Seorqang migran Afghanistan berusia 25 tahun dibebaskan dari tuduhan memperkosa seorang wanita cacat berusia 50 tahun di Nuremberg, Jerman. Sang wanita adalah penampung pengungsi. Dia mengaku tidak bisa membela diri karena dia menderita kekejangan otot pada salah satu sisi tubuhnya. Pengacara warga Afghanistan menuntut terdakwa dibebaskan. Menurut dia, hubungan seks itu terjadi karena suka sama seuka. Pengadilan Distrik Nuremberg-Fürth juga memihak terdakwa, yang dilepaskan dan kini bebas. (Sumber fot: Manfred Braun/Wikimedia Commons) |
1 Januari. Empat remaja migran — tiga remaja Afghanistan dan satu remaja Iran— menyerang lebih dari sepuluh pelintas yang lewat di Amberg. Sebanyak 12 orang berusia antara 13 dan 42 tahun terluka dalam serangan itu. Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dirawat di rumah sakit karena terluka kepalanya. Menteri Dalam Negeri Bavaria Joachim Herrmann mengatakan keempat remaja pelaku itu tidak bisa dideportasi karena alasan hukum:
"Siapa saja yang secara diskriminatif memukul pelintas jalan yang tidak terlibat memperlihatkan bahwa dia tidak mencari perlindungan dalam masyarakat kita. Para pelaku mabuk itu tidak bisa mengharapkan kita memahami mereka di negeri kita, kecuali hanya penerapan kekuasaan hukum yang keras. Akhir-akhir ini, deportasi secara legal tidak bisa dilakukan dalam kasus apapun. Kita sedang bekerja keras untuk mengubahnya."
2 Januari. Jaksa Penuntut Umum Utama Claudia Vanoni, dalam sebuah wawancara dengan Suratkabar Berliner Zeitung, mengatakan bahwa serangan bernuansa anti-Semit menjadi hal biasa di Berlin. "Saya mendapat kesan bahwa anti-Semitisme menjadi lebih keras, lebih terbuka, dan agresif." Dia, karena itu mengecam sebagian besar serangan anti-Semit pada "pelaku serangan dari kaum sayap kanan." Ketika ditanya tentang anti-Semitisme dari kalangan Muslim, ia berkata: "Saya lebih sering dengar dalam percakapan dengan organisasi-organisasi Yahudi bahwa orang Yahudi memandang anti-Semitisme di kalangan Muslim sebagai masalah yang semakin besar di Jerman sekalipun. Secara statistik, orang tidak dapat membuktikannya secara jelas." Ketika ditanya apakah dia berhubungan dengan organisasi Muslim, dia menjawab: "Belum."
3 Januari. Seorang pencari suaka Libya gagal yang berusia 22 tahun, Mohamed Youssef T. diizinkan kembali ke Bautzen, sebuah kota di Saxony, setelah 3 bulan dilarang akibat "banyaknya tindakan hukumnya yang tidak biasa yang dilakukan dalam waktu singkat." Ijin itu menyebabkan dia dijuluki "King Abode" ("Abode" karena "ketika berdiam di Jerman dia boleh bepergian"). Warga Libya itu pun menjadi "selebriti lokal." Soalnya, ia pernah melakukan 25 pelanggaran kriminal, termasuk pencurian, perdagangan narkoba, serangan fisik dan perusakan bangunan, tetapi tidak pernah menjalani hukuman di penjara Jerman. Alasannya, "karena masalah prosedural." Suratkabar Bild menulis bahwa King Abode "senang mendapat perhatian" yang ia terima dari perilaku kriminalnya. " Karena persoalan pencari suaka sudah menjadi pengetahuan kita sesuai kondisi, maka sekarang tidak ada lagi dasar hukum untuk memperpanjang larangan menetap yang berlaku," kata jurubicara Bautzen André Wucht. "King Abode" juga baru-baru ini memposting video rap sepanjang enam menit di YouTube. Dalam video itu dia berteriak memaki: "taik," kembali ke tanah airku? Saya tidak pergi. Saya tinggal di sini di Jerman. Oh, polisi "taik", saya tidak hormati kalian." Dia tidak bisa dideportasi karena Libya dianggap otoritas Jerman sebagai "tidak aman." Selain itu karena Jerman tidak memiliki perjanjian repatriasi dengan Libya.
4 Januari. Seorang warga Turki kelahiran Jerman berusia 31 tahun meneriakkan "Allahu Akbar" ngotot menolak ditangkap di Steintorplatz di Hamburg. Lebih dari 20 mobil patroli polisi pun dikerahkan untuk melumpuhkannya. Belakangan dia diperintahkan untuk menjalani pemeriksaan medis.
5 Januari . "Pertemuan Kedua Kaum Muslim Eropa" diselenggarakan di Masjid Pusat Cologne, sebuah masjid raksasa yang dibangun oleh Pemerintah Turki. Pertemuan berlangsung tertutup. Lebih dari 100 utusan Muslim dari 17 negara Eropa hadir. Pertemuan dipimpin oleh Ali Erbas, Ketua Direktorat Urusan Agama Pemerintah Turki yang di Turki dikenal sebagai Diyanet. Setelah para pejabat Turki mempostingkan sebuah foto foto kegiatan di internet, berbagai berita pun cepat bermunculan. Diberitakan bahwa pertemuan itu melibatkan juga utusan Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslim), sebuah organisasi yang dekat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang sedang diawasi oleh intelijen Jerman. Beberapa pengamat politik mengatakan pertemuan itu menjadi upaya membuat klaim Turki untuk memimpin dunia Islam berpeluang menuju persaingan kekuasaan lain. Pernyataan terakhir pertemuan Cologne menekankan universalitas Islam sekaligus menolak bentuk nasional agama. "Islam itu agama damai yang membela nilai-nilai universal yang sama di seluruh dunia," tulis pernyataan itu. "Istilah kawasan atau nasional seperti 'Islam Jerman,' Islam Perancis,' 'Islam Belgia' atau 'Islam Eropa' bertentangan dengan universalitas Islam, yang menerangi semua masa dan tempat pada masa lalu. Pertemuan Cologne menekankan bahwa tujuannya adalah hendak "melembagakan petemuan kaum Muslim Eropa" setiap dua tahun, dalam lingkaran waktu dua tahunan. Pertemuan pertama diselenggarakan di Brussels, tahun 2014.
6 Januari. Para migran diyakini berada di balik semakin banyaknya serangan terhadap petugas kebersihan di Freiburg. Di bagian-bagian tertentu kota itu, karyawan perusahaan sampah kota dan jalanan kini hanya melakukan pembersihan siang hari. Itu pun dalam tim yang terdiri dari dua orang. Dalam salah satu contoh serangannya, seseorang melemparkan sebuah botol ke atas kaca truk sampah serta menendang pintu truk. Dalam insiden lain, seorang petugas kebersihan diserang dari belakang sehingga dia tidak sadarkan diri. Seorang petugas lain dipukul oleh orang asing yang berusaha mencuri handphone-nya. "Ini dimensi baru," urai Michael Broglin, CEO perusahaan kebersihan jalanan setempat, ASF. "Layanan kebersihan sedang dikurangi sebagian."
7 Januari. Seorang migran Afghanistan berusia 20 tahun, disebut-sebut karena berjalan di tengah-tengah jalur rel kereta api di Sonnenberg. Polisi Federal memperingatkan:
"Berulang-ulang, polisi federal menangkap para migran yang berjalan di jalur rel kereta api. Karena alasan ini, Polisi Federal secara teratur melakukan pertemuan pencegahan seputar persoalan itu di berbagai tempat penampungan para pencari suaka, memperlihatkan bahaya-bahayanya yang sangat mengerikan di fasilitas rel kereta api.
"Secara khusus, peringatan diberikan terhadap jalan masuk yang tidak diperbolehkan menuju rel. Bergantung kecepatannya. Kereta api sudah menarik tuas rem dari jauh beberapa ratus meter. Khususnya, kereta api modern yang cepat, kerap tidak bisa dilihat pada waktunya. Konsekwensi yang ditimbulkannya pun bisa parah."
8 Januari. Seorang migran Somalia berusia 19 tahun mengakui berusaha memperkosa seorang wanita tua berusia 74 tahun di apartemen sang wanita di Halle. "Klien saya meyakinkan saya bahwa dia sangat menyesal," urai pengacaranya Björn Fehse. "Dia masuki apartemen karena ingin berhubungan seks." Ketika hakim menanyakan kepada terdakwa mengapa dia terus melakukan kekerasan setelah wanita tua itu menolak, dia pun menjawab, "Saya mabuk." Pemuda 19 tahun itu dituduh bukan saja berusaha melakukan perkosaan tetapi juga melakukan pembongkaran dan pencurian di apartemen serta serangan terhadap orang.
9 Januari. Seorang pencari suaka dari Gambia berusia 24 tahun menyerang secara serampangan di sebuah bank di Ravenburg setelah berusaha menarik dana, tetapi tidak bisa. Teller bank pun memberitahunya bahwa dia tidak punya dana cukup dalam rekeningnya. Dia lalu mengeluarkan pisau, melemparkan kursi dan sebuah radiator serta mencengkram kotak amal yang ditempatkan di depan meja layanan pelanggan (counter). Ketika polisi tiba di tempat kejadian, dia ngotot menolak ditangkap. Sebaliknya, dia malah mau membenturkan kepalanya ke wajah seorang polisi wanita. Dia karena itu dituduh melakukan percobaan pemerasan, percobaan penyerangan serta mencaci maki sehingga membahayakan petugas polisi.
10 Januari. Jerman mendeportasikan seorang migran Afghanistan berusia 23 tahun. Namanya Mortaza D. Tetapi, setibanya di Kabul pihak berwenang Afghanistan justru menolaknya masuk ke negeri itu kemudian mengirimkannya pulang ke Jerman. Permohonan suaka Mortaza D. sudah ditolak tahun 2010. Dia adalah penjahat pelaku serangkaian kejahatan dengan lebih daripada 20 kasus serangan yang berhasil diketahui. Otoritas Afghanistan mengatakan bahwa Mortaza D. secara mental sakit. Dan menurut kesepakatan bilateral negeri itu dengan Jerman, "orang yang rawan sakit tidak boleh dideportasi ke Afghanistan karena negeri itu kekurangan fasilitas medis yang memadai.
11 Januari. Seorang pencari suaka Afghanistan berusia 25 tahun menikam seorang wanita Polandia berusia 25 tahun yang sedang hamil di sebuah rumah sakit di Bad Kreuznach. Bayi yang belum lahir pun tewas dalam kandungan akibat serangan. Belakangan terungkap bahwa keduanya (baca: pelaku dan korban) sudah saling kenal, meskipun masih belum jelas apakah laki-laki itu adalah ayah sang anak yang tewas itu.
12 Januari. Seorang laki-laki Libya berusia 38 tahun yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit di Melsung ditangkap setelah terungkap melakupan penipuan. Dia dipekerjakan di rumah sakit itu sejak awal tahun 2018 berkat dokumen palsu. Seorang perawat mulai curiga setelah laki-laki Libya itu tidak menangani transfusi darah secara baik, yang menjadi prosedur standar. Sebuah penyelidikan menemukan bahwa laki-laki itu, pernah dijatuhi hukuman penjara, sampai tiga tahun, sejak Mei 2018. Selain itu, dia juga dihukum 10 bulan penjara karena melakukan pemalsuan dan penipuan. Sebelumnya sang dokter dipekerjakan oleh beberapa klinik di Kassel dan Hildesheim. Dari aksinya, dia berhasil memperoleh lebih dari 10.000 euro (sekitar Rp 154,5 juta) dalam bentuk pembayaran keamanan sosial yang salah. Dokumen tinggalnya di Jeman pun dicabut dan diperintahkan untuk dideportasi setelah menjalani hukuman. Masih belum jelas mengapa dia tidak pernah dijebloskan dalam penjara, sedikitnya diijinkan membuka praktek medis di Melsung.
13 Januari. Seorang migran Afghanistan berusia 23 tahun ditangkap karena membunuh seorang wanita berusia 87 tahun di Jena. Keduanya berdiam di apartemen yang sama. Polisi menemukan jenazah wanita tua itu tergeletak di lantai dasar apartemen setelah pihak keluarganya melaporkan almarhum menghilang.
14 Januari. Seorang pencari suaka berusia 22 tahun ditangkap setelah memecahkan jendela-jendela balai kota di Bad Schwalbach. Polisi mengatakan laki-laki itu, yang berdiam di tempat penampungan pengungsi di Niedernhausen, tidak puas dengan jumlah tunjangan kesejahteraan yang diterimanya. Kerusakan yang ditimbulkannya diperkirakan sekitar 5,000 euros (Rp 79,3 juta).
15 Januari. Seorang laki-laki Jerman keturunan Afghanistan yang bekerja sebagai penterjemah sekaligus penasehat budaya untuk militer Jerman ditangkap karena dicurigai melakukan aksi mata-mata untuk Iran. Abdul Hamid S. dituduh meneruskan "informasi yang sangat sensitif" kepada dinas rahasia Iran, MOIS. Dia diyakini sudah bekerja untuk dinas intelijen Iran selama beberapa tahun.
16 Januari. Seorang pencari suaka Suriah berusia 20 tahun menikam seorang laki-laki senegaranya berusia 22 tahun dalam sebuah percecokan di pusat penampungan di Guben. Ketika karyawan penampungan itu berusaha campur tangan, dia malah menyerangnya dengan kapak.
January 18. Lebih dari dua lusin pemuda Turki dan Suriah menyerang orang-orang yang lewat di stasiun kereta api pusat di Gelsenkirchen. Para pemuda itu juga mengosongkan alat pemadam kebakaran, menyerang karyawan kereta api dan menekan tombol darurat untuk menghentikan eskalator. Seorang tersangka, yang pernah mendapatkan surat perintah penangkapan yang sudah lama lewat, mendorong seorang polisi ke dinding kaca restoran pizza. Lewat kaca pecah itu, keduanya pun terjatuh ke dalam bar restoran. Tersangka terluka dan setelah dirawat di rumah sakit, ditahan. Sementara polisi yang berusia 29 tahun itu terluka parah. Polisi mengatakan akan mengerahkan lebih banyak polisi daerah itu, yang, akibat ulang geng migran yang suka berkeliling, menjadi kawasan tanpa hukum. Seorang petugas mengakui bahwa polisi memang kalah jumlah: "Begitu seorang anggota geng dikuasai atau ditangkap di daerah ini, mereka lalu melakukan koordinasi melalui handphone. Dalam waktu singkat, kami sudah berhadapan dengan kelompok yang lebih besar yang menghambat pekerjaan kami."
19 Januari. Seorang anak perempuan berusia 17 tahun terluka parah ditabrak bus di stasiun bis pusat di Minden ketika mencoba melarikan diri dari seorang migran Afghanistan berusia 22 tahun yang melecehkannya secara seksual. Media dan polisi Jerman malah menghapuskan identitas kewarganegaraan pelaku. Berita itu pun hanya dilaporkan oleh suratkabar konservatif Junge Freiheit.
20 Januari. Sebuah pengadilan di Münster membebaskan Sayed M., pencari suaka Afghanistan berusia 18 tahun dari tuduhan dalam kasus kematian José Miranda, petugas berkebangsaan Portugal yang membantu mengurus pengungsi. Sayed M. dilaporkan melecehkan seorang wanita yang menolak cintanya. Ketika Miranda turun tangan hendak melindungi wanita itu, Sayed M. malah secara mengerikan menikamnya sebanyak enam kali di hati. Meski demikian, pengadilan memutuskan bahwa Sayed M. membela diri dan karena itu tidak bersalah atas pembunuhan. Keputusan itu diambil berdasarkan Alinea 33 KUHP Jerman, yang menyatakan: "Jika pelaku melebihi batas pertahanan diri karena kebingungan, takut atau teror, dia tidak akan dihukum. " Hakim mengatakan bahwa meski putusan itu jelas "tidak dapat dipahami" bagi kerabat Miranda, "sebagai hakim kita harus memeriksa kasus ini secara netral dan tanpa emosi." Putusan itu kemungkinan akan banding.
21 Januari. Seorang Afghanistan berusia 22 tahun secara seksual melecehkan seorang wanita berusia 22 tahun yang tertidur di kereta api di Berlin. Pelaku berhasil ditangkap setelah penumpang melaporkannya ke polisi.
22 Januari. Seorang pencari suaka Afghanistan berusia 17 tahun, Amir W., hadir di Pengadilan Regional Stuttgart. Dia dituduh menikam seorang bapak berusia 53 tahun, ayah dari seorang wanita Jerman berusia 19 tahun yang menolak memberikan pinjaman uang kepadanya (advances). Majalah berita Jerman, Fokus menulis:
"Pengungsi muda itu gagal. Soalnya dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik seperti yang ingin dipercayai oleh banyak orang di sekitarnya. Tetapi yang lebih penting lagi, dia anggap nilai-nilai budaya tanah airnya lebih dekat dengannya dibandingkan dengan nilai-nilai demokrasi Barat kita. Juga bahwa dia tampaknya mencoba memaksakan ide kuno dengan kekuatan yang kasar. "
23 Januari. Ali Bashar, pencari suaka berusia 21 tahun yang gagal dari Kurdistan Irak, secara resmi didakwa memperkosa dan membunuh Susanna Feldmann, seorang gadis Yahudi berusia 14 tahun dari Mainz. Bashar juga dikenal sebagai Ali Bashar Ahmed Z. Ia dituduh memperkosa lalu mencekik Feldmann di daerah berhutan dekat tempat penampungan pengungsi di Wiesbaden 23 Mei 2018 lalu. Supaya bisa melarikan diri dari keadilan, Bashar bersama keluarganya berusaha melarikan diri meninggalkan Jerman dengan penerbangan dari Düsseldorf ke Irak melalui Istanbul. Setelah protes publik meledak, Jerman lantas mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional atasnya. Pada tanggal 11 Juni 2018 lalu, Kepala Polisi Federal Jerman Dieter Romann secara pribadi mengawalnya kembali dari ibukota Kurdi Irak di Erbil, tempat ia ditangkap oleh pasukan keamanan Kurdi setempat. Pengadilan Bashar dijadwalkan akan dimulai 12 Maret nanti.
23 Januari. Seorang lelaki Suriah berusia 33 tahun, yang dideportasi ke Spanyol sesuai dengan Peraturan Dublin UE, mengeluarkan benda mirip pisau tak lama setelah naik pesawat di Bandara Frankfurt. Dengan suara keras dia pun menuntut agar dia, istri dan tiga anaknya tidak dideportasi. Polisi pun mengalah lalu mengantar keluarga itu keluar dari pesawat. Belakangan diketahui, barang yang diduga pisau itu ternyata kikir kuku.
23 Januari. Mission Lifeline, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jerman yang mendedikasikan diri untuk menyelamatkan migran di Laut Mediterania, meminta warga Jerman untuk melakukan pernikahan palsu dengan migran ilegal. Sebuah twit LSM itu menulis:
"Apa kau belum menikah? Mungkin kau bisa jatuh cinta dengan seseorang yang tidak punya hak untuk tinggal di sini? Itu bisa saja terjadi, kan? Tetaplah berpikiran terbuka."
Philipp Amthor dari kelompok parlementer Partai CDU pun menanggapi. Dia melukiskan twit itu sebagai skandal:
"Seruan absurd untuk menikah ini jelas memperlihatkan bahwa 'penyelamat di laut' ini sebenarnya mengejar sebuah agenda yang jauh lebih besar. Mereka ingin gagalkan hukum imigrasi kita dengan menggunakan ideologi sayap kiri mereka kemudian mengolok -olok negara konstitusional kita."
24 Januari. Seorang migran Suriah berusia 25 tahun ditangkap di Landshut setelah melecehkan beberapa gadis berusia antara 11 dan 14 tahun yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Kata polisi, laki-laki itu sudah lama mendapat surat perintah penangkapan tetapi tetap berhasil lolos dari penangkapan.
25 Januari. Kantor Federal Urusan Migrasi dan Pengungsi (Bundesamt für Migration und Flüchtlinge, BAMF) melaporkan bahwa hanya 35% migran yang tiba di Jerman sejak tahun 2015 lalu yang sudah mendapatkan pekerjaan. Sebagian besar dari mereka dipekerjakan dalam pekerjaan paruh waktu, pelatihan (internship) atau magang (apprenticeships).Pendapat kotor rata-rata bulanan migran dengan pekerjaan purnawaktu adalah 1,564 euros (sekitar Rp 24,5 juta). Sedangkan pendapatan kotor rata-rata bulanan pekerja paruhwaktu adalah 408 euro (sekitar Rp. 5,7 juta).
25 Januari. Di Mulheim, seorang laki-laki yang berbicara bahasa Turki secara ngawur menendang seorang laki-laki berusia 26 tahun di wajahnya ketika sedang keluar dari kereta api. Korban pun dirawat di rumah sakit karena luka memar dan gigi yang rontok. Penyerangnya masih berkeliaran. Di Freiburg, di sebuah tempat penampungan pengungsi, seorang laki-laki Gambia berusia 25 tahun secara seksual menyerang seorang wanita tukang bersih-bersih rumah. Di Stendal, seorang laki-laki Arab berusia 20 tahun secara seksual menyerang seorang wanita Jerman berusia 44 tahun setelah berhasil menerobos masuk ke dalam apartemen sang wanita.
26 Januari. Seorang Muslim Suriah berusia 33 tahun di Salzgitter-Lebenstedt menembak mati seorang warga Kristen Irak 25 tahun yang sedang berpacaran dengan saudari perempuan lelaki itu. "Agaknya, itu (dianggap) duri dalam diri orang Suriah itu kalau saudarinya bersama-sama dengan orang 'kafir,'" kata jaksa penuntut Hans Christian Wolters.
27 Januari. Dua remaja keturunan Yunani dan Turki ditangkap setelah mendorong jatuh tiga remaja Jerman ke jalur rel kereta api di Stasiun Kereta Api Frankenstadion di Nuremberg. Dua warga Jerman yang berusia 16 tahun yang terdorong keluar kereta itu tewas diterjang kereta api yang sedang melaju ke arah mereka. Media Jerman bukan saja meremehkan latar belakang imigrasi para terduga dengan melukiskan mereka sebagai pribumi Jerman, tetapi juga melaporkan bahwa kedua remaja yang tewas itu memang "terjatuh ke atas rel api." Sekitar 150 saksimata sedang ditanya oleh pihak kepolisian mengenai tragedi berdarah itu.
28 Januari. Lebih dari 14.000 orang tertangkap basah sedang berusaha memasuki Jerman secara illegal tahun 2018, demikian terungkap dari statistik kepolisian yang bocor kepada Suratkabar Rheinische Post. Sekitar 8.000 orang dihentikan dalam kereta api sementara 6.000 lainnya dihentikan bus jarak jauh. Sebagian besar usaha masuk (entries) yang tidak sah terjadi di perbatasan Jerman dengan Austria, diikuti oleh perbatasan negeri itu dengan Perancis, Swiss, Republik Ceko, Polandia, Belgia dan Belanda. Sebagian besar migrant tiba dari Afghanistan, Irak, Nigeria, Suriah dan Turki.
29 Januari. Seorang migran Afghanistan berusia 25 tahun dibebaskan dari tuduhan memperkosa seorang wanita cacat berusia 50 tahun di Nuremberg. Sang wanita adalah penampung pengungsi. Dia mengaku tidak bisa membela diri karena dia menderita kontraksi otot yang menyebabkan ototnya mendadak kaku sehingga tidak bisa digerakkan (muscle spasticity) pada salah satu bagian tubuhnya. Jaksa penuntut memohon supaya terdakwa dihukum selama empat tahun di penjara. Pengacara terdakwa sebaliknya menuntut dia dibebaskan, karena menurut orang Afghanistan itu, hubungan seksual itu terjadi karena suka sama suka. Pengadilan distrik Nuremberg-Fürth pun sepakat dengan terdakwa. Dia pun dilepaskan dan kini bebas.
30 Januari. Seorang migran Nigeria berusia 16 tahun secara fisik menyerang seorang wanita kondektur kereta berusia 32 tahun setelah wanita itu meminta tiketnya dalam sebuah kereta api yang bepergian di kawasan itu (regional train). Melihat itu, dua penumpang lalu melumpuhkan orang Nigeria itu kemudian menyerahkannya kepada polisi. Ketika diserahkan kepada polisi malah terungkap bahwa dia memang pernah melakukan tindakan kejahatan lainnya sebelumnya hari ini di Stasiun Kereta Api Pusat di Magdeburg.
31 Januari. Tiga warga Irak ditangkap di bagian utara Negara Bagian Schleswig-Holstein. Mereka dituduh merencanakan serangan jihad yang bermaksud membunuh sebanyak mungkin orang. Sekitar 200 polisi dan agen intelijen mengawasi warga Iran itu siang dan malam sebelum mereka ditangkap dalam sebuah penggerebekan pagi buta. Mereka tiba di Jerman pada musim gugur 2015 setelah Kanselir Angela Merkel membuka perbatasan Jerman bagi ratusan ribu migran. Orang-orang itu mendapatkan perlindungan subsidi untuk pengungsi. Subsidi itu, amemungkinkan mereka untuk hidup di Jerman walau tidak punya memenuhi persyaratan mendapatkan perlindungan pengungsi atau hak untuk mendapatkan suaka.
Soeren Kern adalah Mitra Senior Fellow Lembaga Kajian Gatestone Institute yang berbasis di New York, A.S.