikitnya 10 dari mereka adalah anak-anak. Dua gadis kecil masih berusia 2 dan 4 tahun. Juga tewas terbunuh dalam insiden itu adalah Mohsen Morkous, seorang warga Amerika yang dilukiskan sebagai "seorang pria sederhana" yang "dicintai semua orang," dua anaknya berikut dua cucunya
Menurut berbagai kisah saksimata, para teroris memerintah para penumpang untuk keluar dari bus dalam kelompok:
"Ketika satu persatu peziarah turun dari bus, mereka diminta meninggalkan agama Kristen lalu memeluk Islam. Tetapi mereka semua --- bahkan anak-anak kecil pun--- menolak. Menghaapi penolakan, mereka semua pun dibunuh dengan darah dingin. Sebuah tembakan senapan di kepala atau tenggorokan mengakhiri hidup mereka.
"Kala sudah membunuh separuh penumpang, para teroris melihat mobil-mobil berdatangan dari kejauhan. Kami pikir kendaraan itu yang menyelamatkan para penumpang lainnya," urai sebuah sumber. "Mereka tidak punya waktu lagi untuk membunuh mereka semua. Secara acak mereka lalu menembak kemudian melarikan diri."
Menurut laporan lainnya:
"Orang-orang yang tewas dan sekarat terbaring di atas pasir gurun. Sekitar mereka tergeletak berbagai selebaran yang ditinggalkan para penyerang. Isinya, memuja-muji kebajikan berpuasa selama Ramadan serta pengampunan yang diberikan kepada orang-orang tidak makan selama ritual Islam tersebut. Ramadan...kerapkali dilihat sebagai waktu penyiksaan paling mengerikan atas umat yang berdiam di Timur Tengah."
Sebuah video pasca-pembantaian tragis itu "memperlihatkan sedikitnya empat atau lima jenazah orang dewasa terbaring di pasir gurun berdekatan dengan bus; para wanita dan pria menjerit histeris dan menangis ketika berdiri atau berjongkok dekat jenazah-jenazah malang itu." Menurut seorang laki-laki yang berbicara kepada sanak keluarganya yang dirawat di rumah sakit, "pihak berwenang entah berada di mana butuh waktu dua hingga tiga jam untuk bisa sampai ke tempat kejadian." Sang laki-laki itu "bertanya-tanya apakah pamannya serta para korban lainnya mungkin masih hidup jika mendapatkan tanggapan lebih cepat."
Serangan terjadi di tengah berlangsungnya tiga bulan keadaan darurat yang berawal 47 hari sebelumnya, sejak Minggu, 9 April. Persisnya sejak serangan kembar terhadap gereja-gereja Kristen Koptik yang meninggalkan sekitar 49 umat Kristen terbunuh. Bulan Desember, sebelum tragedi berdarah itu, 29 umat Kristen lainnya terbunuh dalam rangkaian dua serangan lainnya terhadap gereja-gereja. Sebelum dan sesudah serangan terhadap biara, puluhan umat Kristen, sebagian besar di Sinai, ---tetapi beberapa kasus persisnya terjadi di Mesir---dibunuh dengan darah dingin, kerapkali dipenggal kepalanya atau dibakar hidup-hidup. Menurut sebuah laporan pada tanggal 9 Mei lalu, "Seorang ayah [Kristen] dan dua anaknya baru saja disandera oleh ISIS. Jasad mereka akhirnya ditemukan pada akhir pekan."
Beberapa hari sebelum serangan terakhir meledak atas umat Kristen Timur Tengah, wartawan Fox News, Shanon Bream mengumumkan adanya acara televisi yang akan ditayangkan di stasiun televisi tempat dia bekerja yang membahas tentang penyiksaan umat Kristen di seluruh dunia. Menanggapi pernyataan tersebut, Matthew Dowd dari ABC News membuat tweet, "Mungkin anda bisa membahas persoalan lebih besar yaitu soal penyiksaan umat Muslim di Amerika dan di seluruh dunia. Isu yang lebih besar...Umat Muslim terancam setiap hari di Amerika, oleh kaum ekstremis Kristen sayap kanan." Umat Kristen, bagaimanapun, akhir-akhir ini adalah agama di dunia yang paling teraniaya: ada 90,000 orang tewas karena iman mereka pada tahun 2016. Dan 12 dari 14 negara paling mengerikan tempat umat Kristen dianiaya adalah Negara Islam. (Dua negara yang tidak termasuk negara Muslim adalah Korea Utara dan Eritrea.)
Seluruh kisah Bulan Mei 2017 tentang penyiksaan oleh umat Muslim terhadap umat Kristen di seluruh dunia mencakup, tetapi tidak terbatas pada kisah-kisah berikut ini;
Kaum Muslim Membantai Umat Kristen
Meksiko: Tanggal 15 Mei 2017. Dengan menggunakan pisau, seorang Muslim menyerang mencoba memenggal kepala seorang pastor Katolik ketika sedang mempersembahkan misa di altar katedral terbesar negeri itu, Gereja Metropolitan Bunda Maria Diangkat ke Surga (Our Lady of Assumption). Penyerangnya nampaknya bernama John Rene Rockschiil yang mungkin saja keturunan Prancis. Ia mencoba menikamkan pisau pada leher Pater Miguel Angel Machorro, 55 tahun sebelum ditangkap oleh umat. Pater Miguel belakangan meninggal dunia karena luka-luka yang dideritanya.
Jerman: Seorang laki-laki pencari suaka Muslim menikam hingga tewas seorang wanira Kristen dengan pisau dapur di hadapan dua anaknya dekat sebuah pasar umum negeri itu. Orang-orang yang mengetahui insiden tersebut mengatakan sang wanita adalah "contoh integrasi dengan masyarakat setempat yang berhasil." Korban adalah seorang wanita Afghanistan yang beralih memeluk agama Kristen delapan tahun sebelumnya. "Motivasi agama atas pembunuhan tersebut kini tengah diselidiki" urai petugas. Murtad dari Islam bisa menyebabkan orang dibunuh---"meski demikian, kami belum memastikan persoalan ini," urai Jurubicara Polisi Stefan Sonntag.
Filipina: Penghujung Mei 2017. Pejihad militan Muslim Filipina termasuk berbagai kelompok dari Indonesia dan Malaysia yang bertalian dengan ISIS melancarkan pemberontakan di Kota Islam, Marawi. Aksi pembunuhan dimulai dengan menghentikan sebuah bus penumpang. Dan ketika mereka menemukan bahwa sembilan penumpangnya Kristen, mereka semua kemudian diikat dengan tali bersama-sama kemudian ditembak mati. Sebuah cara eksekusi. "Saya muak dengan orang-orang seperti itu," kata seorang warga setempat. "Mereka membunuh orang yang pasrah. Orang-orang militan itu juga membakar sebuah sekolah dan sebuah gereja. Seorang pejabat mengatakan kekerasan itu sebagai "serangan dari para teroris asing, yang mengikuti ajakan ISIS untuk pergi ke Filipina jika mereka mengalami kesulitan untuk pergi ke Irak dan Suriah." Militer membutuhkan waktu tiga hari untuk menaklukan aksi huru-hara itu. Sementara itu, 15 anggota pasukan keamanan serta 31 militan terbunuh.
Kenya: Tanggal 12 Mei. Sambil meneriakan "Allahu Akbar" dua militan Muslim menembak mati dua umat Kristen. Satu dari mereka anggota Gereja Pentekosta. Para terduga pelaku terkait dengan kelompok teroris Al Shabaab dari negara tetangga, Somalia. Menurut sebuah laporan, sebagian besar tenaga kerja dari pedalaman Kenya menjadi sasaran dari suatu rangkaian serangan oleh kelompok teroris Al Shabaab yang mengguncang komunitas Kristen di kawasan timur laut Kenya." "Para militan Al Shabbab ini," urai seorang pemimpin Kristen setempat "menjadikan beberapa umat Kristen kami menjadi kambing hitam mereka, ketika mereka melihat Kenya sebagai negara Kristen yang tengah berjuang mengusir teroris Al Shabaab dari Somalia."
Muslim Menyerang Gereja dan Salib
Sudan: Minggu pagi, 7 Mei. Ketika umat Kristen sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kebaktian di Gereja Kristus Sudan, di Kartoum, pihak berwenang berdatangan. Dengan menggunakan bulldozer, mereka kemudian menghancurkan gereja. Pemerintah, menurut laporan, mengklaim gereja itu "dibangun di atas kawasan untuk tempat tinggal atau untuk penggunaan lain, atau... di atas tanah pemerintah. Tetapi para pemimpin gereja mengatakan, pembuldozeran merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menghancurkan agama Kristen." Seorang pengacara, Demas James, mengatakan Sudan benar-benar serius melanggar konstitusinya serta konvensi hak asasi manusia internasional. Dan bahwa menghancurkan bangunan itu pada hari Minggu memperlihatkan bahwa pemerintah tidak menghormati tempat-tempat suci umat Kristen. "Anda bisa lihat, tidak ada tempat ibadah yang tersisa kini bagi kaum beriman untuk beribadat." Gereja yang dihancurkan adalah satu dari 25 bangunan gereja yang ditandai untuk dihancurkan. Klaimnya, gereja-gereja itu dibangun secara melawan hukum. Pemerintah masih akan menutup atau menghancurkan satu-satunya masjid dengan alasan atau klaim yang sama.
Austria: Seseorang yang dilukiskan sebagai "imigran berkulit gelap" terekam dalam video kamera telepon genggam seseorang yang lewat di tempat kejadian. Video itu memperlihatkan pelaku melemparkan sesuatu lalu memukul-mukul Salib besar dengan tongkat panjang di depan Paroki St. Marein. Aksi itu menyebabkan kerugian yang seluruhnya mencapai 15.000 euro (sekitar Rp 225 juta). Polisi akhirnya menahan "laki-laki yang tampaknya gila" lalu "membawa dia "ke sebuah rumah sakit." Ada banyak contoh yang tak terhitung seputar pengungsi Muslim menyerang gereja dan simbol Kristen lainnya seperti salib, patung dan ikon di setiap negara Eropa yang menerima para migran Muslim.
Bangladesh: Tanggal 10 Mei petang. Sekelompok gerombolan Muslim merusak dan menyerang Gereja Advent Hari Ketujuh di Distrik Khagrachhari. Menurut pastor gereja itu, Stephen Tripura:
"Ramai-ramai mereka menyerang masuk gereja setelah menendang dan memukul pintu gereja. Mereka berusaha memperkosa saudari dan keponakan saya yang tinggal dekat gereja dengan merobek-robek pakaian mereka. Mendengar teriakan mereka, umat Kristen setempat berlarian ke tempat kejadian untuk membantu. Para penyerang berhasil melarikan diri. Saudari dan keponakan saya berpindah ke sini supaya bisa sekolah tetapi sekarang mereka trauma...Kami tidak melaporkan kasus itu karena takut semakin membuat umat Muslim setempat marah sehingga mengundang aksi kejam lebih banyak lagi."
Serangan Islam terhadap Kebebasan Kristen
Indonesia: Lama digembar-gemborkan sebagai teladan toleransi dan sikap moderat bagi kaum Muslim, Indonesia kini pun bergabung masuk dalam negara-negara Muslim lain yang menindas. Peristiwa itu terjadi Mei lalu ketika negeri itu menjatuhkan hukuman atas Gubernur Jakarta yang beragama Kristen, yang dikenal dengan nama "Ahok" dengan hukuman dua tahun penjara. Dia dituntut dengan tuduhan melakukan penghinaan terhadap Islam (blasphemy against Islam). Menurut sebuah laporan, "Tudahan menghina menjadi kunci kekalahan Ahok dalam perjuangannya untuk terpilih kembali sebagai Gubernur Jakarta. Selain itu, "berbagai kelompok ekstrim Islam yang menentang orang Kristen memimpin kota itu mengorganisasikan demonstrasi yang massif menentang Ahok." Tuduhan penghinaan berbasiskan sebuah video yang Ahok buat. Dalam video itu, dia memberi tahu para pemilihnya bahwa mereka tertipu jika yakin bahwa Al-Qur'an 5:51, sebagaimana dikatakan penentangnya, mempersyaratkan umat Muslim untuk tidak memilih orang Kristen ketika saat itu juga ada kandidat Muslim. Bagian Al-Qur'an itu mengatakan;
"O, kalian yang beriman, jangan ambil orang Yahudi dan Kristen sebagai sekutumu. Mereka adalah sekutu bagi kelompok yang lain. Dan siapapun yang bersekutu dengan mereka di antara kalian, maka dia tentu saja satu dari mereka."
Sebuah dewan lima hakim menyimpulkan bahwa Ahok "secara meyakinkan terbukti bersalah melakukan penghinaan."
Indonesia kini pun bergabung masuk dalam negara-negara Muslim lain yang menindas. Peristiwa itu terjadi Mei lalu ketika negeri itu menjatuhkan hukuman atas Gubernur Jakarta yang beragama Kristen, yang dikenal dengan nama "Ahok" dengan hukuman dua tahun penjara. Dia dituntut dengan tuduhan melakukan penghinaan terhadap Islam (blasphemy against Islam). Gambar: Ahok pada hari pemilihannya, 15 Februari, 2017. (Foto oleh Oscar Siagian/Getty Images) |
Pakistan: Seorang pastor Kristen yang "disiksa setiap hari dalam penjara" sejak Juli 2012 sejak dia pertama kali dipenjarakan, dijatuhkan hukuman seumur hidup, Mei lalu. Zafar Bhatti, 51, terbukti bersalah karena mengirim "teks-teks pesan yang "menghina"[1] dari handphone-nya. Namun, para aktivis hak asasi manusia berpendapat tuntutan itu "direkayasa untuk menghentikan dia dari perannya sebagai seorang pastor." Isterinya, Nawab Bibi, mengatakan:
"Banyak kaum Muslim membenci karena cepatnya gerejanya bertumbuh kembang. Mereka melakukan aksi ini untuk menjatuhkan karyanya...Saya harap para jaksa penuntut kami menilai bahwa umat Kristen bukanlah mahluk jahat. Kami manusia yang diciptakan oleh Allah yang menciptakan mereka walau mereka belum memahaminya...Ada banyak upaya untuk membunuh suami saya --- setiap hari dia diganggu. Hidupnya tidak aman dari para napi juga staf penjara."
Pada tahun 2014, dia "nyaris tertembak mati setelah seorang petugas penjara bajingan", bernama Muhamad Yousef melakukan aksi tembak-menembak "guna membunuh para narapidana yang dituduh menghina Islam." Bhati adalah salah satu dari minoritas umat Kristen yang tak terhitung yang menderita di bawah undang-undang penodaan agama (Blasphemy Law) yang membantu membuat negara itu menjadi negara keempat paling parah di dunia, setelah Korea Utara, Somalia dan Afghanistan untuk menjadi umat Kristen. Asia Bibi, seorang isteri dan ibu Kristen sudah masuk jajaran narapidana yang akan dihukum mati sejak tahun 2010 karena tuduhan menghina Nabi Muhamad.
Tatkala Bhatti dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Pakistan, semua tuduhan terhadap Noreen Leghari justru dibatalkan. Dia diputus bebas. Leghari adalah Muslim, mahasiswi kedokteran berumur 20 tahun yang ditangkap terkait dengan rencana serangan bunuh diri di sebuah gereja yang penuh pepak dengan umat yang siap merayakan Paskah. Dalam sebuah pernyataan di depan umum yang disampaikan televisi, Mayjen Asif Ghafoor, mengungkapkan keprihatinan dan perasaan kasihannya terhadap Leghari. Sang jenderal mengatakan bahwa memalukan untuk menghancurkan karir sang mahasiswi kedokteran. Bagaimanapun, seperti ditegaskan kembali oleh aktivis hak asasi manusia Wilson Chowdry:
"Berapa banyak warga Pakistan yang sama yang begitu memaafkan jika Leghari berencana membom sebuah sekolah Muslim?...Jika kaum Muslim yang dijadikan target oleh Leghari, saya yakin banyak dari para juru kampanye akan melihat kejahatannya sebagai terlalu menyakitkan untuk diberikan maaf---Hidup umat Kristen seolah-olah tak ada nilainya di Pakistan...Sulit dipercaya bahwa kebencian Leghari yang begitu mendalam berakar terhadap umat Krsiten yang membuatnya menjadi perekrut aksi bunuh diri, lenyap begitu saja... Saya tanyakan sejumlah umat Kristen Pakistan apakah mereka percaya seorang dokter yang sebelumnya berupaya membom sebuah gereja pada Hari Paskah, mau merawat mereka. Tidaklah mengejutkan bagi saya bahwa mereka menganggapi dengan suara bulat, "tidak." Dan kata itu terus saja bergema."
Maroko: Orang-orang yang beralih memeluk agama Kristen di negara-negara yang 99,6% mayoritas Muslim kini mulai berani mengakui iman mereka secara terbuka (coming out of the closets.) Mereka mengeluhkan perlakuan terhadap mereka. Karena itu, mereka "menuntut hak untuk memberikan nama Kristen kepada anak-anak mereka, untuk berdoa di gereja, untuk dimakamkan di makam Kristen serta untuk menikah sesuai agama mereka," urai Mustapha, yang beralih menganut Kristen sejak 1994. Bersama, beberapa orang yang beralih memeluk agama Kristen, mereka mengajukan permohonan kepada Dewan Nasional HAM resmi supaya mengakhiri penyiksaan terhadap umat Kristen di Maroko. Menurut sebuah laporan. "meski Islam adalah agama negara itu, Konstitutasi Maroko tahun 2011 memberikan kebebasan beragama. Pihak berwenang mengklaim hanya bakal mempraktekan sebentuk Islam moderat yang memberi ruang bagi toleransi beragama. Meski demikian, kenyataannya, umat Kristen Maroko masih menderita penganiayaan. "Dengan demikian, [selama] dua dekade, Mustapha menyembunyikan imannya kepada Kristus secara rahasia." Ketika dia akhirnya mengungkapkan diri kepada publik tentang peralihan agamanya, kurang dari dua tahun silam, semua teman dan keluarganya "meninggalkan saya," urainya. "Mereka menghindari saya di tempat kerja. Anak-anak saya pun diganggu di sekolah.
Penghinaan dak Kebencian Kaum Muslim terhadap Umat Kristen
Irak: Salah seorang ulama Shiah kenamaan negeri mayoritas Shiah itu, Sheikh Alaa Al-Mousawi dalam sebuah video melukiskan umat Kristen sebagai "orang kafir yang percaya kepada banyak Tuhan". Berdasarkan pemikiran ini, dia lalu menekankan perlunya berjihad melawan mereka. Sheikh Alaa Al-Mousawi sendiri adalah ketua sebuah lembaga pemerintah yang menjaga semua tempat suci umat Shiah Irak termasuk masjid dan sekolah.
Pakistan: Rumah Sakit Mian Mir yang dikelola oleh Pemerintahan Distrik Kota Lahore terungkap memaksa paramedis Kristen dan staff untuk "untuk mendaraskan ayat Al-Qur'an pada pertemuan pagi atau ditandai sebagai absen kerja hari itu," urai sebuah laporan. Berita ini mengemuka tatkala pengawas medis RS itu, Dr. Muhammad Sarfraz, "menampar seorang staf paramedis Kristen karena tidak menghadiri pertemuan." Tindakan itu menyebabkan staf tersebut memprotes Dr. Muhamad dan para pengawas lainnya." Para pakar mengatakan, ekstremisme tengah merangkak masuk dalam rumah sakit-rumah sakit umum dan ini menjadi keprihatinan yang luas bagi lembaga-lembaga penegak hukum," lanjut laporan itu.
Secara terpisah, terjadi juga kasus lain. Pada seorang gadis Kristen di sebuah sekolah negeri Pakistan. Itu terjadi ketika sang gadis mau "untuk belajar Etika, bukan Kajian Islam karena keyakinan Kristennya," urai sebuah laporan. Menghadapi situasi itu, gurunya yang Muslim mengatakan kepadanya bahwa "jika menolak mengikuti pelajaran Kajian Islam, dia harus keluar dari sekolah itu...Guru itu pun memerintah murid-murid Muslim untuk tidak makan bersama gadis Kristen itu karena agamanya." Menurut gadis remaja Kristen itu, Muqadas Sukhraj, persoalannya dimulai awal April lalu:
"...guru kelas, Zahida Parveen mulai membuat masalah bagi saya dengan mengatakan perasaan tidak senangnya kepada saya karena saya memilih belajar Etika. Pertama, guru itu persoalkan buku teks pelajaran Etika. Sebagai sanksi, dia lalu mengeluarkan saya dari kelas. Belakangan, dia bertanya jika tidak mau belajar pendidikan Islam, mengapa saya belajar di sekolah Muslim sejak pertama dulu? Dia bahkan mengatakan bahwa bila dia masuk kelas, saya harus tinggalkan ruangan."
Banyak kisah ini sesuai dengan kasus-kasus yang kini terungkap, termasuk sebuah laporan dari Komisi Nasional Pakistan untuk Keadilan dan Perdamaian pada tahun 2016 lalu. Komisi menemukan bahwa pemerintah negeri itu terus mengeluarkan buku teks yang mempromosikan kebencian agama terhadap kaum Kristen dan agama-agama lainnya.
Ada kisah terpisah lainnya. Segerombolan Muslim bersenjata menyerang umat Kristen menyusul sebuah perkelahian karena seorang remaja Muslim merampas handphone milik seorang remaja Kristen. Insiden itu terjadi di Phul Nagar, Distrik Kasur di Propinsi Punjab. Menurut laporan;
"Kemudian, tanpa belas kasihan gerombolan laki-laki bersenjata itu menampar semua orangyang mereka temui di jalanan. Lebih jauh lagi, mereka juga menyerang rumah-rumah umat Kristen dan memukul mereka. Mereka juga menembak ke udara sehingga orang-orang di seluruh lingkungan itu ketakutan dan merasa teeganggu. Para penyerang tidak membiarkan para wanita Kristen begitu saja, mereka juga memukul mereka."
Umat Kristen kemudian melaporkan insiden itu kepada polisi setempat. Tidak satu pun penyerang ditangkap pPolisi ternyata tidak menangkap satupun dari para penyerang, walaupun mereka mengetahui nama dan wajah para pelakunya.
Uganda: Umat Muslims di suatu tempat terus saja memburuh Pastor Christopher James Kalaja Aksi itu mereka lakukan setelah sang pastor melaporkan mereka kepada polisi karena mereka menghunuskan pedang kepadanya sambil meneriakan "Allahu Akbar" setelah merusak rumah, kebun dan gereja sang pastor. "Kami ingin memberi tahumu bahwa pertempuan kini dimulai. Kau berisiko kehilangan seluruh anggota keluarga," tulis sebuah pesan yang dia dapatkan setelah dia resmi laporkan kasus itu kepada polisi. Menurut isterinya, yang hidup dalam persembunyian, sauaminya "muncul sebentar di tempat tinggal kami yang terbaru karena umat Muslim melacak keberadaannya. Mereka bisa lakukan apa saja untuk membunuhnya, dengan demikian bisa menghentikan pengadilan untuk memproses kasus itu karena dia saksi mata utama." Tujuh anak pasangan itu juga "sangat ketakutan" sehingga terus bertanya, "Mengapa kita berada di sini? Apa yang kita lakukan sehingga kita mengalami penderitaan yang begitu mengerikan ini?" "Saya tidak bisa jawab pertanyaan-pertanyaan ini," urai sang ibu. "Anak-anak hanya saya minta untuk berdoa!"
Nigeria: Janet Habila, pemimpin kaum muda Kristen berusia 16 tahun dan putri "seorang pemimpin gereja yang saleh, umat Gereja Persatuan Gunung Berahmat (United Mountain of Grace) di Desa Shundna "dipaksa masuk Islam dan menikahi seorang lelaki Muslim yang tidak dia sukai. Menurut laporan, gadis Kristen itu "mendaftarkan diri masuk sekolah menjahit pada tahun 2016 oleh orangtuanya... Tetapi, bukannya mempelajari ketrampilan, orangtuanya justru terkejut karena diberitahu tentang pernikahan anak mereka melalui Pengadilan Shariah." Menurut berbagai sumber, seorang Muslim bernama Nasiru "secara lihai mengorganisasikan sejumlah laki-laki dan wanita Muslim di kawasan itu untuk bertindak sebagai orangtua Janet di pengadilan supaya pernikahan bisa terlaksana."
Tentang Seri Ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.
Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
***
Raymond Ibrahim adalah pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Tersalibkan Lagi: Tampilkan Perang Baru Islam Terhadap Kristen) (diterbitkan oleh Regnery bekerja sama dengan Gatestone Institute, April 2013).