Dinas-dinas intelijen luar negeri, khususnya dari Turki, Suriah dan Iran telah meningkatkan aktivitas mereka di Jerman selama 12 bulan silam, demikian dikatakan sebuah laporan yang disampaikan 27 Juni lalu oleh Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer dan Thomas Haldenwang, Kepala Badan Intelijen domestic Jerman BfV. Gambar: Seehofer (kiri) dan Haldenwang (kanan) dalam sebuah konperensi pers, 18 Juni 2019 dengan Kepala Kantor Kejahatan Federal Holger Muench. (Foto oleh Michele Tantussi/Getty Images). |
Dinas-dinas intelijen luar negeri, khususnya dari Turki, Suriah dan Iran meningkatkan aktivitas mereka di Jerman selama 12 bulan silam, demikian dikatakan badan intelijen domestik Jerman, Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (Bundesamt für Verfassungsschutz---BfV). Tidak saja berusaha mengejar para penentang negeri mereka di antara berbagai masyarakat diaspora mereka yang besar di Jerman, berbagai dinas intelijen luar negeri itu menyasar kepentingan Yahudi dan Israel di negeri itu.
Pada saat yang sama, Hizbullah, Hamas dan Ikhwanul Muslim tampaknya beroperasi bebas tanpa takut dihukum di Jerman. Sementara itu, menurut BfV, jumlah kaum Salafi di negeri itu sudah berkembang tiga kali lipat selama beberapa tahun terakhir dan kini mempunyai lebih dari 11.000 anggota. Secara keseluruhan BfV memperkirakan bahwa Jerman menjadi rumah bagi lebih dari 26.000 kaum Islam radikal, suatu angka yang tidak diketahui soal siapa yang menjadi ancaman serangan langsung.
Angka-angka baru mencakup laporan tahunan terakhir dari Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (Bundesamt für Verfassungsschutz---BfV), Informasi itu disajikan oleh Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer dan Kepala BfV Thomas Haldenwang di Berlin 27 Juni lalu. Dengan mempertimbangkan indikator penting dari keamanan dalam negeri di Jerman, laporan itu memberikan gambaran yang suram. Sekaligusmemunculkan pertanyaan tentang sikap pasif pemerintah yang jelas ketika berhadapan dengan ancaman yang meningkat.
Iran
Aktivitas intelijen Iran di Jerman dilancarkan oleh Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran (MOIS). Temasuk juga oleh dinas rahasia Pasukan Quds (Quds Force), sebuah unit Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri. Menurut BfV, selain memusatkan perhatiannya pertama-tama untuk mengawasi para penentang rezim, dinas intelijen Iran di Jerman juga mengawasi berbagai kepentingan Israel:
"Dinas-dinas intelijen Iran menjadi instrumen utama bagi kepemimpinan politik guna menjamin klaim mereka menuju kekuasaan. Akibatnya, oposisi Iran bakal terus menjadi sasaran MOIS...
"Jenderal Yahya Rahim Safavi, penasehat militer Pemimpin Revolusioner Iran Ayatollah Ali Khamanei mengatakan bahwa Republik Islam berwenang untuk menghancurkan para pelaku agresi yang potensial, bukan saja di dalam Iran sendiri tetapi juga di luar batas-batas negaranya...
"Negara Israel, para wakil dan pendukungnya termasuk di antara musuh-musuh Iran yang dimaklumkan. Ini mungkin mencakup para wakil organisasi Yahudi kenamaan di Diaspora. Kesepakatan nuklir antara Iran dan Barat belum bisa mengubah perilaku ini. Berbagai aktivitas mata-mata terhadap Israel dan sasaran Yahudi di Jerman, dengan demikian terus saja menjadi bagian dari bidang tugas dinas intelijen Iran."
Laporan BfV hanya mencatat tiga operasi yang berhasil melawan berbagai aktivitas Iran di Jerman pada 2018 seperti;
- Januari 2018. Polisi Jerman di tujuh negara federal menangkap sepuluh terduga agen Pasukan Quds. Para agen itu dituduh melakukan aksi mata-mata atas warga Israel di Jerman.
- Maret 2018. Sebuah pengadilan di Frankfurt menjatuhkan hukuman selama tujuh tahun penjara kepada warga Iran karena membeli alat percetakan atas nama Pasukan Quds. Tujuannya untuk mencetak uang palsu. Laki-laki itu bertempat tinggal di Jerman. Ia juga mendirikan serangkaian perusahaan pionir guna membeli sekaligus mengkapalkan kertas dan tinta khusus. Selama diadili, terungkap bahwa percetakan itu digunakan untuk mencetak lebih dari 50 juta mata uang Yaman.
- Pada 1 Juli, seorang agen MOIS Iran ditangkap di Jerman dengan perintah internasional karena berkomplot hendak membom pertemuan tahuan MEK, sebuah kelompok oposisi Iran, yang berada dekat Paris, 30 Juni lalu. Sang agen kemudian diekstradisi ke Belgia, Oktober 2018.
Turki
Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT), tulis BfV, dikendalikan oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpinnya, yang bertujuan hendak menegakkan kebijakan pemerintah sekaligus menjamin keamanan internal.
Aktivitas MIT di Jerman berpusatkan pada upaya untuk menyasar para penentang dan kelompok-kelompok oposisi. Termasuk berupaya mempengaruhi diaspora Turki negeri itu. Para penentang yang disasar termasuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK) serta Gerakan Gülen dari ulama Muslim Fethullah Gülen, yang berbasis di Amerika. Gülen adalah mantan sekutu Erdoğan yang Erdoğan tuduh melancarkan kudeta yang gagal pada Juli 2016 lalu. Menurut BfV:
"Aktivitas MIT diikuti dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi berbagai komunitas Turki di Jerman serta proses pembuatan keputusan politik dalam masyarakat Jerman sebagai keseluruhan. Berbagai organisasi yang berkaitan dengan pemerintah beserta berbagai tautan strukturalnya kepada Ankara mempromosikan politik Turki di Jerman serta negara-negara Eropa lainnya dan melindungi politik itu dari kritik...
"Bagian penting dari strategi pengaruh ini adalah memberikan informasi kepada publik dengan cara yang tidak berbahaya atas dugaan kasus-kasus nyata yang berkaitan dengan rasisme, Islamofobia dan permusuhan terhadap Turki. Atau juga memberikan informasi mengenai perkembangan lain yang tidak diinginkan di Jerman dan Eropa supaya bisa menghadapi kritik terhadap perkembangan politik di Turki . "
Ada dua kelompok kepentingan terbesar yang didominasi oleh Turki, baik oleh negara atau pemerintahnya, di Jerman. Yaitu, "Uni untuk Urusan Agama Turki-Islam" (DITIB) dan " Uni Demokrat Eropa-Turki" (UETD), yang baru-baru ini diberi nama baru "Persatuan Demokrat Internasional "(UID). Menurut BfV:
"DITIB dan UID adalah organisasi payung yang mencakup berbagai asosiasi lokal dan regional (cabang) dengan status keanggotaan. Mereka menekankan komitmen mereka yang wajar kepada publik dan berupaya menekankan sifat otonom dan independen organisasi mereka dengan mengurangi tautan dan ketergantungan mereka kepada Turki. "
DITIB dan UID dibiayai oleh Direktorat Urusan Agama Pemerintah Turki. Dalam Bahasa Turki, lembaga itu terkenal sebagai Diyanet. Dan, menurut BfV, kedua organisasi itu bekerja sama erat dengan intelijen Turki. Pemerintah Turki membayar gaji hampir 1.000 imam konservatif di Jerman yang memimpin lebih dari 900 masjid yang dikendalikan oleh DITIB di seluruh negeri.
Sementara itu masih ada Millî Görüş, sebuah gerakan kaum Islam radikal yang terkait dengan Erdoğan. Dalam Bahasa Turki, organisasi itu berarti "Visi Nasional." Punya sekitar 10.000 anggota di Jerman. Ia menjadi kelompok Islam radikal terbesar kedua negeri itu. Gerakan Salafi menjadi kelompok Islam radikal terbesar Jerman. Millî Görüş sangat menentang integrasi umat Muslim dalam masyarakat Eropa:
"Menurut Millî Görüş, Peradaban Barat kini didominasi oleh sebuah tatatertib 'usang" yang berbasiskan tindak yang kejam, ketidakadilan serta eksploitasi atas kaum lemah. Sistem 'lemah' itu harus digantikan dengan 'tatatertib yang adil' yang sepenuhnya berbasis prinsip-prinsip Islam, daripada berdasarkan prinsip buatan manusia. Dengan demikian, ia merupakan "aturan-aturan yang sewenang-wenang" (arbitrary rules). Semua Muslim harus berpartisipasi dalam perwujudkan "tatatertib yang adil." Untuk melakukan ini, mereka harus menjalankan perilaku tertentu dan mendapatkan visi tertentu ('Görüş') di dunia, yakni, sebuah visi nasional/relijius ('Millî), sebuah 'Millî Görüş.'"
Suriah
Jerman, laporan itu menguraikan, menjadi prioritas dinas intelijen Suriah karena ia negara penerima utama para pengungsi Suriah di Eropa. Fokus utama intelijen Suriah di Jerman dengan demikian, adalah untuk mengawasi para penentang Rezim Suriah. Menurut BfV, "dinas-dinas intelijen Suriah tampaknya menggunakan aliran pengungsi Suriah ke Jerman pada 2015 guna mendirikan organisasi serta jaringan agen baru."
Kaum Salafi dan Islam Radikal lainnya
BfV memperkirakan bahwa jumlah kaum Islam radikal di Jerman meningkat. Sampai sedikitnya 26.560 orang para akhir tahun 2018, mulai dari 25.810 pada tahun 2017 dan 24.425 orang pada 2016.
Laporan tersebut tidak memberikan perkiraan untuk jumlah pengikut ISIS atau al-Qaeda yang berdiam di Jerman. Akibatnya, jumlah kaum Islam radikal yang sebenarnya di Jerman, tidak diragukan lagi lebih besar daripada 26.560 orang.
Menurut laporan, kaum Salafi terdiri dari satu kelompok Islam radikal terbesar di Jerman. Jumlah mereka meingkat menjadi 11.300 orang pada 2018, meningkat dari 10.800 orang pada 2017 dan 9.700 orang pada 2016; sebanyak 8.350 orang pada 2015; sebanyak 7.000 orang pada 2014; sebanyak 5.500 orang pada 2013; sebanyak 4.500 orang pada 2012 dan 3.800 orang pada 2011.
Laporan BfV melukiskan Salafisme sebagai ideologi Islam radikal yang pada saat yang sama menjadi kontra-budaya dari kaum ekstremis.
"Salafisme mempromosikan gaya hidup terpisah melalui nilai jual yang unik (seperti lewat pakaian dan bahasa). Salafisme ingin menciptakan komunitas yang berkomitmen dengan kesadaran terhadap kebersamaan yang kuat. Gaya hidup ini secara khusus menarik orang-orang yang merasa terpinggirkan oleh masyarakat mayoritas. Orang tidak stabil yang mencari tujuan dalam hidup, demi orientasi dan keamanan diri, sangat terpengaruh oleh aturan kaum Salafi yang komprehensif, yang menentukan kehidupan sehari-hari orang secara rinci sampai sekecil-kecilnya. Individu, melalui propaganda Salafi, menjadi bagian dari elit dan juara 'Islam sejati, 'yang dibedakan oleh superioritas moralnya atas' dunia yang korup.'
"Unsur-unsur subkultur ini pada dasarnya menjadi daya tarik utama ideologi Salafi yang ditandai oleh Wahabisme, 'doktrin negara' Arab Saudi yang merepresentasikan arus yang sangat parah dan radikal dalam Islamisme. Kaum Salafi melihat diri mereka sebagai para pendukung Islam sejati yang tidak tercemar. Mereka mengklaim mendasarkan praktik keagamaan dan gaya hidup mereka semata pada prinsip-prinsip Alquran, model Nabi Muhammad beserta tiga generasi Muslim pertama, yang disebut nenek moyang yang saleh. Dalam bahasa Arab dikenal sebagai al-Salaf al-Salih. Akibatnya, kaum Salafi berusaha membangun 'teokrasi' sesuai dengan interpretasi mereka tentang aturan syariah di mana tatanan demokrasi liberal tidak lagi valid.
"Menurut Salafisme, klaim universal Islam atas validitas harus diterima. Dengan paksa jika perlu. Harus diterima oleh seluruh umat manusia karena keunggulannya dan rencana keselamatan Allah yang ilahi. Dengan demikian, penegasan dasar tentang kekerasan menjadi bagian yang melekat dari ideologi Salafi."
Laporan BfV juga menawarkan data demogratis seputar kaum Salafi di Jerman:
"Walau propaganda kaum Salafi semakin luas ditujukan kepada kaum muda, Salafisme di Jerman tidak murni fenomena kaum muda. Sekitar 27% pengikutnya berusia 25 tahun atau lebih muda. Sebanyak 38% berusia antara 26 dan 35 dan 35% berusia 36 tahun atau lebih tua.
"Iklim Salafis jelas-jelas didominasi oleh laki-laki. Hanya sekitar 12% pendukung Salafi yang diketahui BfV adalah wanita. Salafisme di Jerman didominasi oleh para imigran beserta anak-anak mereka. Sekitar 90% pengikutnya berlatar belakang migrasi. Sisanya para mualaf. Para pengikut baru menemukan mereka berada dalam iklim yang ditandai oleh "mentalitas merasa diri terkepung" (siege mentality) terhadap lingkungan kafir yang mencemarkan (defamed 'disbelieving' environment) yang tidak saja memasukkan umat Kristen, Yahudi dan kaum beriman tetapi juga kaum Muslim non-Salafi. Karena itu, semua pengaruh luar tidak didukung. Kontak dengan kaum non-Salafi hanya sah jika mereka bisa menyebarluaskan ideology mereka sendiri.
Laporan tersebut mengingatkan bahwa orang-orang yang pulang dari zona perang jihad di Timur Tengah bakal berdampak terhadap radikalisasi iklim Salafi Jerman:
"Iklim Salafi merepresentasikan adanya bidang perekrutan penting untuk jihad. Nyaris tanpa kecuali, semua orang dengan koneksi Jerman yang pernah berjihad sebelumnya berhubungan dengan lingkungan Salafi...
"Nyaris dalam semua kasus, orang yang kembali masuk ke dalam lingkaran Salafi yang sudah dikenal, Di sana, mereka langsung diterima tanpa ditunda. Karena lingkungannya sering sangat mirip dengan sebelum mereka berangkat jihad, maka pantas dipertanyakan apakah mereka yang kembali benar-benar sudah bebas dari ideologi Negara Islam. Apalagi, dalam jangka menengah hingga panjang dapat diasumsikan bahwa setidaknya sebagian ideologi IS akan semakin luas menemukan jalannya ke dalam lingkaran Salafi Jerman akibat kembalinya para migran pejihad ini.... Dalam jangka menengah, para migran yang kembali dapat mengambil posisi penting formal dan informal. Dan, sebagai panutan, mereka bisa mempengaruhi orang lain dan mungkin meradikalisasi mereka."
Laporan BfV menyajikan tautan langsung antara semakin meningkatnya anti-Semitisme di Jerman serta bangkitnya gerakan kaum Islam radikal di negeri itu:
"Anti-Semitisme bukan saja menjadi topik agitasi oleh ekstremis sayap kanan dan sayap kiri. Tetapi juga menjadi unsur mendasar dalam ideologi seluruh spektrum kaum Islam radikal..."
"Dalam propaganda Islam radikal, motif agama, kawasan dan/atau politik nasional kerapkali berpadu membentuk pandangan dunia yang anti-Semit. Gambaran stereotip Yudaisme sebagai musuh, dengan demikian, membentuk pilar utama propaganda semua kelompok Islam radikal. Stereotip dan prasangka digunakan dan dipadukan dengan kebencian anti-Semit di Eropa sejak Masa Pertengahan hingga ideologi rasial Sosialis Nasional abad ke-20.
"Yang sangat penting dalam anti-Semitisme Islam adalah 'konspirasi dunia Yahudi.' Mirip dengan ekstremisme sayap kanan, orang Yahudi dipandang sebagai 'dalang' konspirasi politik sedunia yang secara kolektif dianggap bertanggung jawab atas berbagai kejahatan dan keluhan nasional dan internasional.
"BfV menemukan bahwa semua organisasi Islam yang aktif di Jerman mempunyai ide anti-Semit dan menyebarluaskannya dengan berbagai cara. Gagasan-gagasan ini menjadi tantangan besar bagi koeksistensi damai yang toleran di Jerman. Jumlah serangan fisik terhadap warga Yahudi saat ini masih rendah. Namun, kasus-kasus yang terisolasi ini sekalipun memperjelas bahwa radikalisasi ideologis masyarakat serta hasutan kebencian dan kekerasan akibat ide anti-Semit dapat menyebabkan terjadinya serangan anti-Semit yang kejam. Meskipun jika para pelakunya bukanlah anggota atau pendukung organisasi Islam sekalipun. Kenyataan ini paling tidak berlaku pada orang-orang yang telah disosialisasikan di dunia Arab dalam lingkungan sosial di mana sikap anti-Semit tersebar luas. Contohnya adalah seorang pemuda dari Suriah yang menyerang seorang warga Israel yang mengenakan kippah di Berlin pada bulan April 2018 di jalan dengan ikat pinggangnya. "
Hizbulah, Ikhwanul Muslimin dan Hamas
Selain kaum Salafis dan Millî Görüş, BfV memperkirakan bahwa Jerman ini menjadi rumah bagi 1.050 anggota Hizbulah, 1.040 anggota Ikhwanul Muslimin dan 320 anggota Hamas.
"Kelompok Islam radikal Syiah bernama 'Hizb Allah' [Partai Allah] menyangkal hak Israel untuk tetap hidup. Partai ini mempropagandakan perjuangan bersenjata yang dipimpin oleh teroris yang dirujuk sebagai 'perlawanan sah', melawan Israel sebagai 'penjajah ilegal' Palestina. 'Hizb Allah' harus diharapkan terus merencanakan aksi teroris terhadap Israel atau kepentingan Israel di luar Timur Tengah. Di Jerman, para pengikut 'Hizb Allah' mempertahankan kohesi organisasi dan ideologis dalam asosiasi masjid lokal, yang dibiayai terutama melalui sumbangan ....
"Ikhwanul Muslimin (MB) dianggap sebagai gerakan Islam Sunni tertua dan paling berpengaruh. Ia mengklaim diri hadir di lebih dari 70 negara dalam berbagai tingkatan. Tujuan MB, yang hingga kini masih dibentuk dalam elemen-elemen penting ideologi pendirinya Hasan al-Banna, adalah pembentukan sistem politik dan sosial berdasarkan Alquran dan Sunnah. Kredo MB tidak berubah: 'Allah tujuan kita. Nabi pemimpin kita. Alquran konstitusi kita. Jihad jalan kita. Mati demi Allah adalah keinginan kita yang paling mulia.' Ideologi ini, serta bentuk pemerintahan Islam yang dicita-citakan MB, tidak sesuai dengan prinsip dasar demokrasi. Seperti hak untuk bebas memilih, hak atas perlakuan yang sama, dan kebebasan berekspresi dan beragama ....
"Tujuan HAMAS adalah mendirikan sebuah negara Islam radikal di seluruh kawasan Palestina---juga melalui perjuangan senjata. Sebuah makalah tentang strategi yang ditulis pada 2017 mengatakan: 'Perlawanan terhadap pendudukan dengan segala cara merupakan hak sah yang dijamin oleh hukum ilahi. Pada intinya terletak perlawanan bersenjata.' Hamas memahami 'Palestina' sebagai kawasan antara Laut Mediterania dan Yordania, termasuk mencakup kawasan Negara Israel. Negara-negara Barat seperti Jerman dilihat Hamas sebagai tempat pelarian yang aman tempat dia bisa memusatkan perhatian untuk mengumpulkan sumbangan, merekrut pendukung baru serta menyebarluaskan propagandanya."
Pengembangbiakan Senjata
BfV mencatat "sejumlah besar" upaya "lembaga pengadaan rahasia Pakistan" secara illegal untuk mendapatkan teknologi agar bisa digunakan dalam program senjata nuklir Pakistan. BfV juga mengawasi "peningkatan signifikan" upaya Iran untuk mendapatkan teknologi untuk program peluru kendalinya, yang bukan menjadi bagian dari kesepakatan nuklir Iran. BfV melaporkan bahwa para penghubung Suriah juga terus berupaya memperoleh produk untuk senjata penghancur massal, termasuk senjata-senjata kimia.
Soeren Kern adalah seorang Fellow Senior pada Lembaga Kajian Gatestone Institute yang berbasis New York.