Berbagai laporan memperlihatkan bahwa jumlah orang-orang yang direkrut Negara Islam (ISIS) dari Indonesia mencapai tiga kali lipat sehingga menjadi lebih dari 500 orang pada akhir tahun silam.
Indonesia adalah negara Muslim terbesar dunia. Jumlah penganutnya mencapai lebih dari 200 juta jiwa. Jumlah itu membentuk 13% dari jumlah seluruh umat Muslim dunia. Berbagai gerakan ekstremis yang mewarnai sejarah negeri itu membuatnya tempat yang paling siap bagi perekrutan ISIS.
Wildan Mukholland adalah satu orang yang direkrut. Dia satu desa dengan dua narapidana militan Indonesia yang dieksekusi mati akibat peran mereka dalam pemboman teroris Bali pada 2002. Peristiwa berdarah itu menewaskan 200 orang dan dilakukan oleh Jemaah Islamiah sebuah organisasi yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Mukholland tumbuh besar mengagumi kedua teroris itu. Akhirnya, dia berniat bergabung dengan ISIS sehingga pindah ke Timur Tengah. Tahun silam, dia meledakan diri dalam sebuah serangan teroris di sebuah restoran di Bagdad.
Dari lebih dari 500 orang Indonesia yang diyakini bergabung dengan ISIS, sekitar separuh dari mereka sudah pergi bertempur di Suriah atau Irak. Berbeda dari jumlah itu, ternyata, kurang dari 200 warga Indonesia diperkirakan sudah bertempur di Afghanistan demi al-Qaeda.
Kiyai radikal Abu Bakar Ba'asyir ---yang dilihat sebagai pemimpin spiritual Jemaah Islamiyah yang berafiliasi dengan al-Qaeda--- baru-baru ini ditahan di sebuah penjara Indonesia, di Jawa. Ia pun sudah mengumumkan dukungannya terhadap ISIS. Dari sel penjaranya, Ba'asyir berjanji setia kepada ISIS dan mendorong kaum radikal untuk bergabung dengan kelompok tersebut.
Seperti para radikal lain, para ekstremis Indonesia bahkan membawa keluarga mereka ke Suriah dan Irak sehingga bisa hidup sepenuhnya berdasarkan hukum Islam dan mendapatkan gaji untuk perumahan, makanan, pendidikan serta sekolah-sekolah yang radikal.
Sejak gerakan menuju Indonesia mereka pada 1949 (?) hingga sekarang, para eksremist berjuang untuk menjadikan Indonesia sebuah Negara Islam.
Dorongan ekstremisme terlihat nyaris selama 30 tahun perang yang dikobarkan kaum separatis di Propinsi Aceh. Namun, setelah Aceh hancur akibat tsunami pada 2005 lalu, sebuah perjanjian damai dipaksakan antara para pemberontak dengan pemerintah
Sayangnya, pemerintahan pusat Indonesia mengijinkan pemerintah propinsi Aceh menjalankan dan menegakkan hukum Shariah. Para pemimpin Aceh yakin mereka dihukum lewat tsunami dan penerapan dan penegakkan hukum Shariah menjadi cara mereka untuk bertobat.
Banyak kalangan yang menjalankan hukum Shariah mengaku bahwa penerapan hukum Shariah di Aceh lebih lembut. Eksekusi yang pun dijalankan tidak banyak. Bagaimanapun, berbagai laporan berkaitan dengan orang-orang dengan gaya penutup kepala abad pertengahan melakukan hukuman cambuk dengan tongkat tentu sangat mengganggu. Orang-orang itu dihukum karena "melakukan kejahatan" seperti minum alcohol, bekerja pada saat-saat sholat, para homoseksual serta pemerkosa yang kedapatan berhubungan seks.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew Research menemukan hal yang sangat mengejutkan. Yaitu bahwa 72% umat Muslim Indonesia akan lebih suka hidup sesuai dengan hukum Shariah.
Departemen Luar Negeri merinci adanya berbagai kelompok ekstremis Indonesia dalam laporan terbaru tentang terorisme mulai 2013. Ada 40 razia terpisah yang mengarah kepada penahanan lebih dari 75 terduga teroris.
Salah satu insiden terbesar berhasil mengungkapkan adanya rencana melakukan penyerangan atas Kedutaan Besar Burma. Banyak serangan teroris yang mentargetkan polisi.
ISIS bukan satu-satunya kelompok teroris yang mencari basis di Indonesia. Hamas pun pernah mencoba membuka kantor di sana guna membantu operasi pencarian dananya di kawasanitu, namun ditolak.
Rasa takut terhadap ISIS di Indonesia diperuncing oleh aksi pemboman dengan bom klorin yang baru-baru ini terjadi di sebuah plaza di Jakarta. Bom yang tidak meledak itu ditengarai jenis yang sama dengan yang dgunakan ISIS dalam berbagai serangan,
Banyak pemimpin di Indonesia menyerukan perlunya aturan hukum yang lebih tegas guna mencegah ISIS bertumbuh kembang. Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian tengah bekerja sama dengan para pemimpin pemerintahan untuk melarang berbagai pihak member dukungan-dukungan verbal atas ISIS, melarang orang bepergian keluar negeri guna mendukung berbagai kelompok teroris dan mencabut kewarganegaraan orang-orang yang bergabung dengan kelompok-kelompok radikal.
Jika Indonesia dan negara-negara lain ingin mengirim pesan bahwa bergabung dengan ISIS benar-benar tidak bisa diterima dan para anggotanya akan dicabut secara pelahan dari masyarakat, maka mereka harus memperhatikan nasihat Charles Crawford. Dalam sebuah tulisannya bulan lalu di Gatestone Institute, Crawford menyerukan agar orang-orang yang bergabung dengan ISIS dimasukan dalam daftar terduga penjahat perang.
Strategi Presiden Obama untuk 'menjatuhkan sekaligus menghancurkan' ISIS sudah gagal. Kita membutuhkan kemenangan melawan ISIS di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Indonesia pun sudah mencoba memposisikan diri sebagai negara Muslim yang toleran. Caranya yang terang-terangan dan efektif menentang ISIS menjadi masa yang menentukan bagi bangsa ini serta posisinya di dunia.
George Phillips adalah ajudan anggota kongres AS Chris Smith dari New Jersey. Ia bekerja menangani bidang-bidang yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia.