Kebebasan berbicara kini terancam. Bukan saja di Eropa, tempat saya berasal. Tetapi juga di sini, di Amerika.
Terakhir kali saya berada di Amerika, kurang dari dua pekan lalu. Saya berada di Garland, Texas. Di sana saya memberi sambutan utama pada perlombaan pembuatan kartun Muhammad.
Perlombaan diadakan di sebuah gedung konperensi, tempat sebuah organisasi Islam juga mengadakan konferensi pasca-pembantaian Charlie Hebdo Paris. Dalam konperensi itu mereka menuntut agar kebebasan berbicara dibatasi dan kartun Muhammad dilarang. Perlombaan pembuatan kartun Muhammad di Garland diorganisasikan guna memperlihatkan sikap menentang tuntutan itu. Kita seharusnya tidak pernah mengijinkan diri kita diintimidasi.
Catatan Bosch Fawstin yang membuatnya menang dalam Pameran dan Perlombaan Seni Muhammad di Garland, Texas, yang diadakan 3 Mei 2015. (Sumber gambar: Bosch Fawstin) |
Pemenang lomba Garland adalah seorang mantan penganut Muslim. Ada yang sangat simbolik terkait dengan fakta bahwa dia orang yang murtad. Berdasarkan hukum Shariah Islam, orang murtad bisa dihukum mati. Berdasarkan hukum yang sama, membuat ilustrasi Nabi Muhammad juga bisa dihukum mati.
Pemenang lomba menggambarkan Muhammad dengan tatapan penuh kemarahan mengayunkan pedang sambil berkata, "Kalian tidak boleh menggambar saya," urai Muhammad. Di bawah gambar itu, sang seniman menulis: "Itulah sebabnya mengapa saya menggambar anda!"
Itu semangat Amerika yang sebenarnya. Sang kartunis adalah contoh bagi kita semua.
Bosch Fawstin (kedua dari kiri), kartunis yang memenangkan Pemeran Seni dan Kontes Muhammad di Garland, Texas, 3 Mei dihadirkan bersama hadiahnya oleh (dari kiri ke kanan) Robert Spencer, Geert Wilders dan Pamela Geller. (Sumber foto: Bog Atlas Shrugs) |
Berdasarkan Hukum Shariah, melukis Muhammad merupakan suatu tindak kejahatan. Tetapi sebagai orang Amerika, sang seniman tidak berdiam di negara Muslim. Dia hidup di Amerika. Dan di sini, di Amerika, anda diijinkan untuk membuat berbagai gambar dan lukisan, tidak peduli apa yang dikatakan Hukum Shariah. Dan kalian juga diijinkan untuk mengubah agama kalian dan menjadi murtad. Dan kita seharusnya tidak ijinkan sati orang pun merampas kebebasan kita ini. Jika Amerika berniat menyerah kepada Hukum Islam, maka tidak lagi ada Amerika. Nilai-nilai Yudeo-Kristennya hilang. Peradabannya bakal hilang. Kebebasannya pun bakal hilang.
Musuh-musuh peradaban kita mencoba menerapkan Hukum Shariah atas kita. Jelas-jelas beberapa menit lalu setelah saya memberi sambutan di Garland, dua pejihad menyerang acara. Mereka menembak kaki seorang polisi. Beruntunglah mereka terbunuh sebelum mampu membuat kerugian lebih banyak lagi. Melalui kekerasan dan terorisme, dua pejihad mencoba menerapkan hukum Shariah atas Amerika. Terima kasih kepada para polisi Amerika yang berani, Para pejihad itu gagal.
Kita tidak boleh membiarkan para teroris menang. Jika kita bereaksi terhadap ancaman-ancaman yang berkaitan dengan kartun dengan tidak lagi membuat kartun, maka teroris menang. Tetapi jika kita bereaksi dengan membuat dan memperlihatkan lebih banyak lagi kartun, sinyalnya jelas. Teror tidak berdampak atas kita. Kita tidak terintimidasi oleh teror dan aksi kekerasan, dengan melakukan hal yang persis bertentangan dari apa yang diinginkan para teroris. Para teroris bakal kalah.
Ini menyebabkan saya mengundang pameran kartun Muhammad di Garland untuk diperlihatkan di Parlemen Belanda. Kita harus perlihatkan semuanya kepada dunia bebas. Di Eropa dan Amerika, Kanada, Australia dan seluruh Barat yang merdeka—kita harus membela kemerdekaan dan menentukan sikap terhadap Islam.
Sebelum melanjutkan, ijinkan saya berkisah serbasedikit tentang saya sendiri.
Saya politisi terpilih, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Belanda. Saya pemimpin Partai Untuk Kemerdekaan. Dalam Pemilu terakhir, kami meraih 10% dari suara nasional. Saya berbicara atas nama hampir satu juta rakyat. Partai saya bukan sebuah gejala marjinal. Ia bahkan partai terbesar dalam polling televisi nasional penting baru-baru ini.
Bagaimanapun, saya sudah ditandai untuk dibunuh mati. [Nama] saya ada dalam daftar mati Al-Qaeda dan organisasi-organisasi Islam seperti Taliban di Pakistan dan ISIS. Selama sepuluh tahun kini, saya hidup dibawah perlindungan polisi selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Saya hidup bersama isteri di tangsi angkatan bersenjata, sel-sel penjara dan griya aman hanya supaya selamat. Ke mana pun saya pergi, polisi bersenjata menemani untuk melindungi saya.
Para pejihad ingin membunuh saya. Tetapi orang-orang lain ingin membungkam mulut saya. Tidak dengan membunuh, tetapi dengan pelecehan hukum dan politik. Mereka coba mendakwa saya di pengadilan atau melarang saya. Semua ini tidak terjadi di bawah kekuasaan diktator negara ketiga seperti yang mungkin anda duga, tetapi di negara-negara demokrasi Barat.
Di negara saya, Belanda, saya harus membela diri di pengadilan beberapa tahun silam karena berbicara menentang Islam dan Islamisasi negeri saya. Beruntunglah, saya dibebaskan. Tetapi kini saya dituduh lagi. Dan satu-satunya alasannya adalah bahwa karena saya ungkapkan pendapat saya. Mereka katakan pidato saya "pidato penuh kebencian" tetapi saya tidak melakukan apa-apa selain membela nilai-nilai Yudeo-Kristen peradaban saya dan berbicara yang benar tentang Islam
Dua bulan lalu, saya berada di Austria. Di sana saya berbicara di Istana Hofburg, Wina tentang ancaman Islamisasi di Eropa. Berbagai organisasi Islam menuntut pihak berwewenang supaya menuntut saya karena kata-kata saya. Bulan lalu, saya berada di sebuah kota Jerman, Dresden, tempat saya memberikan sambutan kepada 15.000 orang dalam sebuah demonstrasi damai publik. Pihak jaksa umum negeri itu menyuruh para petugas menghadiri pertemuan supaya bisa mendengar apa yang saya katakan sehingga mereka bisa menilai apakah perlu untuk mendakwa saya menghasut.
Apakah ada mata-mata atau jaksa umum dalam ruangan ini. Saya tidak pikirkan demikian. Amerika tidak memberangus orang.
Dua pekan lalu, saya berada di Washington DC untuk bertemu dengan sejumlah anggota Kongres kalian atas undangan para anggota kongres yang ingin mengetahui situasi di Eropa. Bagaimanapun, dua Muslim anggota Kongres, Keith Ellison dan Andre' Carson ingin agar saya diberangus. Mereka mencoba meminta agar saya dilarang memasuki negeri kalian. Tapi mereka tidak berhasil. Karena di Amerika, rakyat masih bebas berbicara. Dan saya tidak ragu, orang-orang Amerika tidak akan menyerahkan kebebasan ini.
Karena inilah esensi yang membentuk Amerika menjadi Amerika. Inilah yang membuat Amerika unik.
Ada yang jauh lebih besar dipertaruhkan daripada kebebasan berbicara kita. Yaitu eksistensi kita, kebebasan untuk hidup sedang dalam bahaya. Jika kita membiarkan diri disensor oleh diri sendiri atas apa saja yang kita katakan tentang Islam, maka segera Islam mulai mengajarkan kepada kita bagaimana hidup, bagaimana kita berpakaian dan bagaimana kita bernafas.
Kita bahkan kehilangan hak hidup jika tidak mengikuti perintah-perintah Hukum Shariah. Jika menyerah kepada totalitarianisme, kita bakal kehilangan segalanya, termasuk hidup kita sendiri. Begitulah cara berbagai peradaban rusak. Begitulah cara demokrasi mati.
Kita bertugas untuk menjamin bahwa hal ini tidak akan pernah terjadi.
Tentu, saya sadari bahwa ketika sebagian besar teroris masa kini adalah kaum Muslim, tidak semua Muslim itu teroris. Tentu, saya sadari bahwa para teroris hanya sekelompok kecil—tetapi jumlah mereka banyak.
Penelitian dari Universitas Amsterdam memperlihatkan bahwa 11% dari satu juta Muslim di Belanda disiapkan untuk menggunakan kekerasan demi kepentingan Islam. Itu berarti ada 100.000 orang negara berpenduduk 17 juta.
Para teroris mungkin hanya minoritas, tetapi polling memperlihatkan bahwa mereka mendapat dukungan masyarakat luas.
Berbagai survei di negeri saya memperlihatkan bahwa 73% penduduk Islam di Belanda menganggap kaum Muslim yang berangkat ke Suriah untuk berperang dalam jihad bakal menjadi pahlawan. Dan 80% kaum muda Turki di Belanda tidak berpikir bahwa aksi-aksi kekerasan kelompok-kelompok seperti ISIS terhadap orang-orang tidak beragama itu salah. Ada empat dari lima anak muda berpikiran seperti itu.
Dan saya boleh bertanya: Di manakah demonstrasi kaum Muslim yang tidak setuju dengan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan dengan nama Islam dan nabinya? Saya tidak melihat satupun, atau kalian sudah lihat? Mayoritas orang mungkin tidak melakukan aksi kekerasan tetapi mereka juga tidak menentangnya.
Kita tidak bisa membenamkan kepala di pasir dan melakukannya seolah-olah semua fakta itu tidak ada. Kita harus menghadapi kenyataan.
Di Nazi Jerman juga, hanya sekelompok minoritas yang melakukan aksi kejahatan. Tetapi mayoritas masyarakat membiarkannya terjadi. Di Uni Soviet juga sama, hanya sekelompok mayoritas kecil melakukan kejahatan-kejahatan mengerikan. Tetapi mayoritas masyarakat membiarkannya terjadi.
Sebagaimana suatu ketika diucapkan oleh Edmund Burke, seorang filsuf yang agung; "Satu-satunya hal yang perlu agar kejahatan menang adalah orang-orang baik yang tidak melakukan apa-apa."
Jadi, ini langkah pertama menuju upaya melindungi kebebasan kita. Yaitu dengan menyadari fakta-fakta, berbicara tentang kebenaran, membuat kesimpulan dan bertindak menghadapi masalah itu. Jika tidak bertindak, kita akan terjepit hingga kalah.
Dalam masa-masa seperti ini, ketika para pemimpin kita yang lemah menutup mata terhadap ancaman bahaya Islam totaliter, pada masa-masa seperti ini ketika tugas memberi tanda bahaya sudah jatuh ke tangan warga negara biasa, dalam masa-masa seperti ini kebebasan berbicara jauh lebih penting dibandingkan dengan masa sebelumnya.
George Orwell pernah berujar: "semakin jauh sebuah masyarkar bergeser dari kebenaran, maka semakin dia benci orang-orang yang berbicara tentang hal itu." Itulah sebabnya mengapa Amandemen Pertama kita begitu penting. Perlu secara khusus melindungi kebebasan berbicara dari orang-orang yang berbicara tentang kebenaran dan dibenci karena tindakan itu.
Kata-kata "pidato kebencian" kini punya arti sangat khusus. Mengkritik Islam kini dianggap mengungkapkan membenci. Anda diperbolehkan menaruh salib dalam tempayan penuh air kencing. Atau boleh menggambarkan Israel sebagai Negara Nazi. Semua itu tak dianggap tindak kebencian. Tetapi jika kau gambar Muhammad atau berbicara tentang Islamisasi atau berbicara yang benar tentang Islam, kau dianggap ekstremis, penjual kebencian, seorang provokator.
Faktanya, adalah bahwa semakin banyak Islam kita terima, semakin kurang bebaslah masyarakat kita. Selama beberapa dekade silam, para politisi kita mengijinkan jutaan imigran Islam berdiam di negara-negara kita. Mereka datang dengan budaya mereka, dengan Hukum Shariah mereka. Dan kini, mereka mencoba menerap hukum itu atas kita. Bukannya mengatakan: "Jika kau datang ke negara kami, kau harus beradaptasi dengan kami" para pemimpin politik kita malah mengatakan, "Pertahankan budayamu, kami menghormati Islam dan sikap-sikapnya yang peka." Tidak ada tempat di dunia yang menuntut agar para imigran berasimilasi.
Dan kini, negara-negara Eropa begitu dalam terjatuh sehingga mereka memaksakan hal-hal yang tabu dari hukum Islam dalam hukum mereka sendiri. Mereka menyebutnya kejahatan karena benci ketika para pencinta kebebasan menolak hal-hal tabu Islam. Mengkritik Islam bisa jadi sambutan kebencian yang bisa dihukum dengan hukum kita sendiri..
Kita bukan saja berhadap-hadapan dengan Islamisasi tetapi juga dengan kebodohan relativisme budaya dan mentalitas para pemimpin politik kita yang lemah namun mencoba menentramkan kita. Sikap penakut ini harus dihentikan. Jika situasi ini berlanjut, ia membawa kita langsung kepada bencana.
Itu sebabnya, saya lakukan apa yang saya lakukan. Saya tidak akan berdiri diam membiarkan peradaban dan demokrasi hancur. Saya berbicara menentang Islam dan berbicara menentang para pemimpin kita yang lemah. Saya mencintai negeri saya, saya mencintai kebebasan, saya tidak ingin hidup dalam perbudakan dan itu sebabnya saya berbicara.
Tanpa ada Amendemen Pertama, mengemukakan pendapat berkonsekwensi jauh lebih keras dibandingkan jika anda mengalami Amandemen Pertama. Tetapi bagaimanapun, tugas kita tetap sama: Demi nama kebebasan, kita harus berbicara. Tidak peduli apa pun konsekwensinya. Karena kemerdekaan dan keluhuran martabat manusia yang kita perjuangkan.
Kebenaran jadi satu-satunya senjata kita – Kita harus memanfaatkannya. Kebebasan berbicara itu rawan hancur sehingga harus benar-benar dibela. Sampai sebegitu jauh, kita bebas berbicara, kita dapat menyampaikan kepada orang hal-hal yang benar dan membuat mereka sadar apa yang sedang dipertaruhkan. Lembaga-lembaga politik, akademi dan media Barat menyembunyikan lingkup ancaman Islamyang sebenarnya dari masyarakat. Kita harus sebarkan pesan. Itulah tugas pertama dan paling penting kita.
Jika para imigran mematuhi hukum dan nilai-nilai kita, mereka kita sambut gembira berdiam dan menikmati semua yang dijamin masyarakat kita, sama seperti orang lain. Kita bahkan akan bantu mereka berasimilasi. Tetapi jika melakukan berbagai kejahatan, bertindak melawan hukum kita, menerapkan hukum Shariah atas kita, mengibarkan jihad, maka kita harus mengusir mereka.
Kita harus berhenti berpura-pura bahwa Islam itu agama. Islam itu ideologi totaliter yang bertujuan menaklukan Barat. Masyarakat bebas seharusnya tidak boleh memberi kebebasan kepada orang-orang yang ingin menghancurkannya. Abraham Lincoln pun berujar: "Orang-orang yang menyangkal kebebasan orang lain, tak akan mendapatkannya untuk mereka sendiri."
Setiap toko makanan halal, setiap masjid, setiap sekolah Islam dan setiap burka dianggap Islam sebagai langkah menuju tujuan terakhir sikap kita yang takluk.
Dan akhirnya, kita harus ingat bahwa Islam punya ambisi global dan kita semua berada dalam bahaya. Kita harus menghadapinya bersama negara dan bangsa lain yang terancam oleh jihad. Upaya ini mencakup Israel, satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah yang konfliknya dengan bangsa-bangsa Arab itu bukan soal tanah. Konfliknya itu antara kebebasan dan tirani. Kita semua harus mendukung Israel karena kita semua memang Israel. Dan kita seharusnya tidak pernah percaya kepada rejim jahat Islam seperti Iran. Kesepakatan dengan Negara Islam Iran seputar senjata nuklir merupakan ejekan terhadap keadilan sekaligus ancaman besar terhadap keamanan Israel dan seluruh Barat.
Saya berasal dari Eropa. Anda sekalian warga Amerika, tetapi kita semua senasib. Kita harus bersatu padu melawan musuh bersama kita. Gelombang pasang Islam itu kuat tetapi masyarakat Barat pernah memukulnya mundur sebelumnya dan kita bisa melakukannya lagi.
Ronald Reagan pernah berkata bahwa "masa depan bukanlah milik para penakut, tetapi milik para pemberani."
Jadi marilah kita menjadi berani. Dan mengamankan masa depan.
Sambutan ini disampaikan sedikit berbeda dari sambutan yang disampaikannya di Gatestone Institute di New York, 12 Mei 2015