PRESIDEN HASSAN ROUHANI ---beserta Menteri Luar Negeri Iran Mohamad Javad Zarif menghadiri sesi ke-71 Dewan Umum PBB di New York pekan ini.
Berdasarkan berbagai perkembangan terakhir, semua tanda mengarah kepada upaya Rouhani untuk melakukan perubahan taktik dengan pesan dan nada yang sangat berbeda tahun ini.
Dalam berbagai sesi Dewan Umum PBB sebelumnya, Rouhani beserta tim memanfaatkan cara diplomatik supaya bisa meminta Dewan Keamanan PBB mencabut sanskinya atas Iran. Dia memuji keberhasilan perjanjian nuklir, sumbangannya bagi perdamaian serta kemampuannya untuk mencegah potensi ketegangan dan ledakan yang lebih besar di kawasan. Tujuan Iran, dengan demikian, tercapai. Beberapa bulan kemudian, ketika semua empat putaran sanksi Dewan Keamanan dicabut, miliaran dolar serta kisah untuk menutup-nutupinya pun bermunculan. Semua itu pemberian tanpa biaya dari Amerika Serikat.
Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara di Sidang Umum PBB, 26 September 2013. (Sumber foto: president.ir) |
Setelah mendapatkan tujuan-tujuan ini demi kepentingan para politisi Iran yang tengah berkuasa, pesan Rouhani tahun ini bakal berubah. Dia akan mengecam AS atas semua kekurangan yang merugikan dalam perjanjian nuklir, yang Iran sendiri kebetulan belum tandatangani.
Pemerintahan Presiden AS Barack Obama sudah mengirimkan ratusan miliar dolar ke Iran sekaligus menyembunyikan sikap Iran yang diduga tidak patuhi perjanjian nuklir yang tidak pernah resmi disepakatinya pada tempat pertama. Kenyataannya, perjanjian itu, hanya ada dalam khayalan paling liar Amerika Serikat dan negara-negara anggota Rencana Aksi Gabungan yang Mendalam (JCPOA) yang mudah tertipu. Karena bagaimanapun, AS mengabaikan berbagai pelanggaran yang Iran lakukan serta membantunya menghindari persyaratan-persyaratan perjanjian nuklir yang diinginkannya.
Iran kini melihat AS kehilangan seluruh daya tawar politik untuk menekannya melalui sanksi-sanksi Dewan Keamanan PBB. Selain itu, berbagai sanksi itu pun tidak bisa "ditinjau ulang," meski para pengkritik berkali-kali memperingatkannya. Sebagian, hal itu terjadi karena kekuatan veto Rusia dan Cina. Karena itu, Rouhani secara terbuka akan menyampaikan pesan-pesan keras dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamanei beserta para jenderal Korps Pengawal Revolusioner Islam Iran (IRGC), yang menikmati kekuasaan atas sistem ekonomi dan politik Iran.
Khamenei beserta kader-kader senior IRGC memperoleh legitimasi dan kekuasaan mereka dari prinsip-prinsip revolusioner yang mengecam AS, "Sang Setan Terbesar."
Setelah miliaran dolar yang dihasilkan dari perjanjian nuklir diserahkan, pernyataan dan perilaku rejim anti-Amerika itu semakin menjadi-jadi. Bagi Rouhani, harapan untuk mendekati AS harus dicegah dan liberalisasi politik dalam negerinya bagaimanapun harus dicegah supaya tidak terjadi.
Rouhani punya berbagai alasan untuk mengubah taktiknya supaya lebih terbuka mematuhi prinsip recolusioner Iran yang anti-Amerikanisme. Termasuk di dalamnya, karena para pemimpin Iran sangat sadar bahwa Presiden Obama dengan penuh perasaan putus asa sangat kuat mencengkram perjanjian nuklir hingga dia melepaskan jabatan. Karena bagaimanapun, Obama menganggap perjanjian itu sebagai prestasi dan warisan politik luar negerinya yang sempurna. Dengan mengkritik dan mengecam AS karena tidak menghormati persyaratan perjanjian, Rouhani sebetulnya mengeksploitasi titik lemah Presiden Obama, sebagaimana dilakukan oleh tim negosiasinya selama ini yaitu dengan membangkitkan perasaan takut dalam diri Obama bahwa Teheran mungkin saja keluar dari perjanjian nuklir---sebuah langkah yang memperlihatkan bahwa perjanjian itu gagal. Seperti biasa, taktik itu akan berhasil menekan pemerintah AS untuk memberi lebih banyak "wortel" geopolitik dan ekonomis kepada Teheran termasuk mengikuti kebijakan Iran untuk menyetujui konsesi yang bahkan jauh lebih banyak lagi. Rouhani dan Zarif, seperti biasa, bakal melaksanakan perundingan-perundingan bilateral dengan para diplomat Amerika di balik pintu tertutup untuk memastikan bahwa tujuan mereka tercapai.
Rouhani dengan demikian berupaya untuk secara terbuka bergeser kepada seluruh kalangan politik garis keras Iran. Sebagian upaya itu memang diarahkannya kepada Pemilu presiden Iran yang akan datang. Dia membutuhkan dukungan para pemimpin garis keras. Yang paling penting adalah dukungan Pemimpin Tertinggi Khamanei, yang menikmati suara terakhir dalam kebijakan dalam dan luar negeri Iran termasuk dukungan para pemimpin IRGC --- supaya bisa menjamin dia terpilih hingga masa kerja yang kedua.
Dengan lebih terbuka mengungkapkan pesan-pesan Khamanei, Rouhani sangat mungkin berharap dia semakin disayang oleh Khamanei serta IRGC sekaligus membuktikan loyalitasnya. Caranya, adalah dengan menuding. Menuding bahwa AS tidak mematuhi persyaratan perjanjian nuklir dan menduganya "melanggar sumpah serta tidak bertindak berdasarkan komitmen mereka sehingga justru menimbulkan masalah."
Sebuah polling berbaru oleh Center for International and Security Studies (Pusat Kajian Internasional dan Keamanan—CISS) di Universitas Maryland rmengungkapkan bahwa popularitas kubu moderat bukan saja merosot, tetapi juga bahwa Mantan Presiden Iran Mamoud Ahmadinejad,
"kini menghadirkan diri sebagai ancaman terbesar satu-satunya bagi pemilihan kembali Rouhani. Dia hanya ketinggalan 8 poin dari incumbent. Jadi mendadak, mantan presiden [Ahmadinejad] tampaknya sekali lagi menjadi pesaing politik yang sebenarnya."
Rouhani juga berjanji kepada rakyat Iran bahwa perjanjian nuklir bakal meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Namun, bagaimanapun, sejak perjanjian nuklir dijalankan, rakyat Iran (secara mengejutkan) tidak melihat buah-buah dari perjanjian beserta miliaran dolar yang sudah pemerintah terima. Tidak diragukan lagi, Rouhani bakal berupaya mengalihkan perhatian rakyat supaya tidak mengecam pemerintah Iran. Caranya tentu saja dengan menuding AS sebagai penjahat.
Dalam salah satu pidato terakhirnya, Khamenei menunjukan bahwa AS tengah berupaya untuk "menghancurkan hubungan ekonomi Iran dengan berbagai negara lain." Dia lalu menambahkan;
"Bukankah seharusnya memang demikian sehingga sanksi yang tidak adil dicabut dan berdampak terhadap kehidupan rakyat? Setelah enam bulan, adakah dampak nyata bagi kehidupan rakyat? Jika bukan karena Amerika melanggar sumpahnya, bukankah pemerintah mampu melakukan banyak hal selama ini?...Tentu saja sudah beberapa tahun ini saya berkali-kali mengulangi soal kurangnya kepercayaan terhadap Amerika, tetapi sejumlah kalangan sulit menerima kenyataan ini."
Isu lain agenda Rouhani adalah hendak mempromosikan perundingan bisnis dan perdagangan tingkat pemerintah yang secara finansial semakin menguntungkan IRGC dan Khamanei, bukan sektor swasta Iran.
Rouhani agaknya sangat mungkin berupaya membenarkan petualangan militer Iran di kawasan. Caranya, adalah dengan memainkan kartu terorisme, walaupun Iran masih menjadi penyandang dana terorisme yang kenamaan.
Pemerintah Rouhani sangat mungkin memusatkan perhatian pada upaya untuk menyebarluaskan wacana Khamanei dan IRGC. Yaitu bahwa, kekuatan Iran sangat diperlukan dalam perang terhadap Negara Islam beserta berbagai kelompok ekstremis. Bahwa kekuatan regional dan global perlu bergabung dengan Iran dalam medan pertempuran ini dan bahwa Iran adalah korban terorisme di kawasan. Selain itu, Rohani rupanya berupaya menopang argumentasinya bahwa komunitas internasional perlu mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad supaya bisa mengalahkan terorisme.
Perubahan taktik Rouhani bermaksud memperkuat cita-cita revolusiner anti-Amerikanisme Iran yang sudah kuat berurat akar, menyenangkan hati Khamanei dan IRGC serta memastikan masa kepresidenannya yang kedua.
Dr. Majid Rafizadeh, ilmuwan politik dan cendekiawan Universitas Harvard adalah Presiden Dewan Internasional Amerika untuk Timur Tengah. Dia bisa dihubungi lewat Dr.rafizadeh@post.harvard.edu.