Ketika berkunjung ke Yunani, akan kau saksikan petugas bea cukai mencap paspor anda dengan cap Republik Yunani. Akan kau lihat Bendera Yunani berkibar di Bandara Internasional Atena; taksi-taksi menantikan pelanggan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) beroperasi serta infrastruktur publik tersedia dalam tingkat yang lumayan menyenangkan. Bagaimanapun, itu hanya ilusi. Yunani sebetulnya adalah negara yang sedang runtuh.
Yunani sedang mengalami badai keuangan, politik dan sosial yang sempurna. Pada waktu yang sama, lembaga-lembaga negara harus mengurusi persoalan korupsi dan problem dalam negeri dan persoalan keamanan luar negeri yang serius. Itulah mimpi paling buruk bagi semua negara. Bank-bank Yunani tidak beroperasi karena mampu tetapi karena harus beroperasi. Negara sudah tidak menghargai kewajiban finansialnya terhadap orang-orang dan perusahaan swasta dan perorangan. Pendapatan negara hanya cukup untuk gaji dan pension pegawai negeri.
Sistem politik Yunani menghasilkan jauh lebih banyak tawa, banyak musuh dan situasi buruk (entropy) daripada yang bisa ditanganinya. Kesenjangan antara pemerintah dan yang diperintah tidak bisa dijembatani dengan koalisi partai politik apapun. Para pembuat hukum Yunani tampak mirip kartel yang berpusat pada diri sendiri, boneka-boneka rusak yang berusaha bertahan hidup dalam pekerjaan mereka hanya karena sudah mengangkat ribuan pendukung partai mereka untuk menduduki pekerjaan di sektor publik, sebagai pengumpul pajak, birokrat, tenaga pelabuhan dan bandara, tukang kebun, penjaga sekolah dan lain-lain.
Nafu rejim politik untuk mempertahankan kekuasaan menjadi satu-satunya alasan mengapa Negara Yunani terus saja membayar 700.000 pegawai negerinya di sebuah negara berpenduduk 10.000.000 jiwa. Para anggota "pasukan partai" sebagaimana ia disebut, guna mempertahankan pekerjaan mereka, selalu memilih partai yang sama yagn memberikan kepada mereka berbagai pekerjaan itu. Kriteria untuk mempekerjakan mereka bukanlah kemampuan mereka tetapi keyakinan politik.
Kebijakan yang pemerintah ikuti, akibat resesi dan kurangnya likuiditas telah menciptakan "perang sipil" sosial yang tidak diumumkan, antara pegawai negeri yang dibayar bagus dengan pegawai perusahaan-perusahaan sektor swasta yang tidak dibayar namun memberi pelayanan kepada negara. Kepada merekalah, negara berutang miliaran Euro dalam bentuk tagihan yang belum dibayar.
Orang-orang anarkis nyaris setiap minggu menyerang polisi. Aksi kekerasan antara "kaum ekstrim kanan" dan "ekstrim kiri" secara tepat dicatat berdasarkan minggu kejadian. Berbagai kelompok teroris---lama dan baru --- sedang menunggu waktu yang tepat untuk memaklumkan perang melawan siapa saja yang tidak setuju dengan keyakinan dan pandangan mereka tentang dunia.
Di samping persoalan ledakan sosial itu, ada 1.500.000 penganggur dan 2.000.000 imigran illegal dan pengungsi dari Afrika dan Timur Tengah. Akibatnya, aksi kekerasan--- sebagai pola yang dilancarkan satu orang terhadap orang lainnya --- tampak seolah bakal segera menjadi "nomal."
Menurut berbagai sumber tidak resmi Badan Intelijen Yunani, guna membantu mereka, kini tersedia 500.000 hingga 1.000.000 senjata serbu AK-47 ilegal di Yunani, termasuk juga ada ribuan granat dan peluncur roket RPG.
Jika hanya ada 1% dari 2.000.000 imigran illegal---- dari Afghanistan, Irak, Pakistan, Suriah dan Afrika---- yang kini berdiam Yunani direkrut untuk melancarkan jihad, maka jumlah pejihad bersenjata yang bisa membuat masalah di negeri itu adalah 20.000 pejihad. Pasukan keamanan tidak memiliki sumberdaya, pelatihan yang sesuai atau peralatan yang tepat untuk berurusan dengan masalah itu.
Baru-baru ini, Pengawas Pantai Yunani menahan seorang "pengungsi" Suriah. Ia kedapatan membawa 200.000 Euro secara kontan. Jelas bahwa "investor" Suriah itu tidak berpikir bahwa Turki, Yordan atau Libanon---negara-negara yang berbatasan dengan Suriah --- adalah negara aman untuk "investasinya." Dia lebih suka menyeberangi Laut Aegea yang mengerikan, melewati cuaca yang kejam guna menyimpan uangnya di "bank-bank zombie Yunani. Apakah uang itu pengiriman uang pertama atau terakhirnya dari kawasan itu?
Tsunami baru ribuan imigran illegal, yang merangksek masuk ke berbagai pulau Yunani melalui pantai-pantai Turki sedang berlangsung. Para imigran illegal ditemukan membawa smartphone berisi peta-peta daratan utama Yunani dan tanda-tanda ke mana harus pergi termasuk perintah-perintah apa yang dikatakan kepada pihak berwenang Yunani jika ditangkap di laut atau di darat. Jika semua itu tidak membuat kita berpikir tentang siapa yang datang ke Yunani dan untuk tujuan apa, dalam gelombang migrasi ini, maka kita benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.
Runtuhnya struktur negara berbarengan dengan korupsi di Yunani begitu luar biasa besar. Akibatnya, polisi urusan dalam negeri Yunani menangkap para perwira Badan Intelijen Yunani yang bekerja sama dengan para pedagang manusia dari Turki yang mendukung pengiriman kaum migran illegal menuju kawasan Turki. Operasi ini punya akses dan pengaruh hingga Angkatan Keamanan Negara, sehingga perwira polisi dan agen intelijen bisa dipindah dari satu kota kekota lainnya dan dari satu departemen ke departemen lainnya guna menyingkirkan para perwira jujur yang menghalangi mereka.
Yunani itu negara penting. Ia anggota Uni Eropa. Ia pun anggota NATO. Ia pun stakeholder, penanggung jawab, yang berada dalam posisi geopolitik yang sensitif dan penting dunia pasca(perjanjian) Bretton Woods.
Yang menyedihkan, kejatuhan Yunani dirancang untuk mempengaruhi seluruh kawasan Balkan dan tenggara Laut Mediterania. Tidak ada orang yang bisa dengan pasti mengatakan di mana dan kapan domino terakhir jatuh. Para analisis politik dan financial serta para pembuat kebijakan di seluruh dunia yang mengawasi Yunani dari dekat, benar-benar menolak memberitahu. Tidak benar-benar menjadi soal apakah Yunani menandatangani perjanjian yang baru dengan Komisi Eropa atau tidak, Bank Sentral Eropa dan IMF. Sudah terlambat. Yunani kini negara hantu, sebuah terminal politik penuh kacau-balau.
Apakah Angela Merkel dan Christine Lagarde memberitahukan kita informasi yan mereka lihat dalam bola kristal mereka tentang apa yang bakal terjadi jika Yunani pecah dalam "organ donor" politik dan geopolitik seperti dialami Yugoslavia. Dengan demikian, Rusia, Jerman, Saudi Arabia dan Inggeris Raya membantu diri sendiri dengan melepaskan bagian-bagian dari Yunani dan menempatkannya dibawah pengaruh keuangan dan geopolitiknya? Jika demikian, kita akan benar-benar menghargainya ketika mendengarnya. Apakah ada rencana lain yang bakal terjadi?
Apakah sudah tiba waktunya bagi Yunani untuk melihat tentang-tentara NATO menggantikan tugas polisi di berbagai kota Yunani? Hanya NATO yang berwenang dan legitimiasi politik yang turut campur tangan alam negara-negara ketika mereka kehilangan kedaulatan politis mereka.
Apakah sudah tiba waktunya bagi berbagai kota Yunani untuk hidup sementara di bawah komando para panglima peang yang akan berjuang agar makan bisa dikirimkan dari distrik kotamadya ke distrik lainnya? Jika waktu itu sudah datang, apakah negeri itu bakal jatuh dan apa kejatuhan Yunani berarti bagi masa depan Barat?