Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi tampaknya tidak ingin lagi berkompromi dengan terorisme. Khususnya berkaitan dengan daerah sepanjang perbatasan negaranya dengan Jalur Gaza. Usahanya pun membuahkan hasil. Yang menarik, perang itu dilancarkannya jauh dari hingar bingar dan nyaris tanpa reaksi komunitas internasional.
Situasi ini menjadi contoh sempurna tentang betapa komunitas internasional dan PBB tidak peduli dengan "situasi buruk" yang dialami warga Palestina sejauh Israel tidak terlibat di dalamnya. Sampai sebegitu jauh, perang yang Sisi lancarkan atas terorisme gagal memantik hingar bingar yang sama, jika ada, yang kerapkali dipicu oleh operasi militer Israel melawan Hamas dan terowongan-terowongan penyelundupannya.
Perang atas terorisme dimulai pada 2013, beberapa saat setelah Sisi naik ke puncak kekuasaan. Cara yang ditempuhnya adalah dengan menghancurkan ratusan terowongan penyelundupan yang terletak sepanjang perbatasan Mesir dan Jalur Gaza. Akibatnya, Hamas dan kelompok-kelompok bersenjata semakin terisolasi daripada sebelumnya.
Tetapi, itu bukan satu-satunya isolasi yang dicemaskan Hamas, Jihad Islam dan kelompok-kelompok bersenjata lain di Jalur Gaza.
Lebih dari itu. Langkah tegas pihak keamanan Mesir menyebabkan penyelundupan senjata nyaris berhenti sama sekali. Langkah-langkah keamanan Sisi mencakup juga dihancurkannya lebih dari 1.700 terowongan yang berdampak pada terciptanya keamanan sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza.
"Penyelundupan (senjata ke Jalur Gaza) terhenti nyaris total," aku Abu Mohammed, seorang penjual senjata Palestina dari Kota Rafah di selatan Jalur Gaza. "Jarang sekali ada orang berhasil menyelundupkan senjata atau amunisi ringan."
Menurut Abu Mohammed penyelundupan senjata dari Mesir ke Jalur Jaza nyata-nyata berhenti sejak Januari tahun ini. Karena itu dia mengeluh tidak mungkin lagi untuk menyelundupkan peluru kendali dan roket memasuki Jalur Gaza.
Ditambahkannya bahwa tindakan keras dari pihak keamanan Mesir dengan menghancurkan terowongan-terowongan penyelundupan menyebabkan persediaan berbagai tipe senjata dan amunisi di Jalur Gaza berkurang. Lebih jauh lagi, tindakan keras Sisi menyebabkan harga banyak senjata meningkat.
Sebagai contoh, pedagang senjata Palestina itu mencatat, harga satu peluru yang biasanya dijual satu dolar AS, meningkat dua kali selama beberapa bulan terakhir. Demikian juga, harga senapan senapan sergap AK-47 buatan Mesir menanjak naik dari 900 dolar AS menjadi 1300 dolar AS.
Para warga Palestina pemilik terowongan rupanya terus berupaya untuk membangun kembali terowongan namun gagal akibat langkah-langkah kebijakan Mesir yang terus berlangsung, urainya lagi. Langkah-langkah itu termasuk menggunakan bahan peledak dan air buangan untuk menghancurkan terowongan, tambahnya lagi.
Pihak berwewenang Mesir kini malah tengah mempelajari kemungkinan memperluas zona keamanan yang baru mereka bangun sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza menyusul berhasilnya kampanye anti-teror mereka. Warga Mesir mengatakan, langkah itu perlu guna mencegah kelompok-kelompok terus memperluas aktivitas mereka di utara Sinai.
Sejak awal tahun ini, pihak berwewenang Mesir telah menemukan dan menghancurkan 240 terowongan penyelundupan tambahan lainnya sepanjang Jalur Gaza. Salah satu terorongan nyaris sepanjang tiga kilometer dengan kedalaman tiga meter, menurut para pejabat keamanan Mesir. Itulah terowongan terpanjang yang ditemukan sampai sebegitu jauh oleh pihak Mesir.
Presiden Sisi pun kini memutuskan melenyapkan terowongan penyelundupan Hamas dengan sarana-sarana legal. Pekan ini, dia menandatangani undang-undang baru. Berdasarkan undang-undang itu, siapa saja yang menggali terowongan sepanjang perbatasan Mesir akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Undang-undang baru disahkan di tengah berbagai laporan bahwa sejumlah pejihad anti-pemerintah dari Sinai sudah mendapatkan perawatan medis di berbagai rumah sakit di kawasan Jalur Gaza. Berbagai laporan itu menegaskan rasa takut para pejabat pemerintah Mesir bahwa pejihad di Sinai justru bekerja sama dengan pihak Hamas untuk menghancurkan keamanan dan stabilitas di Mesir.
Undang-undang baru ternyata diikuti dengan hari berdarah lain. Yaitu ketika lima orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam sebuah ledakan bom di luar instalasi keamanan, di sebuah kota Sinai bernama El Arish. Sebelumnya, terjadi pula serangan teroris atas pasukan keamanan yang menewaskan tujuh tentara dekat Sheik Zuweid, sebuah kota di utara Sinai dekat perbatasan Jalur Gaza.
Sisi memperlihatkan sikap dan tekadnya yang berani dalam perangnya untuk menghabiskan rawah-rawah teroris. Langkah-langkah tegas yang dibuatnya sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza terbukti jauh lebih efektif dibandingkan dengan berbagai operasi militer Israel melawan aksi penyelundupan lewat terowongan penyelundupan.
Kabar bahwa Jalur Gaza kini tengah menghadapi kekurangan senjata memang menjadi berita bagus. Bukan saja bagi Israel dan Mesir tetapi juga bagi warga Palestina yang berdiam di sana.
Bakal sulit untuk melihat bagaimana Hamas akan tergesa-gesa terlibat dalam konfrontasi militer lain terhadap Israel pada saat angkatan bersenjata Sisi sedang bekerja sepanjang arah jarum jam untuk menghancurkan terowongan penyelundupan. Harga senjata dan peluru di Jalur Gaza pun meroket tajam. Dengan demikian, jika Hamas melakukan lagi aksi itu, maka warga Palestina bakal sekali lagi membayar harga mahal untuk aksi mereka.